“Through History Exhibition”

Jurnalis : Yunita Margaret (Utara), Fotografer : Aris Widjaja, Erli Tan (He Qi Utara), Ciu Yen (He Qi Pusat)
 

foto
Para relawan begitu antusias menyaksikan pameran Zhen Shan Mei He Qi Utara yang digelar dari tanggal 8-15 Desember 2013 di Jing Si Books & Cafe Pluit.

Minggu, 8 Desember 2013 merupakan hari bersejarah bagi relawan dokumentasi Tzu Chi yang biasa disebut relawan Zhen Shan Mei, khususnya komunitas He Qi Utara karena ini adalah pertama kalinya diadakan pameran hasil karya relawan Zhen Shan Mei berupa foto, video, dan tulisan. Pameran berlangsung tanggal 8 - 15 Desember 2013 di Jing Si Books & Cafe Pluit, Jakarta Utara. Pembukaan pameran diadakan pada 8 Desember dengan tema “Through History Exhibition - Mewariskan Sejarah Tzu Chi Indonesia”.

Acara dimulai pukul 14.30 WIB, dipandu oleh pembawa acara yang sangat terampil, yaitu Amelia Devina Shijie. Para peserta dan undangan yang hadir baik dari yayasan, ketua dan wakil He Qi, Hu Ai, Xie Li serta para relawan Tzu Chi sebanyak 121 orang memulai acara dengan memberi penghormatan kepada Master Cheng Yen. Kemudian dilanjutkan dengan penampilan shou yu oleh tim isyarat tangan He Qi Utara dengan judul “Wu Liang Fa Men”, yang artinya ajaran Dharma yang tidak terhingga. Setelah isyarat tangan yang indah oleh 9 shijie, kami menyaksikan budaya penyajian teh ala Tzu Chi oleh Ai Ru Shijie. Setiap gerakannya begitu anggun, tersirat pikiran dan gerakan penuh kesadaran menyatu dengan aroma secangkir teh yang harum, semua tata cara ini mengandung Dharma mendalam. Kemudian dilanjutkan penyajian teh kepada para peserta yang dibawa oleh 13 relawan komite wanita Tzu Chi. Dengan penuh kelembutan dan cinta kasih mereka menyuguhkan teh yang menghangatkan sehingga suasana menjadi lebih rileks.

Selesai minum teh para peserta dengan penuh perhatian mendengarkan kata sambutan dari ketua panitia pameran, yaitu Stephen Ang Shixiong. Ia merasa sangat gembira dan gan en (bersyukur) kepada peserta yang hadir dan juga dukungan semua pihak hingga terselenggaranya acara ini. Lalu menerangkan sekilas prinsip Zhen (benar), Shan (bajik), dan Mei (indah). Tujuan diadakan pameran ini adalah ingin memberikan apresiasi kepada relawan dokumentasi dengan menampilkan 108 foto karya relawan Zhen Shan Mei. Selain itu saat melihat foto kegiatan kita dapat mengenang kembali acara tersebut, serta melihat keindahan budaya humanis Tzu Chi. Diharapkan kedepannya relawan dokumentasi tidak hanya meningkat dalam hal kuantitas tapi juga kualitasnya. Stephen Shixiong juga menjelaskan tentang persiapan pameran selama 3 bulan sejak bulan September, mulai dari pembagian tugas dan membuat laporan. Semua panitia begitu kompak bersatu hati saling mendukung. Selain itu juga mendapat bantuan dari Meni Thalib Shijie dan IndrawatiShijie untuk persiapan dekorasi selama 2 hari sehingga ketika memasuki ruang pameran, hati terasa tenang dan damai.

Kata sambutan juga datang dari koordinator Zhen Shan Mei He Qi Utara, Henry Tando Shixiong. Henry Shixiong menyampaikan rasa haru dan bahagia melihat acara hari ini. Ia juga menyampaikan beberapa rencana kegiatan tahun 2014, yaitu perlombaan foto dengan hadiah yang cukup menggiurkan. Selain itu juga akan ada training dari yayasan dan setiap Hu Ai wajib mengirimkan perwakilan minimal 4 orang yang akan diikut sertakan dalam pelatihan foto, tulisan, video dan script video. Lalu Henry Shixiong mengucapkan terima kasih kepada semua relawan khususnya ketua He Qi Utara, yaitu Susanti Hidayat Shijie. “Saya merasa sangat gembira dan gan en, saya juga dapat merasakan kerja keras relawan Zhen Shan Mei”, ucap Susanti Shijie.

foto  foto

Keterangan :

  • Henry Shixiong (kanan) mengucapkan terima kasih kepada semua relawan khususnya ketua He Qi Utara yaitu Susanti Hidayat Shijie yang telah mendukung relawan Zhen Shan Mei dalam kegiatan pameran ini (kiri).
  • Melalui Pendalaman Prinsip ini setiap relawan diharapkan dapat menjadi mata dan telinga Master Cheng Yen yang ikut terlibat dalam merekam dan mencatat sejarah Tzu Chi Indonesia melalui kisah yang mengharukan (kanan).

Pemimpin redaksi media cetak Tzu Chi Indonesia, Hadi Pranoto Shixiong merasa sangat terkesan dan menyampaikan terima kasih atas kerja keras relawan Zhen Shan Mei selama ini. Harapan Master Cheng Yen, tugas ini bukan hanya tugas relawan Zhen Shan Mei tapi juga tugas semua relawan Tzu Chi. Menurutnya, yayasan akan berusaha membantu dan membimbing relawan dokumentasi agar lebih berkembang, yaitu dengan training. Setelah mengikuti training diharapkan relawan dapat lebih mandiri dalam meliput kegiatan di daerahnya masing-masing, mencakup semua badan misi sehingga memperkuat barisan relawan Zhen Shan Mei.

Untuk mendapat nutrisi batin, selanjutnya relawan mendengarkan ceramah Master Cheng Yen. Dalam ceramah tersebut Master mengatakan semua jejak langkah insan Tzu Chi harus direkam, mengabadikan momen dan sejarah Tzu Chi sangat penting. Di setiap foto, video, dan tulisan terkandung banyak kisah yang benar, bajik, dan indah. Mengabadikan tayangan berharga ternyata sudah ada sejak Tzu Chi berdiri dan Master adalah relawan Zhen Shan Mei yang pertama. Master bercerita, “Saat itu saya bersama insan Tzu Chi melakukan kunjungan kasih di Fenglin, Hualien. Saat menyeberangi sungai, bus yang kami tumpangi terjebak di dasar sungai. Para relawan bersatu padu berusaha mengeluarkan bus itu. Foto ini adalah hasil karya saya. Jadi kalian tak bisa melihat saya di dalam foto itu.” Pekerjaan dokumentasi merupakan sebuah pelatihan diri. Tidak hanya melihat dan mendengar, tetapi juga berusaha memanfaatkannya dalam menapaki jalan Bodhisatwa demi memberi manfaat bagi umat manusia. Master terharu para relawan bahkan merogoh kocek sendiri untuk membeli peralatan. Dengan kesungguhan hati dan sumbangsih penuh cinta kasih memikul tanggung jawab merekam dan mewariskan keindahan juga kebajikan di dunia ini.

Pendalaman Prinsip Zhen Shan Mei
Selanjutnya adalah pendalaman Prinsip Zhen Shan Mei yang dibawakan oleh Stephen Shixiong. Menurutnya, setiap orang yang terlibat dalam kegiatan Tzu Chi adalah pencatat sejarah Tzu Chi. Karena ada relawan yang berkegiatan barulah ada kisah yang mengharukan. “Semua relawan dapat menjadi mata dan telinga Master Cheng Yen. Jika merasa belum bisa foto ataupun menulis, jangan khawatir, yang penting memiliki tekad dan keinginan untuk belajar”, tuturnya memberi semangat. Untuk mempermudah, ada beberapa tips dalam mengambil foto di Tzu Chi, yaitu yang menggambarkan ekspresi senyuman, interaksi relawan, dan budaya humanis. Stephen Shixiong berjanji akan membantu dan mendampingi relawan yang ingin belajar. Begitu juga dengan menulis, biasanya relawan sering menemui kisah yang mengharukan, jangan disimpan sendiri tapi bisa di-share dengan menuliskan 5W1H-nya. Konsep 5W1H adalah What (apa) kegiatan apa, Where (di mana) lokasi tempat kejadian, When (waktu) hari dan tanggal, Why (mengapa) alasan dilaksanakannya kegiatan, Who (siapa) pihak yang terlibat, How adalah bagaimana melaksanakan kegiatan tersebut. Bersama-sama mewariskan sejarah bukan berarti relawan Zhen Shan Mei jadi istirahat tapi karena kita pelaku sejarah. Contoh pada misi amal kita tidak bisa selalu menemani tapi relawan pemerhati yang menjalankan kasus tersebut dapat menemani setiap hari, dan pasti menemukan kisah indah untuk dibagikan.

Kemudian hal yang penting lainnya adalah pengumpulan arsip dan penentuan sejarah Tzu Chi Indonesia. Misalnya data kapan He Qi Utara dibentuk? Siapa ketuanya? Ada berapa Hu Ai? Dari Taiwan telah memandu cara membuat kitab sejarah Tzu Chi Indonesia, dengan mengumpulkan semua bukti dan catatan. Kitab ini akan diterbitkan pada ulang tahun Tzu Chi International yang ke-51. Hal ini dilakukan untuk memperkuat semangat ajaran Jing Si dan mazhab Tzu Chi. Berpegang pada misi Zhen Shan Mei, yaitu menjadi saksi sejarah jaman sekarang, mengukir sejarah bagi umat manusia, dan menulis sejarah bagi Tzu Chi. Walau berat tapi itu sudah menjadi bagian dari tim dokumentasi Tzu Chi. Pencatat sejarah Tzu Chi dan semua yang berpartisipasi sangat berharga, merupakan bodhisatwa yang pantas dihargai.

foto  foto

Keterangan :

  • Pameran Zhen Shan Mei He Qi Utara dibuka pada 8 Desember 2013 oleh Ketua He Qi Utara Susanti Shijie, Koordinator Zhen Shan Mei He Qi Utara Henry Shixiong, Ketua Panitia Pameran Stephen Shixiong, dan perwakilan dari yayasan, Hadi Shixiong (kiri).
  • Kegembiraan dan kebahagiaan dirasakan oleh semua relawan, terutama Iksi Shijie yang tersenyum ceria ketika melihat foto-foto kegiatan yang bagus dan menyentuh hati (kanan).

Kemudian relawan disuguhkan sebuah video singkat yang menceritakan kisah relawan Huang. Dahulu ia berada di jalan yang salah tapi ketika melihat relawan dokumentasi Tzu Chi lama-kelamaan pola pikirnya berubah. Dari sini ia belajar dan terinsipirasi untuk berubah karena setiap tindakan yang keliru akan menambah kekotoran batin.

Setelah itu Amel Shijie memandu semua relawan berdoa bersama sepenuh hati, semoga dunia bebas bencana dan masyarakat hidup harmonis. Akhirnya sampailah di puncak acara, yaitu peresmian pameran oleh Ketua He Qi Utara Susanti Shijie, koordinator Zhen Shan Mei He Qi Utara Henry Shixiong, ketua Panitia Pameran Stephen Shixiong, dan perwakilan dari yayasan, Hadi Shixiong. Sebelum relawan mengunjungi ruang pameran, acara ditutup dengan memberi penghormatan kembali kepada Master Cheng Yen. Lalu dengan tertib semua peserta berjalan ke area pameran untuk melihat hasil karya relawan Zhen Shan Mei.

Saat melihat foto-foto yang terpajang rapi, relawan begitu gembira dan bersemangat juga terharu mengenang kembali kejadian saat itu. Fulinar Shijie mengatakan sangat gembira dan mendoakan semoga Zhen Shan Mei tambah maju. Benny Shixiong juga memberi semangat karena ini sudah bagus jadi jangan berhenti, majulah terus. Begitu juga Iksi Shijie terlihat sangat gembira. “Semua bagus dan menyentuh hati, ternyata banyak juga foto saya dan waktu kejadian itu tidak menyangka lagi difoto”, ungkapnya sambil tersenyum ceria. Melihat kegembiraan dan kebahagiaan semua relawan, panitia merasa sangat bersyukur, tidak sia-sia semua pekerjaan dan persiapan selama 3 bulan. Hal ini berkat kekompakan panitia yang bersungguh hati saling bahu membahu.

Demikianlah relawan Zhen Shan Mei menyaksikan jejak bodhisatwa dunia menyebarkan cinta kasih, mengabadikan momen dan sejarah Tzu Chi, menyelami budaya humanis, bertekad setulus hati, menjunjung Dharma yang menakjubkan, berbagi kebahagiaan dan menghantarkan kehangatan.

  
 

Artikel Terkait

Suara Kasih: Mengatasi Kesulitan dengan Cinta Kasih

Suara Kasih: Mengatasi Kesulitan dengan Cinta Kasih

15 Agustus 2012 Saat saya beranjak dari kamar baca, saya mendengar bahwa desa yang berada di belakang Griya Jing Si tergenang air dan terjadi tanah longsor. Mendengar kata tanah longsor, sejujurnya, sejak dahulu, saya sangat mengkhawatirkan masalah ini.
Menjernihkan Hati Manusia Melalui Media Informasi

Menjernihkan Hati Manusia Melalui Media Informasi

12 Maret 2015 Sebagai media informasi, DAAI TV menjadi ujung tombak untuk menyebarkan cinta kasih yang ditanam oleh insan Tzu Chi. Menyebarkan cinta kasih tentunya harus dilakukan dengan tata cara yang humanis dan baik agar tersampaikan dengan benar.
Yuan Yuan

Yuan Yuan

26 Februari 2015
Qin zi ban adalah kelas budi pekerti yang diperuntukan untuk anak usia 5-8 tahun. Ini  merupakan salah satu misi pendidikan Tzu Chi untuk membekali nilai-nilai budi pekerti kepada anak sejak dini
Kita hendaknya bisa menyadari, menghargai, dan terus menanam berkah.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -