Hofipa bersama relawan Tzu Chi yang selalu memperhatikan dan mendukungnya.
"Kebaikan harus diwujudkan dalam tindakan nyata, kebijaksanaan yang tumbuh dari perbuatan baik ini baru benar-benar bermanfaat dalam kehidupan."
(Kata Perenungan Master Chen Yeng)
Hofipa lahir pada Minggu, 3 Mei 2015, membawa kebahagiaan bagi pasangan Teman Kenedi dan Puspa Dewi. Bayi mungil mereka dinamai Hofipa, yang berarti anak yang cantik, lincah, dan gesit. Keluarga ini berharap Hofipa tumbuh menjadi anak yang ceria seperti kakaknya, Ayu Sisi Pratiwi, yang sudah lebih dulu mengisi hari-hari mereka.
Namun, kebahagiaan tersebut mendadak berubah ketika dokter menginformasikan jika Hofipa mengalami gangguan pendengaran. Teman Kenedi yang bekerja sebagai pemanen sawit di Bumi Sawit Estate, Rambang Ruang, Sumatra Selatan, dan Puspa Dewi, yang membantu mengutip brondolan sawit, sangat terpukul. Hofipa yang tidak bisa mendengar dengan sempurna, mengalami hambatan dalam berbicara (speech delayed).
Sejak lahir, Hofipa lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, kesulitan untuk bersekolah. Setiap hari, ia ditemani kakaknya, Ayu Sisi Pratiwi, yang bersekolah pada siang hari. Sementara orang tua mereka bekerja, Hofipa biasanya dititipkan di Balai Penitipan Anak agar tetap mendapatkan kasih sayang dan pendampingan yang layak.
Hofipa saat melakukan tes BERA dan tes ASSR.
Relawan Tzu Chi melihat alat bantu dengar yang sudah terpadang di telinga Hofipa.
Dokter menyarankan agar Hofipa memakai alat bantu dengar, namun keterbatasan ekonomi membuat Teman Kenedi dan Puspa Dewi kesulitan untuk membawanya ke pengobatan yang memadai. Hingga akhirnya, pada tahun 2023, kondisi Hofipa diketahui oleh relawan Xie Li Sumatra Selatan 1, dan sejak saat itu dimulailah hubungan antara Hofipa dan relawan Tzu Chi.
Dr. Waston Ade Chandra Siregar, dokter wilayah, bersama relawan mulai memberikan pendampingan, dari pemeriksaan kesehatan, pemberian bantuan makanan, hingga perhatian lainnya. Pada masa ini, relawan juga mengupayakan alat bantu dengar untuk Hofipa. Setelah melalui perjuangan yang panjang, akhirnya pada Rabu, 18 Juni 2025, alat bantu dengar tersebut diserahkan.
"Begitu mendengar ada anak karyawan yang tidak bisa mendengar, saya dan relawan langsung berkunjung. Kami memeriksa kesehatannya dan benar Hofipa mengalami kesulitan mendengar dan berbicara. Kami mengajukan permohonan alat bantu dengar untuknya, dan alhamdulillah, permohonan ini disetujui. Hari ini, kami akhirnya dapat menyerahkannya kepada Hofipa. Senang sekali melihat dia memakai alat bantu dengar. Untuk pertama kalinya, hidupnya tidak lagi sunyi. Meskipun masih dalam proses adaptasi, semoga alat bantu dengar ini bisa membantu kehidupannya," ujar dr. Waston.
Relawan Tzu Chi mengajak Hofipa bermain di sekolah dan Balai Penitipan Anak untuk mengenali lingkungannya.
Dokter Waston Ade Chandra dan Isywalsiah Lani menemani Hofipa saat mengambil alat bantu dengar.
Kebahagiaan ini juga dirasakan oleh relawan yang mendampingi, termasuk Heriyanto. "Tentu saja kami ikut senang melihat Hofipa bisa memakai alat bantu dengar. Semoga mulai hari ini hidupnya tidak lagi sunyi dan ia bisa berinteraksi dengan keluarganya serta teman-teman sebayanya. Setelah ini, dia masih perlu terapi wicara agar komunikasi dengan orang lain menjadi lebih baik," tutur Heriyanto.
Teman Kenedi dan Puspa Dewi sangat bersyukur atas bantuan ini. "Kami sangat berterima kasih kepada relawan Tzu Chi, Dr. Chandra, dan Pak Heri yang telah membantu anak kami. Semoga anak kami bisa mendengar dengan baik," kata Puspa Dewi, ibu Hofipa, dengan penuh haru.
Relawan Dharma Wanita yang juga turut mendampingi Hofipa tak kalah bahagia. Mereka mengajak Hofipa bermain di sekolah dan Balai Penitipan Anak untuk mengenal lingkungan sekitarnya, sambil berinteraksi dengan orang lain. Relawan berharap bantuan ini menjadi awal yang baik agar Hofipa tidak lagi menjalani hari-harinya dalam kesunyian, dan bisa melangkah menuju masa depan yang lebih cerah.
Editor: Hadi Pranoto