“Life Revolution”

Jurnalis : Amelia Devina (He Qi Utara), Fotografer : David (He Qi Utara)
 
foto

* Adenan, relawan Tzu Chi saat menyampaikan materi tentang "Life Revolution" dalam acara bedah buku, Kamis, 30 April 2009 di Toko Buku Jing-Si Books & Cafe, Pluit, Jakarta Utara.

Judul bedah buku malam itu memang sangat spesial. Life revolution atau “revolusi kehidupan” berarti mengubah secara cepat sebuah kehidupan, ke arah yang lebih baik tentunya. Topik ini juga berkaitan erat dengan tujuan hidup; karena untuk berubah, tentu diperlukan sebuah tujuan. Dan untuk mencapai sesuatu yang lebih baik, kita perlu mengenal dan paham, target baik apa yang menjadi sasaran kita di depan.

Jangan Terlalu Fokus Pada Rintangan
Tujuan hidup manusia beraneka rupa, mulai dari yang duniawi sampai yang bersifat spiritual. Ketika peserta bedah buku ditanya mengenai tujuan hidup mereka, kebanyakan menjawab ingin menjadi bahagia, membuat orang lain bahagia untuk turut menjadi bahagia, atau bersumbangsih kepada masyarakat luas. Kalau pertanyaan ini saya tanyakan pada Anda, apakah jawabannya?

Menurut Ationg Shixiong (panggilan untuk relawan laki-laki –red), untuk setiap tujuan, pasti ada rintangannya. Malahan, semakin besar sebuah tujuan, hambatannya pun akan semakin besar. Sama seperti ketika Master Cheng Yen bertekad untuk mendirikan Tzu Chi, misalnya. Manusia terkadang terlalu fokus pada rintangan sehingga sulit mencapai tujuannya. Seringkali kita berkata, “Kalau usaha saya sudah mencapai sekian ..., baru saya akan melakukan.” Terlalu banyak menunggu dan memikirkan mengatasi hambatan, kita akhirnya pun kelelahan dan lupa pada tujuan awal kita. Untuk berhasil mencapai suatu tujuan, kita perlu mempunyai mental yang kuat.

Refleksi Diri
“Menurut seorang psikolog terkemuka, 80% manusia di dunia ini mempunyai sebuah penyakit jiwa. Buktinya saja, kita sudah tahu bahwa merokok itu tidak baik bagi kesehatan, tapi masih saja terus merokok. Dulu saya juga adalah perokok berat. Namun kemudian, paru-paru saya terdeteksi menghitam. Sejak itu, saya semakin dalam mengilhami dan mempraktekkan Dharma Master Cheng Yen. Saya kemudian berpikir, seorang pebisnis besar (Aguan Shixiong, Wakil Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia -red) yang punya jauh lebih banyak persoalan dari saya saja tidak perlu merokok. Masa saya yang begini saja perlu merokok?” demikian sharing dari Abun Shixiong. Beliau mengingatkan kita semua bahwa dalam mencapai sebuah tujuan, kita juga perlu berefleksi dan mempraktikkan ajaran Dharma (spiritual) yang selama hidup ini telah kita dapatkan.

foto  foto

Ket : - Sebagai wujud ungkapan terima kasih Klub Remaja Tzu Chi Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi menyuguhkan
           segelas teh kepada para guru yang telah mendidik mereka. (kiri)
         - Seluruh karyawan (staf dan guru) Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi menyaksikan Shou Yu yang ditampilkan oleh
           relawan komite Tzu Chi. (kanan)

Berbicara mengenai tujuan hidup memang indah sekaligus menggambarkan sebuah perjuangan yang berat dan panjang. Adenan Shixiong membuka sharingnya malam itu dengan berkata, “Hidup harus punya goal. Ibarat naik taksi, tanpa sebuah tujuan, kita hanya akan terus berputar-putar tanpa tahu mau turun di mana. Kemudian, bensin pun habis dan mobilnya berhenti.” Ketika mobil berhenti, maka sudah akan terlalu lambat bagi kita untuk berencana dan memulai.

Empat Tingkatan Tujuan Hidup
Adenan malam itu berbagi tentang 4 tingkatan tujuan hidup yang membuat kita semua berkaca dan berani berharap. Pertama, kesenangan indrawi. Walaupun indah, kesenangan indrawi bersifat sesaat. Saat pesta, kita bisa puas bersenang-senang. Akan tetapi saat pesta usai, kesenangan itu hilang. Selesai nyanyi-nyanyi, sedih lagi. Sampai di rumah, marah lagi.

Kedua, kebahagiaan. Rasa bahagia tinggal lebih lama di hati manusia. Dengan menolong seseorang, perasaan bahagia dapat bertahan selama berbulan-bulan. Ia ada di batin dan bukan hanya di fisiknya saja. Perbedaan kesenangan dan kebahagiaan terdapat di moral ataupun aturan. Dengan melakukan perbuatan yang amoral atau tidak sesuai dengan aturan, tidak akan membuat seseorang bahagia, misalnya merampas uang orang, atau menggoda istri orang.

Ketiga, ketenangan. Orang yang bahagia belum tentu tenang. Ketenangan dapat dicapai dengan memahami ketidakkekalan. Mengapa harus begitu stres ketika berpisah dengan orang yang dicintai? Ada pertemuan, tentu ada perpisahan. Saat kehilangan uang, ada yang marah, ada pula yang bisa merelakan. Ketika kita berpisah dengan benda, barang, peristiwa, ataupun orang yang kita senangi, kita harus bisa berlapang dada. Bahkan sama halnya seperti penyakit. Hari ini kita sakit, tapi akan ada saat ketika kita berpisah dengan penyakit tersebut: antara kita sembuh, atau meninggal. Begitu seterusnya.

foto  foto

Ket : - Staf tata usaha dan kebersihan Tzu Chi menerima surat ungkapan terima kasih yang disampaikan oleh para
           guru Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi. (kiri)
         - Seorang siswi Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi menyerahkan segelas teh kepada salah satu guru di sekolah.
           Sebuah cerminan ungkapan terima kasih atas ilmu yang telah diberikan. (kanan)

Keempat, kebebasan. Bebas di sini sama artinya dengan mencapai nirwana atau pencerahan. Orang yang sudah bebas adalah orang yang sudah memahami kemelakatan. Ia sudah tidak melekat dan tidak lagi memiliki keterikatan terhadap apapun di dunia ini ataupun yang lain.

Tentunya, kebebasan menjadi tujuan hidup kita bersama. Bisa atau tidak, itu mungkin belum akan dapat terjawab. Namun, bersama-sama dengan para saudara se-Dharma, semoga perjalanan ini akan menjadi lebih mudah dan menyenangkan. Seperti kata Master Cheng Yen, “Ketika berusaha mencapai sebuah tujuan, kita juga harus menikmati pemandangan di sepanjang jalannya. Kita sendirilah yang memilih jalan kita. Perjalanan 1.000 mil dimulai dengan sebuah langkah.”

 

Artikel Terkait

“Harta Boleh Hilang, Semangat Tetap Harus Ada” (Bag. 1)

“Harta Boleh Hilang, Semangat Tetap Harus Ada” (Bag. 1)

05 Maret 2014 Relawan Tzu Chi Supriadi Marthaen memberi semangat Jab Boen Tiong dan istrinya. Keduanya mengalami sedikit depresi akibat musibah yang menimpa mereka. Akibatnya, mereka pun kurang bersemangat untuk menata kembali hidup mereka.
Membaca Sutra dan Menerapkan Dharma

Membaca Sutra dan Menerapkan Dharma

07 September 2011 Buddha mengatakan bahwa sulit untuk membaca sutra-sutra Buddha. Mengapa? Pada zaman Buddha, belum ada media pencatatan seperti sekarang ini. Setiap ucapan Buddha tidak bisa direkam langsung ataupun dicatat apalagi dicetak dan didistribusikan, namun hanya mengandalkan ingatan para muridnya dan disebarkan secara lisan.
Tekad Membantu Lewat Setetes Darah

Tekad Membantu Lewat Setetes Darah

22 Desember 2022

Relawan Tzu Chi komunitas He Qi Pusat Hu Ai Jembatan Lima merangkul Palang Merah Indonesia (PMI) dari Jakarta Barat dalam kegiatan donor darah pada Sabtu, 17 Desember 2022. 

Berlombalah demi kebaikan di dalam kehidupan, manfaatkanlah setiap detik dengan sebaik-baiknya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -