Akhir Penantian Marjuki

Jurnalis : Ivon (Tzu Chi Lampung) , Fotografer : Ivon (Tzu Chi Lampung)

tzu chi indonesia

Relawan Tzu Chi Lampung dan Marjuki menjenguk Ananda untuk melihat perkembangan kesehatannya.

Setiap orang tua pasti menginginkan kebahagiaan sang anak, dan tidak satu pun orang tua yang mengharapkan penderitaan bagi anaknya. Jika itu terjadi, sudah pasti orang tua akan melakukan segala cara untuk kesembuhan dan kebahagiaan sang anak. Demikian juga yang dilakukan oleh Marjuki (50), pria kelahiran Sumber Sari, 21 November 1968 ini rela melakukan apapun untuk salah satu putranya.

Ananda Setia Budi, putra ke-2 dari Marjuki yang saat ini berusia 24 tahun, lima tahun yang lalu mengalami kecelakaan, yakni kepala bagian belakang terbentur plat besi mobil hingga terluka. Namun siapa sangka bahwa hal ini akan menyebabkan saraf Ananda juga terkena benturan itu. Karena dianggap luka kecil, keluarga pun tidak pernah membawa Ananda ke dokter untuk diperiksa.

Hal ini ternyata menyebabkan perubahan sikap pada Ananda dalam kurun waktu dua setengah tahun. Setelah mengetahui hal ini, upaya pengobatan untuk Ananda pun dilakukan secara tradisonal, tetapi hal tersebut tidak membuahkan hasil. “Sempat dibawa ke orang pinter, karena waktu itu tetangga-tetangga bilang seperti terkena gangguan makhluk halus, jadi tidak menyangka bahwa perubahan sikap Nanda (panggilan sang anak) karena benturan di kepalanya beberapa tahun lalu,” ungkap Marjuki.

Menyadari perekonomian keluarga yang sangat minim, Marjuki tidak bisa berbuat apa-apa, dan terpaksa hanya merawat Ananda seadanya dirumah. “Kalau dirumah dia sering ngeluh sakit bagian kepala belakangnya, paling cuma saya kasih obat sakit kepala biasa, karena memang enggak punya dana untuk pengobatan,” ujar Marjuki.

tzu chi indonesia

Keadaan Ananda setelah dua minggu mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Lampung.

Waktu terus berjalan, hampir tiga tahun Ananda mulai sembuh, sikapnya kembali seperti biasa hingga sang ayah mengajaknya untuk bekerja bangunan di Padang, Batam, dan Pekanbaru. Namun siapa sangka, setelah tujuh bulan sembuh tiba-tiba Ananda hilang. “Dulu itu waktu udah sembuh kan ikut saya kerja, tapi hilang selama tiga hari dua malam. Jadi waktu ditanya, rasanya seperti orang dicambuki kalau dia berhenti, jadi dia maunya jalan terus,” cerita sang ayah.

Seringkali kesedihan terlihat diwajah Marjuki saat menceritakan putranya, Ananda kerap ngamuk, marah, dan menghancurkan semua perabotan di rumahnya. Bahkan warga meminta keluarga untuk mengurung atau memasung Ananda. Namun itu tidak dilakukannya karena kasih sayang orang tua yang luar biasa. Sampai akhirnya Marjuki mengenal Yayasan Buddha Tzu Chi dari krabatnya. Kesempatan ini kemudian digunakan Marjuki untuk mengajukan bantuan ke Tzu Chi Indonesia, melalui Tzu Chi Lampung, karena jangkauannya lebih dekat. Kemudian Tzu Chi Lampung bekerjasama dengan Tzu Chi Sinar Mas untuk membantu masalah yang dihadapi Marjuki tersebut.

Pada tanggal 13 Febuari 2018, Ananda dibawa ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Lampung. Selam satu minggu sang ayah menunggu disana sendiri. Kemudian Marjuki datang ke kantor Tzu Chi Lampung untuk mencari penginapan, hal ini dilakukan karena beliau tidak memiliki biaya jika harus pulang pergi dari kampungya ke rumah sakit. Relawan pun menyarankan Marjuki untuk tinggal di Vihara Buddha Bhaisadja Guru Grha, STIAB Jinarakkhita, Panjang.

Selama tiga minggu Marjuki setia menunggu kesembuhan sang anak dan penantiannya pun tidak sia-sia. Pada 13 Maret 2018, Ananda diperbolehkan pulang oleh pihak rumah sakit. Terlihat jelas raut bahagia di wajah Marjuki karena akhirnya Ananda bisa sembuh seperti sedia kala. Penantian Marjuki menunggu kesembuhan putranya akhirnya berbuah manis karena sesungguhnya keuletan dan kesabaran akan membuahkan hasil yang baik. Seperti yang tertian dalam salah satu Kata Perenungan Master Cheng Yen. “Tidak peduli seberapa jauh jalan yang harus ditempuh dan selalu berusaha sebaik mungkin mencapai tujuan dengan kemampuan yang dimiliki, inilah yang disebut dengan keuletan”.

Editor: Arimami Suryo A.

Artikel Terkait

Kesempatan Kedua yang Sangat Berarti

Kesempatan Kedua yang Sangat Berarti

22 Februari 2023

Rasa syukur yang begitu mendalam dirasakan Herlina Astuti (43) yang akhirnya bisa menjalani operasi pengangkatan tumor yang menempel di pembuluh darah otaknya. Dengan menjalani operasi Gamma Knife, kesakitan luar biasa yang bertahun-tahun menghinggapinya, kini berangsur hilang.

Indahnya Tolerasi Beragama di Kabupaten Biak Numfor

Indahnya Tolerasi Beragama di Kabupaten Biak Numfor

14 April 2023

Para relawan Tzu Chi Biak mengunjungi panti asuhan dan pondok pesantren yang berada di Kabupaten Biak Numfor. Kunjungan kasih ini bekerja sama dengan Permabuddhi, Wanita Buddhis Indonesia, Hadi Supermarket dan Maju Makmur Group. 

Pemeriksaan Kesehatan di Panti Asuhan Kasih Mandiri

Pemeriksaan Kesehatan di Panti Asuhan Kasih Mandiri

16 Oktober 2017

Untuk memotivasi dan menghibur anak-anak penghuni Panti Asuhan Kasih Mandiri Bersinar, Minggu, 15 Oktober 2017, sebanyak 10 relawan Tzu Chi dari komunitas He Qi Pusat, 2 orang dokter, dan 7 apoteker melakukan kunjungan kasih sekaligus pemeriksaan kesehatan kepada 85 anak penghuni panti ini.

Bila sewaktu menyumbangkan tenaga kita memperoleh kegembiraan, inilah yang disebut "rela memberi dengan sukacita".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -