Abid Si Anak Hebat yang Semangat untuk Sembuh dari Kanker Mata

Jurnalis : Khusnul Khotimah, Fotografer : Khusnul Khotimah

Di usianya yang masih delapan tahun, Ahmad Abid Shauqi sudah mengalami cobaan berat. Ia divonis kanker mata bahkan sudah stadium empat. Bola mata kanan Abid sempat bengkak dan keluar hingga sekepalan tangannya.

“Waktu itu begitu datang konsultasi, dokter bilang stadium 4. Saya syok, bingung. Akhirnya dokter saranin buat kontrol, berobat, salah satunya harus dikemo dulu. Kalau langsung diangkat takut nge-drop, jadi dimatikan dulu sel kankernya. Mudah-mudahan hasilnya, matanya masih bagus,” ujar Sahanaya, ibu Abid.

Sahanaya mengganti perban di mata Abid. Suatu hari Abid mengaku kalau matanya pernah tercolok benda saat bermain. Menurut dokter yang pernah menangani Abid, penyebab kanker Abid pun bukan karena radiasi dari gadget.  

Setelah menjalani dua kali kemoterapi di RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, mata kanan Abid pun mengempis. Kondisi Abid berangsur membaik.

“Kemo yang pertama itu keluar darah banyak banget, sampai tisu habis satu bal. Darahnya ngocor hebat. Pas mau kemo kedua akhirnya mengempis,” sambung Sahanaya.

Tanggal 25 Juni 2021 Abid akan melanjutkan kemoterapi ketiga. Setelah kemoterapi keempat, akan ada evaluasi apakah kemoterapi selesai atau lanjut.

Caroline, relawan Tzu Chi menyempatkan waktu mengunjungi Abid yang dalam beberapa hari akan menjalani kemoterapi ketiga.  

Mulanya tahun 2019, ada bintik putih pada pupil mata kanan Abid. Waktu itu Abid sempat dibawa ke RSCM untuk tindakan USG mata. Namun karena kehabiasan biaya transportasi ke RSCM yang berkali-kali ditambah informasi biaya operasi yang mahal, keluarga berhenti mengusahakan pengobatan Abid, itu berlangsung selama beberapa bulan.

Keluarga Abid memang bukan orang berada. Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, Sahanaya berjualan jus buah, sementara ayah Abid menjadi pekerja harian di sebuah toko alumunium.

“Setelah itu matanya merah, saya pikir sakit mata, saya pergi ke apotek buat beli obat tetes mata. Kalau sakit mata kan ada kotorannya, tapi ini nggak. Dia nangis kesakitan, kalau nangis ada setengah hari dari jam 6 pagi sampai 12 siang, merintih kesakitan, rupanya mungkin keluar ya matanya. Tapi saya nggak bawa pergi ke mana-mana. Saya pikir sakit biasa, tapi lama-lama makin parah, makin membesar,” sesal ibu Abid ini.

Teman-teman orang tua Abid berinisiatif membantu mengurus BPJS Abid. Setelah itu Abid dibawa ke RS Taman Sari, kemudian ke RS Tarakan. Namun karena keterbatasan alat, Abid akhirnya dirujuk ke RSCM yang kemudian pengobatannya dijalani Abid sejak Februari 2021 dengan kondisi bola mata yang sudah besar.  

Sempat Terpuruk, Tapi Kini Tidak Lagi

Abid yang akan segera naik kelas 1 SD ini sangat suka bersepeda.

Meski biaya pengobatan Abid ditanggung BPJS, namun ada pula biaya-biaya yang tak ditanggung. Ongkos transportasi ke RSCM yang satu bulan kadang empat kali juga memberatkan keluarga ini.

“Awalnya saya sempat terpuruk, mau cari duit ke mana sedangkan suami saya cuma kerja di toko yang harian, kalau suami saya sakit saja dipotong gajinya,” tutur Sahanaya.

Di tengah keterpurukan itu seorang tetangga yang dulu pernah dibantu Tzu Chi memberitahu Sahanaya perihal bantuan yang bisa diajukan ke Tzu Chi. Tetangga tersebut juga mengantarnya ke Tzu Chi Center di Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara.

Sehari setelah mengajukan bantuan, tim relawan Tzu Chi dari Komunitas He Qi Barat 1 datang ke rumah kontrakan orang tua Abid di Pegadungan, Cengkareng, Jakarta Barat. Caroline, salah satu relawan Tzu Chi, ingat betul pertama kali berjumpa Abid di pertengahan Maret 2021 untuk keperluan survei tersebut.

Abid bersama sang kakek, Syahidin Herman yang selama ini mendampingi Abid ke rumah sakit.

“Anak ini hebat kok, berani, darahnya mengucur juga dia tidak menangis,” puji Caroline yang pada Rabu sore, 16 Juni 2021 itu menyempatkan diri melihat perkembangan dan kondisi Abid.

“Pertama kali lihat kan terbuka (matanya) waktu itu, aduh. Saya paling nggak tega sama anak kecil, sampai saya di situ mbrebes mili (berkaca-kaca), kasihan amat anak kecil cobaannya. Tapi waktu itu Abid dengan beraninya nunjukin matanya, saya ngomong ‘Abid harus sembuh, nanti kita bantu, Abid harus semangat,’ saya bilang begitu,” kenang Caroline.

Setelah proses survei itu, tak lama pengajuan bantuan untuk Abid pun disetujui. Tzu Chi memberikan Abid bantuan biaya transportasi berobat dan biaya yang tak ditanggung oleh BPJS. Sahanaya yang terpuruk pun kembali menemukan secercah harapan dan semangat untuk berjuang bagi anaknya.

“Ditambah saya dibantunya biaya ke sana ke sini, nggak harus utang. Alhmdulillah sekali, saya sama suami saya sangat tidak menyangka, bersyukur, kami dipertemukan dan dibantu oleh Tzu Chi. Mudah-mudahan anak saya selalu kuat menjalani semua ini,” tuturnya.

Caroline sangat senang keluarga Abid semuanya optimis. Dukungan seperti ini sangat penting bagi kesembuhan Abid. Melihat kondisi mata Abid yang sudah lebih baik, Caroline pun diliputi kebahagiaan. 

“Perubahannya bagus banget, tinggal proses penyembuhan, 4 kali kemo lagi dilihat, nanti moga-moga bisa operasi, ganti kornea, nanti bisa melihat lagi,” kata Caroline pada Abid.

Abid bersama adiknya saat bermarawis, bermain alat musik rebana. Abid bercita-cita menjadi guru agama. Ia pun sangat rajin pergi ke masjid dengan menaiki sepedanya.

Pada kunjungan kasih sore itu, Sahanaya menceritakan efek kemoterapi pada rambut Abid yang rontok yang membuatnya malu dengan teman-temannya.

“Malu..” aku Abid.

“Nggak apa-apa, tetap cakep kok, ganteng.. besok-besok kan rambut bisa tumbuh. Bagus, nggak apa-apa, anak laki-laki banyak yang gundul,” Caroline menyemangati Abid.

“Iya,” sahut Ibu Abid pada anak sulungnya tersebut. 

Ndak boleh malu, yang penting kamu harus pintar, kalau pintar mana boleh malu. Kamu harus pintar ya Bid sekolahnya,” pesan Caroline lembut.

Sang kakek, Syahidin Herman yang selama ini selalu menemani Abid ke rumah sakit secara khusus menyampaikan kepada Caroline rasa terima kasih atas dukungan Tzu Chi kepada cucu pertamanya itu.

“Saya juga ucapkan terima kasih buat Tzu Chi untuk bantuannya, semoga Tuhan memberkati, dari Buddha Tzu Chi juga tim-tim relawan diberikan kesehatan dimudahkan segala urusannya. Saya sebagai keluarga Abid banyak terima kasih buat Tzu Chi,” ujar sang kakek yang selama ini menemani Abid ke rumah sakit. 

Editor: Erli Tan


Artikel Terkait

Ketabahan Nenek Rodiah Merawat Cucunya

Ketabahan Nenek Rodiah Merawat Cucunya

08 Januari 2021

Malang betul kisah hidup Alvia Balqis (14). Sejak bayi hingga saat ini, Via, panggilannya, hanya bisa terbaring di tempat tidur. Ia juga tak bisa bicara. Di usia 7 tahun ibunya meninggal dunia. Beruntung ia memiliki nenek yang begitu menyayanginya, Nenek Rodiah (68). 

Ketegaran Menghadapi Ujian Kehidupan

Ketegaran Menghadapi Ujian Kehidupan

24 Juli 2019

Susanti, seorang pejuang penyakit autoimun (penyakit lupus) selama 14 tahun. Pada tahun 2019, dokter mendeteksi adanya tumor otak yang beresiko menyebabkan kebutaan bila tidak segera dioperasi. Sempat putus asa dan pasrah, semangat Susanti akhirnya bisa tumbuh berkat dukungan, bantuan, doa, dan pendampingan dari keluarga dan relawan Tzu Chi.

Menggenggam Jalinan Jodoh dengan Para Penerima Bantuan

Menggenggam Jalinan Jodoh dengan Para Penerima Bantuan

16 Desember 2019

Relawan Tzu Chi Tebing Tinggi mengadakan kegiatan Pemberkahan Akhir Tahun 2019 bagi penerima bantuan Tzu Chi Minggu, 8 Desember 2019. Kegiatan dihadiri sekitar 30 orang penerima bantuan beserta keluarga yang mendampinginya.

Cinta kasih tidak akan berkurang karena dibagikan, malah sebaliknya akan semakin tumbuh berkembang karena diteruskan kepada orang lain.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -