“Ayo Bervegetarian”

Jurnalis : Rianto Budiman (He Qi Timur), Fotografer : Kurniawan, Thomas Ng (He Qi Timur)
 
 

fotoMinggu, 10 April 2010, tepat pukul 12.30 WIB, para relawan mengajak seluruh pengunjung untuk sejenak berdoa bersama agar dunia aman, sejahtera, dan terbebas dari bencana.

Banyak orang mengira bahwa kata vegetarian berasal dari kata vegetable (sayur-sayuran), padahal sebenarnya kata ini berasal dari kata Latin vegetus yang berarti semangat, sehat, segar, dan hidup. Istilah ini pertama kali dipakai oleh para pendiri British Vegetarian Society pada tahun 1842. Banyak alasan seseorang untuk bervegetarian selain alasan spiritual, yang tidak kalah pentingnya adalah untuk kesehatan dan pelestarian lingkungan.

Banyak seminar dan talk show di berbagai tempat dan media yang membahas hubungan erat vegetarian dengan kesehatan dan dampaknya terhadap pemanasan global. Telah banyak hasil penelitian ilmiah yang membuktikan bahwa makanan vegetarian tidak kalah dari segi gizi dan lebih sehat dibandingkan dengan makanan yang berasal dari produk hewan. Apalagi industri peternakan dan makanan ternak juga merupakan industri yang sangat tidak ramah lingkungan. Master Cheng Yen dalam berbagai kesempatan sering dan terus mengimbau agar para muridnya (relawan Tzu Chi) hidup bervegetarian. Master Cheng Yen berkata bahwa sebenarnya kita sudah ‘lai bu ji’ (terlambat).

Festival Makanan Vegetarian
Sehubungan dengan hal tersebut untuk kali yang kedua setelah tahun lalu (2 Mei 2010), relawan Tzu Chi He Qi Timur kembali menyelenggarakan ‘Vegetarian Food Festival” (Festival Makanan Vegetarian) pada hari Minggu 10 April 2011 bertempat di Gedung Serba Guna La Piazza, Kelapa Gading, Jakarta Utara yang berlangsung dari pukul 8 pagi hingga pukul 3 sore.

Seluruh dana yang terkumpul dari kegiatan festival ini disumbangkan kepada Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia yang akan digunakan untuk kegiatan amal sosial. Promosi makanan vegetarian juga menjadi tujuan utama. Dalam festival ini disosialisasikan kepada para pengunjung bahwa makanan vegetarian tidak hanya sayur-sayuran tetapi sangat bervariasi dan pasti juga sangat lezat. Dalam festival ini, ada 60 stan makanan yang tersedia, mulai dari soto Betawi, mi Aceh, sate Padang, coto Makassar, empek-empek Palembang sampai nasi campur Medan. Bahkan tersedia pula berbagai aneka jenis minuman dan puluhan makanan ringan.

foto  foto

Keterangan :

  • (Dari kiri ke kanan), Elly, Gita, Tante Lina, Ella, Juan dan Om Anton khusus datang ke Vegetarian Food Festival ini dan mereka pun memberikan jempol untuk makanan vegetarian yang disajikan. (kiri)
  • Lynda Shijie, Ketua He Qi Timur juga tampak turun tangan membantu para relawan yang terlibat dalam festival ini. (kanan)

Dalam festival ini tidak disediakan kantong plastik, seluruh peralatan makan menggunakan peralatan yang bukan sekali pakai. Untuk pengunjung yang hendak membawa pulang makanan diminta untuk membawa wadah sendiri. Hal ini sekaligus untuk mengimbau para pengunjung untuk tidak menggunakan peralatan sekali pakai yang sangat tidak ramah lingkungan.

Pengunjung yang segera memadati arena festival dari awal hingga berakhirnya acara serta jumlah relawan yang terlibat yaitu sekitar 200 orang relawan merupakan indikator suksesnya festival ini. Dengan demikian maksud dan tujuan festival seperti yang disampaikan oleh Felisia (Kim Kim), koordinator Vegetarian Food Festival tampaknya tercapai sudah.

Tak Kalah Lezat
Elly, Juan, Gita, dan Ella adalah 4 orang bersaudara sepupu dengan usia sebaya. Mereka khusus datang ke festival ini bersama Om Anton dan Tante Lina. Beberapa hari yang lalu mereka melihat spanduk mengenai festival ini.

foto  foto

Keterangan :

  • Felisia, biasa dipanggil Kim Kim, relawan muda yang menjadi koordinator festival ini. Dengan berbekal pengeras suara ia mempromosikan berbagai macam makanan dan minuman yang dijajakan. (kiri)
  • Suasana dalam arena festival yang begitu ramai dan meriah. Ribuan orang hadir dalam festival yang menyajikan beragam cita rasa makanan. (kanan)

Meski mereka semua belum bervegetarian, namun mereka khusus datang untuk mencicipi makanan vegetarian. “Penyajiannya menarik,” demikian komentar Elly tentang makanan yang ada di hadapannya. “Hmmm…, ternyata lezat, tidak kalah dengan makanan non vegetarian,” tambahnya setelah mencicipi. Mereka berempat tidak menyangka bahwa makanan vegetarian demikian bervariasi dan baru tahu bahwa pola hidup vegetarian ada kaitannya dengan pelestarian lingkungan.

Awal Mei 2011 ini akan genap satu tahun penulis menjalani pola hidup vegetarian. Dahulu sebelum bervegetarian setiap akan menyantap daging sering terbayang sejenak tayangan VCD tentang penyiksaan hewan di kandang dan penganiyaan hewan sebelum dibantai. Sering timbul perasaan bersalah (guilty feeling), tetapi kini perasaan itu telah sirna. Jadi dapatlah disimpulkan bahwa bervegetarian adalah gaya hidup yang penuh cinta kasih dan bertanggung jawab baik terhadap diri sendiri, seluruh mahkluk hidup dan juga terhadap bumi kita untuk kelangsungan hidupnya. Jadi tunggu apa lagi, “Mari kita semua mulai bervegetarian!”

  
 

Artikel Terkait

Antisipasi Luapan Kali Angke Tzu Chi

Antisipasi Luapan Kali Angke Tzu Chi

11 Desember 2014 Memasuki musim penghujan, Pemerintah Daerah DKI Jakarta mulai melakukan antisipasi datangnya banjir. Salah satunya dengan melakukan pembersihan dan pengerukan kali agar aliran air menjadi lancar. Tak terkecuali Yayasan Buddha Tzu Chi.
Suara Kasih: Saling Membangkitkan Welas Asih

Suara Kasih: Saling Membangkitkan Welas Asih

05 April 2012 Suster Angela berkata, ”Saya telah bergabung dengan Tzu Chi di Brisbane selama 22 tahun saya adalah bagian dari Tzu Chi. Meski saya adalah suster Katolik dan kalian adalah umat Buddha, namun kita adalah satu. Kita memiliki cinta kasih yang sama di dalam hati.
Doa Vita

Doa Vita

27 Desember 2010 Sejak lahir Vita memang terlahir tak sempurna. Bibir bagian atasnya sumbing dan juga tak memiliki langit-langit di mulutnya. Meski sempat mengalami shock dan tidak bisa menerima kondisi anak keduanya ini, Solehatun (32) dan suaminya Agus Triadi (36) akhirnya dapat berpikir jernih dan menerima kondisi putri mereka apa adanya.
Hanya orang yang menghargai dirinya sendiri, yang mempunyai keberanian untuk bersikap rendah hati.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -