“Sudah Siapkah Anda?”

Jurnalis : Christine Desyliana (He Qi Barat), Fotografer : Junet Lee (He Qi Barat)

fotoKumuda Shixiong menjelaskan tentang bagaimana cara "melepas" agar kita dapat hidup damai dan ketika meninggal, kita dapat beristirahat dengan damai.

 

Pernahkah kita membicarakan perihal “kematian” kepada orang lain? Mungkin untuk kebanyakan orang, membicarakan masalah kematian adalah hal yang tabu, dan bahkan agak menakutkan. Tapi tidak bagi 43 orang peserta bedah buku di Kantor He Qi Barat. Rabu, 21 September 2011, dengan inisiatif sendiri mereka mendengarkan penjelasan tentang “kematian” dalam kegiatan bedah buku yang menjadi agenda rutin relawan He Qi Barat ini.

 

 

Pembicara kali ini adalah Kumuda Shixiong yang membawakan tema “Sulit Untuk Menghadapi Kematian”. Tema ini diambil dari buku karangan Master Cheng Yen yang berjudul,  “20 Kesulitan dalam Kehidupan”,  bab  3, halaman  29 - 36.  Kumuda Shixiong memulai kegiatan dengan bertanya, “Esok Anda pasti akan mati! Sudah siapkah Anda?” Para peserta pun memberi berbagai macam respon, ada yang tertawa, ada yang diam dan ada juga yang tersenyum. Kemudian Kumuda Shixiong menjelaskan dengan bijaksana bahwa ada beberapa penyebab yang membuat manusia itu takut akan kematian, yaitu karena takut berpisah dengan semua yang ada; takut dengan kehampaan, dan karena tidak tahu akan kemana setelah mati.

Selanjutnya, Kumuda Shixiong berkata, ”Sebenarnya tidak ada yang perlu ditakuti. Ketika Anda hidup, setiap momen Anda mati, sehingga sepanjang hidup, Anda tidak terikat pada apapun. Jadi kehidupan adalah kematian. Setiap hari adalah hari baru. Setiap hari, Anda mati dan terlahir kembali. Jika Anda tidak terikat pada masa lalu dan mendatang, Anda bisa hidup di masa sekarang tanpa ketakutan dan kecemasan. Dan kematian itu adalah proses hidup yang wajar.”

Suasana di ruangan ini sungguh hangat dan hati kita yang mendengarkan penjelasan Kumuda Shixiong merasa tenang dan sejuk, karena Kumuda Shixiong menjelaskan “kematian” dengan selalu tersenyum hangat seperti seorang ayah yang sedang berbicara mengenai proses kehidupan kepada anak-anaknya. Semua peserta mendengarkan dengan penuh seksama, setiap kata yang diucapkan Kumuda Shixiong, bahkan ada yang terus mencatat di buku tulisnya.

foto  foto

Keterangan :

  • Kumuda Shixiong menjelaskan perihal tentang "kematian" dengan sangat indah, sehingga para peserta menulis kata-kata tersebut untuk dapat dijadikan sebagai inspirasi mereka. (kiri)
  • Para peserta kegiatan bedah buku datang untuk mendengarkan sharing mengenai "kematian" yang dibawakan oleh kumuda Shixiong. (kanan)

Kemudian peserta bertanya, “Apa yang harus dipersiapkan dalam menghadapi kematian?” Semua langsung tersenyum tersipu-sipu dan dengan lugasnya, Kumuda pun menjawab, ”Belajar Melepas.” Lalu dijelaskan bahwa kita harus mengerti bahwa semua akan berlalu; merenungi bahwa tubuh ini bukan “aku”; tubuh ini pasti mengalami sakit; tubuh ini pasti akan mengalami penuaan; dan tubuh ini pasti akan hancur. Jika tubuh ini bukan milikku, lalu apa yang perlu diperebutkan. Penjelasan ini membuat kita jadi teringat dengan kata-kata perenungan Master Cheng Yen yang berbunyi, “Kita tidak memiliki hak milik terhadap kehidupan ini, kita hanya memiliki hak pakai saja.

Menjelang  pukul 21.00 WIB, Kumuda Shixiong memberikan sebuah kalimat penutup untuk kegiatan bedah buku,”Tubuh ini boleh sakit, tapi pikiran tidak. Setiap hari tubuh ini diberi makan, dibersihkan, diberi pewangi dan perhiasan agar tampak indah. Namun pikiran pun demikian, diberi makan dengan dharma, dibersihkan dengan keheningan, diberi wewangian dengak kebajikan, dan diberi keindahan dengan welas asih. Dan semoga kita semua damai dalam hidup, mati dalam damai,” jelas Kumuda Shixiong.

Tak terasa ketakutan sedikit pun di hati para peserta walaupun baru saja mendengar bedah buku mengenai “kematian”, bahkan yang tersisa adalah timbulnya kesadaran bahwa proses kematian sebagai proses kehidupan yang normal, sama seperti proses kehidupan lainnya seperti lahir, tua dan sakit.

Seperti yang pernah dikatakan Master Cheng Yen dalam ceramahnya, “Setiap orang termasuk saya tak luput dari ketidakkekalan, masalahnya hanya cepat atau lambat. Sesungguhnya, kelahiran dan kematian berawal dari kekotoran batin. Oleh sebab itu, untuk terbebas dari kelahiran dan kematian, kita harus melenyapkan kekotoran batin. Yang terpenting, Dharma di dalam hati kita tak boleh lenyap dan harus senantiasa ada. Jika Dharma meresap ke dalam hati, barulah kehidupan kita akan abadi. Apakah artinya? Jiwa kebijaksanaan kita terus bertumbuh dari kehidupan ke kehidupan.”

Semoga semakin banyak lagi orang yang memahami bahwa kematian adalah bagian dari kehidupan, sehingga semakin banyak lagi orang yang menjalankan kehidupannya dengan lebih berarti.

 

  
 

Artikel Terkait

Internasional: Ragam Waisak di Amerika Serikat

Internasional: Ragam Waisak di Amerika Serikat

18 Mei 2010
Prosesi yang perhatian orang dari berbagai ras dan penutur bahasa yang berbeda, termasuk seorang ibu dengan dua anak perempuannya dari Haiti. Bagi mereka, acara ini memiliki arti yang penting. “Master Cheng Yen bagaikan seorang ibu bagi saya.”
Peresmian Sekolah Tzu Chi Indonesia

Peresmian Sekolah Tzu Chi Indonesia

20 Juli 2011
Sekolah Tzu Chi Indonesia adalah sekolah yang menggunakan 3 jenis bahasa, yaitu bahasa Indonesia, Mandarin dan Inggris, dimana bahasa Mandarin dan bahasa inggris merupakan bahasa utama dalam pelajaran dan dalam komunikasi sehari-hari para guru dan siswa.
Pemberkahan Akhir Tahun 2017 di Biak yang Terasa Istimewa

Pemberkahan Akhir Tahun 2017 di Biak yang Terasa Istimewa

17 Januari 2018

Pemberkahan Akhir Tahun 2017 yang diadakan di Aula Vihara Buddha Dharma Biak terasa spesial karena bersamaan dengan Ethical Eating Day. Para tamu diajak untuk berkomitmen dengan 1 orang, 1 hari bervegetaris untuk 1 bumi.

Orang bijak dapat menempatkan dirinya sesuai dengan kondisi yang diperlukan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -