Suara kasih : Harmonis dengan Alam

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 

Judul Asli:

Hidup Harmonis dengan Alam
 

Bumi yang rentan tengah ditimpa bencana
Senantiasa mawas diri, berhati tulus,dan memilih tempat tinggal yang aman
Mengembangkan kebijaksanaan dan welas asih serta bertekad luhur
Menggalang dana untuk membantu para korban bencana

 

Lihatlah letusan sebuah gunung berapi di Filipina. Entah letusan ini akan membawa dampak seperti apa bagi warga setempat. Karena itu, saya sering berkata bahwa kita harus senantiasa mawas diri dan berhati tulus.

Meski hari ini kita aman dan selamat, namun kita tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Karena itu, mawas diri dan berhati tulus sangatlah penting. Saya juga melihat sebuah berita mengenai festival air di Kamboja. Tadinya, banyak orang berkumpul dan merayakan festival tersebut dengan gembira. Namun, entah mengapa tiba-tiba mereka saling mendorong sehingga banyak orang terinjak. Akibatnya, sekitar 345 korban meninggal dan lebih dari 400 korban luka-luka.

Sesungguhnya, mengapa hal aneh seperti ini bisa terjadi? Bencana Gunung Merapi meletus di Indonesia telah berlalu hampir sebulan. Tiga hari lagi akan genap sebulan. Pada tanggal 26 Oktober lalu, Gunung Merapi di Indonesia meletus dengan kekuatan yang dahsyat. Letusan yang paling dahsyat terjadi sebanyak 6 kali. Pada satu letusan, para warga sangat khawatir kubah lava yang terbentuk akan longsor. Pada saat itu, semua orang sangat khawatir. Selama hampir sebulan ini, kita dapat melihat warga setempat hidup sangat menderita.

 

Gunung Merapi ini sangat aktif. Tercatat bahwa telah terjadi letusan dahsyat sebanyak lebih dari 100 kali. Para warga yang tinggal di sekitarnya sungguh menderita. Setiap kali sebelum meletus, gunung tersebut akan berguncang. Karena itu, warga setempat selalu hidup dalam ketakutan dan bersiap-siap untuk mengungsi. Meski demikian, mereka tetap tinggal di sana. Ketika gunung akan meletus,para warga akan segera melarikan diri. Setelah kondisi kembali normal, mereka akan kembali ke rumah masing-masing. Mereka sungguh tak berdaya.

Menurut warga setempat, abu vulkanik dari gunung berapi dapat menyuburkan tanah sehingga hasil panen mereka akan sangat berlimpah. Karena itu, mereka tak rela meninggalkan tempat itu. Terlebih lagi orang tua. Warga setempat sungguh polos dan sederhana. Namun, tinggal di sana berarti hidup di bawah ancaman letusan gunung berapi  baik besar maupun kecil.

Kekuatan letusan kali ini sungguh dahsyat dan mengakibatkan kerusakan yang parah. Banyak rumah warga yang diselimuti abu vulkanik, bahkan tak sedikit yang hancur. Tanaman dan pohon buah pun habis terbakar. Kini aktivitas Gunung Merapi mulai mereda. Hampir 200.000 korban bencana telah pulang ke rumah masing-masing. Proses pemulihan yang harus mereka jalani sungguh penuh kesulitan. Entah butuh waktu berapa lama untuk membangun kembali tempat tinggal dan kehidupan mereka. Meski tahu mereka harus mengungsi ketika gunung akan meletus, namun mereka tak berencana untuk pindah ke daerah lain yang lebih aman. Melihat hal ini, saya sungguh mengkhawatirkan mereka. Para ahli setempat pun telah memberi peringatan. Karena itu, kita harus mawas diri dan menghormati langit. Janganlah kita menentang alam. Kita harus mengerti bagaimana caranya hidup harmonis dengan alam dan dengan sesama manusia sehingga kita dapat hidup damai. Lihatlah insan Tzu Chi di Indonesia. Pada hari pertama Gunung Merapi meletus, mereka segera bergerak untuk menyalurkan bantuan dan terus mendampingi para korban bencana. Hingga kini, mereka telah melakukan penyaluran bantuan sebanyak 15 kali.

Insan Tzu Chi sangat perhatian dan memahami dampak buruk dari bencana ini terhadap batin anak-anak sehingga mereka membagikan mainan dan mengajak anak-anak untuk bermain bersama. Inilah yang dilakukan oleh insan Tzu Chi bagi para korban bencana. Insan Tzu Chi di Indonesia mulai merencanakan program bantuan jangka menengah dan jangka panjang. Mereka akan datang ke Taiwan beberapa hari lagi untuk mendiskusikan proses pembagian beras bagi korban bencana.

Mungkin Tzu Chi akan memberikan bantuan beras kepada mereka setiap bulan selama setahun. Selain itu, mereka juga berencana untuk membangun lebih dari 2.000 unit rumah bagi korban yang kehilangan tempat tinggal.

Sebagian besar warga yang tinggal di sana adalah petani yang hidup dalam kondisi minim. Karena itu, kita ingin membangun rumah bagi mereka. Mungkin kita akan memberikan bantuan kepada warga setempat selama setahun lebih.

Kita harus senantiasa mawas diri karena kita tak tahu bilakah Gunung Merapi ini akan kembali meletus. Gunung berapi yang aktif sungguh berbahaya. Membangun rumah di daerah sekitarnya sungguh merupakan tantangan yang besar. Kita belum memutuskan apa pun. Singkat kata, kita harus mengembangkan welas asih dan menumbuhkan kebijaksanaan.

Kini bumi telah terluka parah. Kita semua harus meningkatkan kewaspadaan. Yang terpenting adalah mawas diri dan berhati tulus. Sungguh, kita sangat tak tega dan tak berdaya melihat penderitaan mereka. Namun meski demikian, kita tetap harus berusaha membantu mereka untuk memulihkan kehidupannya. Untuk itu, kita memerlukan kerja sama dengan pemerintah setempat. Relawan setempat telah mulai menggalang dana untuk membantu korban bencana. Baiklah. Intinya, masih banyak hal yang harus kita lakukan di masa mendatang. Semoga kalian semua dapat bertekad untuk membantu sesama. Tetes demi tetes sumbangih yang terkumpul akan sangat bermanfaat bagi mereka. Diterjemahkan oleh: Lena

 
 

Artikel Terkait

“Bersyukur Karena Mendapatkan Pelatihan”

“Bersyukur Karena Mendapatkan Pelatihan”

19 Maret 2013 Dimulai dengan pelatihan misi amal, para peserta diberikan pembekalan mengenai bagaimana menghimpun kepedulian dan menggalang hati para donatur. Pembekalan diberikan dari sudut pandang filosofis dan sudut pandang teknis.
Bantuan yang Berkelanjutan

Bantuan yang Berkelanjutan

22 Maret 2008 Derap barisan dan pukulan drum menarik perhatian saya dan orang-orang yang berada di tengah halaman SMAN Jetis. Halaman itu rindang dengan pohon-pohon yang usianya sudah tahunan. Pagi itu, para tamu sudah duduk di kursi, menghadap panggung sederhana, tapi saya memilih untuk duduk di bangku batu di bawah pohon.
Memilah Barang Daur Ulang dan Menyatukan Hati

Memilah Barang Daur Ulang dan Menyatukan Hati

29 November 2023

Pagi yang berawan di Kota Medan disambut dengan aksi nyata pelestarian lingkungan oleh relawan Tzu Chi komunitas Hu Ai Perintis Medan. Sebanyak 20 relawan bersemangat berkumpul di titik pemilahan Komplek Citraland Gama City.

Memiliki sepasang tangan yang sehat, tetapi tidak mau berusaha, sama saja seperti orang yang tidak memiliki tangan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -