"Pasukan Semut" dalam Karnaval Cap Go Meh

Jurnalis : Suyanti Samad 謝宛萍 (He Qi Pusat), Fotografer : Erli Tan, Nasandi (He Qi Pusat)

Minggu, 21 Februari 2016, relawan Tzu Chi berpartisipasi dalam Karnaval Cap Go Meh. Relawan menjadi “pasukan semut” yang membersihkan sampah-sampah yang ada di sepanjang jalan yang dilalui rombongan karnaval.

Salah satu kawasan Pecinan yang sangat terkenal di Jakarta adalah Glodok, Jakarta Barat. Tahun ini, perayaan Cap Go Meh kembali diadakan di kawasan ini. Selain arak-arakan mengelilingi kawasan Glodok, juga diselenggarakan berbagai perlombaan, antara lain Lomba Liong (naga) dan barongsai (singa), pemilihan Koko dan Cici (Kakak dan Adik), juga Mpe and Encim (Om dan Tante).

Karnaval Cap Go Meh ini dilaksanakan pada hari Minggu, 21 Februari 2016, di sepanjang Jalan Gadjah Mada dengan target panjang rangkaian satu kilometer menempuh jarak 3,5 kilometer. Ada sekitar 23 komunitas yang melibatkan 1.526 orang peserta, termasuk di dalamnya 86 insan Tzu Chi yang turut serta meramaikan karnaval ini.  

Di hari yang bertepatan dengan Hari Peduli Sampah Nasional ini, insan Tzu Chi mengambil bagian dalam barisan paling akhir sebagai “pasukan semut” untuk mengumpulkan sampah yang ditemukan di sepanjang perjalanan. Dimulai dari Lindeteves Trade Centre, Glodok menuju Gadjah Mada Plaza dan kembali ke Lindeteves Trade Centre, Glodok.

Joe Riadi, relawan Tzu Chi yang menjadi koordinator kegiatan ini berharap dengan adanya gerakan membersihkan sampah Jakarta, dapat menginspirasi warga lebih peduli pada kebersihan.

Kegiatan ini melibatkan 86 relawan Tzu Chi dari berbagai komunitas di Jakarta.

“Kita dulu juga pernah waktu Jokowi dilantik sebagai Presiden, kita pernah ikut karnaval bersih-bersih jalan. Mungkin karena mereka (pemerintah dan panitia) menganggap Tzu Chi ini kerjanya bagus dan bersih, jadi kita diundang untuk ikut berpartisipasi. Nah, kebetulan hari ini juga Hari Peduli Sampah Nasional," ujar Joe Riadi (61), Ketua Tim Tanggap Darurat Tzu Chi yang juga koordinator kegiatan ini.

Joe Riadi menjelaskan bahwa kegiatan sesuai dengan salah satu misi Tzu Chi, Misi Pelestarian Lingkungan. “Gerakan bersih-bersih ini bisa menginspirasikan warga sekitar untuk menjaga kebersihan, sekaligus mengajak mereka membuang sampah pada tempatnya. Tadi ada warga, saat kita membersihkan sampah, mereka merasa segan membuang sampah ke jalanan. Mereka memberikan sampah mereka dan memasukkan ke kantong plastik kita,” tambah Joe Riadi.

Para relawan tetap memberikan senyuman indah saat melakukan pemilahan sampah di Hari Peduli Sampah Nasional ini.

Sampah-sampah (kertas dan botol plastik) yang dikumpulkan relawan langsung diberikan diberikan kepada pemulung yang dijumpai di lokasi.

Sementara bagi Endang Supriatna, relawan Tzu Chi lainnya, “Hari ini, relawan mengambil sampah-sampah yang selama ini orang lain mungkin tidak peduli dengan sampah. Di sini kita sebenarnya pada penekanan moral kepada masyarakat untuk lebih menjaga lingkungan. Karena bagi insan Tzu Chi, “sampah adalah emas, emas adalah cinta kasih”.”

Gerakan Peduli Sampah ini juga menggugah kepedulian anak-anak. Salah satunya adalah Tegar Susanto. Sejak dua tahun yang lalu, ia telah dikenalkan dengan Tzu Chi oleh mamanya yang juga relawan Tzu Chi, Lian Jiu Yan. Dalam kesehariaannya, selain membantu ibunya menjaga warung, ia juga melakukan pemilahan barang daur ulang berupa botol plastik dan kardus. Semua hasil daur ulang itu akan dibawa ke Tzu Chi, tempat daur ulang. Niat yang tulus untuk turut melindungi bumi dari banjir sampah telah melangkahkan kakinya menuju lokasi untuk bergabung bersama relawan Tzu Chi.Kalau sampah-sampah ini banyak menumpuk di jalanan maka bisa menyumbat saluran air dan mengakibatkan banjir di saat musim hujan,” jelas Tegar Susanto (14), yang masih duduk di bangku sekolah kelas 7 SMP Negeri 3 Balaraja, Tangerang, Banten.

Dengan bantuan alat bersih berupa 30 sapu, 30 pengki, dan 50 alat penjepit, gerakan memungut sampah ini berhasil terkumpul sebanyak 70 kantong sampah yang sudah dipisah saat pemungutan sesuai dengan jenisnya. Kantong berupa botol minuman dan jenis kertas langsung diberikan kepada beberapa pemulung yang dijumpai di lokasi oleh relawan. Mereka adalah seorang ibu bersama anaknya yang masih kecil, juga seorang pemulung lainnya. Sedangkan kantong sampah lainnya seperti sampah basah lainnya akan diangkut oleh petugas Dinas Kebersihan DKI Jakarta ke mobil sampah.


Artikel Terkait

Cap Go Meh Bersama Opa Oma

Cap Go Meh Bersama Opa Oma

16 Februari 2017
Jumat, 10 Februari 2017, sehari sebelum Cap Goh Meh, momen ini digunakan relawan Tzu Chi komunitas He Qi Utara 1 untuk merayakan bersama opa oma pada kegiatan kunjungan kasih di Senior Club, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara.
Cara Terbaik Merayakan Cap Go Meh

Cara Terbaik Merayakan Cap Go Meh

28 Februari 2009 Minggu, 28 Februari 2009 berlangsung perayaan Cap Go Meh di kota Makassar, Sulawesi Selatan. Prosesi perayaan Cap Go Meh ini adalah perayaan ritual adat budaya masyarakat Tionghoa yang diadakan bersama dengan karnaval budaya dari berbagai daerah di Sulawesi Selatan. Ribuan warga masyarakat menyaksikan arak-arakan ini.

"Pasukan Semut" dalam Karnaval Cap Go Meh

24 Februari 2016
Sebanyak 86 relawan Tzu Chi berpartisipasi dalam Karnaval Cap Go Meh di Glodok pada Minggu, 21 Februari 2016. Dalam karnaval sepanjang 1 km yang diikuti oleh ribuan orang peserta ini, relawan Tzu Chi berperan sebagai pasukan semut dibarisan paling belakang untuk membersihkan lokasi yang dilewati peserta pawai.
Kekuatan akan menjadi besar bila kebajikan dilakukan bersama-sama; berkah yang diperoleh akan menjadi besar pula.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -