Almeera Anak yang Kuat

Jurnalis : Khusnul Khotimah, Fotografer : Khusnul Khotimah

Almeera Azzahra masih berusia dua tahun. Namun di usia tersebut, bahkan sejak usia lima hari, Almeera sudah bergelut dengan tiga penyakit berat, dari gizi buruk, kelainan jantung, dan asam lambung.

“Setelah 5 hari di rumah, pulang (dari rumah sakit), Almeera batuk, muntah, sampai kurus banget, tidak mau minum susu,” kata Fitriyanti (42), ibunya.  

Fitriyanti dan suaminya, Ali Rahman pun membawa Almeera ke sebuah rumah sakit. Namun karena tak ada kemajuan, Almeera dirujuk ke Rumah Sakit Jantung Harapan Kita Jakarta, yang letaknya cukup jauh dari rumah mereka di Pondok Aren, Tangerang Selatan.


Rita Malia dan juga Wey Alam, relawan Tzu Chi dari He Qi Tangerang mengunjungi Almeera. Keduanya turut senang melihat Almeera makin sehat. 

Dari sini diketahui penyakit yang sedang mendera Almeera. Di Lambung Almeera ternyata terdapat dua polip (Polip adalah sebuah jaringan abnormal dan memiliki tangkai yang tumbuh di dalam tubuh). Sementara jantung Almeera ada kebocoran.

“Bulan kemarin Almeera dirawat lagi. Akhirnya diangkat polipnya 2, sekalian diikat. Tapi kontrolnya tiga bulan sekali trus diendoskopi lagi, kalau hasilnya belum bagus ya diikat lagi,” jelas Fitriyanti.


Saat ini orang tua Almeera fokus untuk menaikkan berat badan anak mereka supaya bisa menjalani operasi jantung. 

Syukurlah setelah operasi tersebut, pelan-pelan kondisi Almeera membaik. Berat badan Almeera pun sudah 9 kilogram. Tinggal menaikkan satu kilogram lagi untuk Almeera bisa dioperasi jantung.

“Kalau sudah 10 kilo nanti kami langsung bilang ke dokternya. nanti dipasang alat di jantungnya. Soalnya jantung Almira kan bocor. Jadi darahnya masih ambang, belum di posisinya,” kata Fitriyanti.

Tapi menaikkan berat badan Almeera memang bukan perkara gampang. Fitriyanti sangat menjaga daya tahan tubuh Almeera supaya jangan tambah turun berat badan.

“Yang paling kami jaga imunnya sih. Kami juga jaga batuknya. Kalau seandainya batuk dia sudah parah, ya kami terpaksa buru-buru ke rumah sakit. Sebenarnya kami harus pasang AC. Karena kita kondisinya nggak ada, jadi pakai kipas angin,” kata Fitriyanti.

Menjadi Penerima Bantuan Tzu Chi


Sudah tujuh bulan ini Almeera menjadi penerima bantuan Tzu Chi berupa susu Blunetun, diapers dan biaya obat-obatan di luar tanggungan BPJS.

Orang tua Almeera telah berjuang dengan segenap jiwa demi kesembuhan si bungsu, anak keempat mereka ini. Termasuk dari sisi ekonomi. Ali Rahman sehari-harinya berjualan nasi di pasar, sementara sejak Almeera lahir Fitriyanti sudah tak lagi berjualan es campur.

Meski menggunakan fasilitas BPJS Kesehatan untuk biaya pengobatan Almeera, ada beberapa kebutuhan Almeera lainnya yang harus dibeli sendiri, seperti susu dan beberapa obat. Orang tua Almeera membutuhkan bantuan.

Suatu hari, saat membawa Almeera kontrol di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, Fitriyanti berbincang dengan ibu pasien yang kebetulan anaknya mendapat bantuan dari Tzu Chi.

“Saya tanya-tanya, ‘bu seandainya kalau kita minta bantuan, sama siapa?’ ‘Oh coba sama Yayasan Buddha Tzu Chi’. Setelah itu saya diberi alamatnya,” kata Fitriyanti.

Fitriyanti pun datang ke Tzu Chi Center di Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara pada 19 Februari 2020 untuk mengajukan permohonan bantuan. Padahal saat itu banjir tengah menggenangi Jakarta. Dan ternyata hari itu adalah hari libur akhir pekan, maka Fitriyanti pun kembali esok harinya dan ditemui oleh staf Bakti Amal.

Sebulan kemudian relawan dari He Qi Tangerang datang ke rumahnya untuk mensurvei. Dan permohonan bantuan untuk Almeera pun disetujui. Hingga kini sudah tujuh bulan Almeera mendapatkan bantuan berupa dua kaleng susu khusus untuk anak dalam masa penyembuhan), diapers dan biaya obat-obatan yang tidak ditanggung BPJS Kesehatan.

“Saya bertemu Yayasan Buddha Tzu Chi ya Alhamdulillah bersyukur banget bisa dibantu untuk pengobatan Almeera. Pada saat ini saya tidak bisa membalas kebaikan dari semua ini,” tutur Fitriyanti.

Kemajuan yang Pesat


Rumah yang ditempati keluarga Almeera ini merupakan rumah dari orang tua Ali Rahman.

Pagi itu, Rabu, 4 November 2020 Rita Malia dan juga Wey Alam, relawan Tzu Chi Tangerang, datang ke rumah Almeera dengan membawa bantuan bulanan Almeera. Kunjungan kasih ini membuat keduanya lega, melihat Almeera tampak makin sehat, ceria, dan sudah tak terlihat kurus.

“Kemajuannya sangat pesat ya karena waktu awal-awal kan dia sangat kurus dan kurang gizi. Dan lagi kan masih ada ikatan di lambungnya itu. Dalam kondisi itu Almeera juga sering muntah. Jadi makannya juga susah,” ujar Rita Malia.

Rita dan juga Wey Alam mengakui kedua orang tua Almeera sangat bersemangat dan tak patah arang mengupayakan kesembuhan Almeera. Karena itu keduanya optimis Almeera bisa bertumbuh kembang dengan baik, normal seperti anak-anak lainnya.

“Orang tua Almeera bersemangat sekali dan berusaha semaksimal mungkin untuk kesembuhan Almeera. Mulai dari mengajukan bantuan ke yayasan (Tzu Chi), untuk berobatnya mereka dari Subuh sudah jalan, dan memang jauh ya rumah sakit rujukannya ini di RS Jantung Harapan Kita Jakarta sementara dia kan di Pondok Aren,” sambung Rita.

“Saya optimis. Karena kalau orang tua tidak optimis, siapa lagi kalau bukan dari orang tua yang menyemangati untuk Almeera,” timpal Fitriyanti.

Editor: Hadi Pranoto


Artikel Terkait

Menyemangati Nurul, Korban Gempa Palu

Menyemangati Nurul, Korban Gempa Palu

25 Februari 2019
Bencana gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah, 28 September 2018 lalu menyisahkan duka bagi Nurul Istikhara. Tak hanya kehilangan ibu dan adik, siswa kelas 1 SMA ini juga harus kehilangan bagian tubuhnya. Relawan terus hadir untuk memberinya kekuatan.
Kasih Ibu Tiada Batasnya

Kasih Ibu Tiada Batasnya

08 Juli 2015

Minggu pagi, 24 Mei 2015 terdengar alunan lagu “Lukisan Anak Kambing Berlutut”.  Pagi yang spesial karena sebanyak 95 relawan berkumpul di Aula lantai 2 SMK Sekolah Cinta Kasih Cengkareng, Jakarta Barat. Mereka berkumpul pada acara Kunjungan Kasih Pasien Kasus (KKPK) yang bertema  “Hari Ibu”.

Kasih Ibu Tiada Tara

Kasih Ibu Tiada Tara

26 Juli 2017

Kasih ibu tiada tara, demi sang buah hati ia rela mengorbankan segalanya: waktu, uang, tenaga, dan bahkan kehidupannya. Demi merawat sang buah hati Nova Ambar (27) yang berkebutuhan khusus, Suparmi mesti menahan diri untuk bisa bepergian, beraktivitas, dan bahkan sekadar untuk melepaskan kejenuhan.

Apa yang kita lakukan hari ini adalah sejarah untuk hari esok.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -