Silaturahmi dengan Warga Kampung Belakang

Jurnalis : Apriyanto, Fotografer : Apriyanto
 

fotoWarga Kampung Belakang, Kamal, Jakarta Barat saat memasukkan uang ke dalam celengan bambu. Menurut Sofie, sesungguhnya yang ditekankan pada hari itu adalah penggalangan hati, bukan berapa jumlah uang yang terkumpul.

 

Sabtu, 29 Agustus 2009, sebanyak 54 warga kampung belakang telah berkumpul di Sasana Krida Karang Taruna, Kelurahan Kamal, Jakarta Barat. Kehadiran mereka pada sore itu adalah untuk mengikuti kegiatan doa bersama dan penyerahan dana bagi korban bencana alam di Taiwan, sekaligus sebagai momen silaturahmi antar warga dengan relawan Tzu Chi di bulan Ramadan ini. Maka, pada kesempatan itu Tzu Chi memberikan bingkisan kepada warga yang hadir berupa makanan ringan dan pakaian yang diharapkan bisa berguna untuk hari Idul Fitri yang segera datang.

Sebelum acara dimulai, Hok Cun, relawan Tzu Chi mengisahkan kehidupan Liem Cun Bie, seorang pedagang siomay keliling yang selalu menggantungkan celengan bambu di tiang rak dagangannya. Selama berdagang siomay, Cun Bie selalu mengajak para langganannya untuk berdana di celengan itu. Ia juga menerangkan bahwa dana yang terkumpul di celengan itu akan digunakan untuk kegiatan kemanusiaan. Alhasil, banyak pelanggannya yang kemudian rutin memasukkan uangnya ke celengan bambu yang tergantung di (tiang tempat payung –red) sepeda Cun Bie..

Cun Bie adalah salah satu penerima bantuan Tzu Chi yang mengenal syukur. Pada kesempatan itu, Hok Cun mengimbau kepada warga yang hadir untuk selalu mengenal rasa syukur atas apa yang dimiliki. Karena menurut Hok Cun, dengan mengenal syukur akan memberikan kepuasan dan kebahagiaan bagi diri sendiri.

foto  foto

Ket : -Hok Cun, relawan Tzu Chi mengimbau kepada warga agar selalu mengenal rasa syukur. Dengan mengenal           syukur, maka akan memberikan kepuasan dan kebahagiaan. (kiri)
       - Pada acara silaturahmi itu, Tzu Chi membagikan paket bingkisan hari raya berupa makanan ringan dan baju. .           Bingkisan ini diharapkan bisa berguna bagi warga yang akan merayakan hari raya Idul Fitri  (kanan)

Suriadi yang mengisi di acara berikutnya memperlihatkan bencana-bencana besar yang pernah menimpa Indonesia dalam kurun waktu 5 tahun ini melalui tayangan video. Mulai dari tsunami di Aceh sampai gempa di Yogyakarta. Kepada warga, Suriadi menerangkan bahwa saat Indonesia mengalami musibah, banyak relawan Tzu Chi Taiwan yang langsung datang dan memberikan bantuan, baik fisik maupun psikologis. Menurut Suriadi, kehadiran mereka ke Indonesia dikarenakan adanya cinta kasih dan kesamaan, yaitu hidup dalam satu dunia yang sama. Karena itu Suriadi juga mengajak para warga yang hadir untuk dengan tulus memberikan doa kepada para korban topan Morakot  di Taiwan dan memberikan sumbangan dana secara sukarela..  

Informasi Ladang Kebajikan
Neneng Sofiea mengatakan bahwa penggalangan dana pada hari itu sesungguhnya lebih mengutamakan penggalangan hati dari pada jumlah yang didapat. “Pada hari ini kita juga berterima kasih kepada mereka, karena setelah menerima pemberian Tzu Chi, mereka benar-benar tahu arti memberikan kasih. Kita tidak melihat berapa yang mereka berikan, tetapi cinta kasihnya itu yang kita lihat. Begitu semangatnya mereka menyambut kehadiran kita dengan cinta kasihnya yang ingin mereka berikan juga kepada yang lainnya,”  terang Sofie, begitu ia biasa dipanggil.

Melihat antusiasme warga yang hadir, Sofie juga merasa terharu. Menurutnya warga di kampung belakang ini luar biasa. Mereka telah mengenal rasa syukur dengan setiap bulan memberikan dana sukarela untuk kegiatan kemanusiaan, dan hingga kini semangat itu tetap terjaga. “Saya terharu dan luar biasa. Saya juga sama seperti mereka yang tadinya dari Kali Angke, kemudian saya dibantu di Tzu Chi, kemudian menjadi relawan membantu sesama. Jadi ada saling timbal balik. Apa yang kita berikan itu harus disyukuri,” katanya    

foto  foto

Ket : - Kesamaan misi antara Tzu Chi dengan dirinya membuat Biksu Piyasilo berantusias mengikuti kegiatan hari             itu. Ia juga berharap semoga ke depannya bisa turut bersumbangsih di Tzu Chi dari uang sumbangan yang             ia terima dari para umat. (kiri)
          - Jami begitu gembira ketika rumahnya didatangi oleh relawan Tzu Chi. Jami adalah salah satu warga                             Kampung Belakang yang rumahnya ikut diperbaiki. (kanan)

Pernyataan Sofie juga disetujui oleh Mawar salah satu warga kampung belakang. Menurutnya, setelah rumah miliknya dibangun, ia merasa sangat berterima kasih dan bersyukur dengan cara memberikan sedikit dari rezekinya untuk disumbangkan kepada Tzu Chi setiap bulan. “Saya berterima kasih kepada Yayasan Buddha Tzu Chi karena membangun rumah saya menjadi lebih layak, sehat dan bersih. Selama ini saya ikhlas menyumbang karena saya tahu uang yang diterima yayasan (Tzu Chi) digunain untuk menyumbang lagi,” katanya.

Biksu Piyasilo yang hari itu turut mengikuti kegiatan silaturahmi itu merasa telah mendapatkan informasi bahwa masih banyak warga Kampung Belakang yang hidup dalam keterbelakangan. Dengan melihat secara langsung keadaan ekonomi warga, Biksu Piyasilo pun berencana kelak sebagian dana makanan yang ia terima dari umat dalam pindapatta (dana dari umat yang dimasukan ke dalam mangkuk besar “patta” milik Bhikku -red) akan ia berikan kepada warga kampung belakang melalui Tzu Chi.

Selama ini Biksu Piyasilo juga sering memberikan bantuan kepada anak-anak jalanan berupa makanan ringan, mi, dan perlengkapan mandi. Kesamaan misi antara Tzu Chi dengan dirinya membuat Biksu Piyasilo bersemangat mengikuti kegiatan hari itu. Ia juga berharap semoga ke depannya bisa memberikan bantuan kepada Tzu Chi semampu yang ia bisa. ”Bhante dapat barang setiap hari lumayan banyak, setelah dikumpulkan sebulan baru saya bagikan. Ke depan bila ini bisa berjalan dengan baik, nanti saya akan minta Hok Cun (relawan Tzu Chi -red) saja untuk menyalurkan dana yang masuk,” katanya.    

Memberikan sesungguhnya tidaklah sulit, tinggal bagaimana keikhlasan itu diberikan. Bila cinta kasih lebih mendominasi, maka akan lebih mudah bagi seseorang untuk bersumbangsih.  

 

 
 

Artikel Terkait

Mengasah Karakter Luhur Anak Desa Binaan

Mengasah Karakter Luhur Anak Desa Binaan

29 Maret 2019

Materi demi materi pendidikan karakter diberikan para relawan Tzu Chi Singkawang kepada anak-anak di desa binaan. Desa binaan Tzu Chi yang terletak di daerah pedalaman Kabupaten Landak menjadi sasaran pertama relawan muda-mudi Tzu Chi Singkawang.

Penyuluhan Bahaya Narkoba bagi Generasi Bangsa

Penyuluhan Bahaya Narkoba bagi Generasi Bangsa

23 Maret 2018

Bahaya narkoba mengancam masa depan generasi bangsa. Karena itu pencegahannya sangat perlu untuk terus digalakkan. Seperti yang dilakukan oleh relawan Tzu Chi Perwakilan Sinar Mas Xie Li Lampung pada Jumat, 16 Maret 2018.

Sumbangsih untuk Aula Jing Si

Sumbangsih untuk Aula Jing Si

10 Mei 2010
Perayaan Waisak tahun ini memang berbeda. Selain ada pameran poster Budaya Humanis Tzu Chi, dibuka pula kesempatan bagi para relawan, donatur, dan masyarakat yang ingin berdana bagi pembangunan Aula Jing Si.
Jika menjalani kehidupan dengan penuh welas asih, maka hasil pelatihan diri akan segera berbuah dengan sendirinya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -