AsiaXchange 2025: Menyatukan Kekuatan Iman Demi Kemanusiaan
Jurnalis : Galuh Anissa Sekar Ayu (Sekretariat Tzu Chi Indonesia), Fotografer : Dok. The Rockefeller Foundation
Diskusi hangat di forum AsiaXchange 2025 mempertemukan tokoh lintas agama. Hong Tjhin Sekretaris Umum Tzu Chi Indonesia dan dan H. Mokhamad Mahdum Wakil Ketua Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS). Hong Tjhin menekankan bahwa kasih dan kepedulian sosial harus melampaui sekat keyakinan demi kemanusiaan yang utuh.
Dalam suasana yang hangat dan penuh semangat kolaboratif, lebih dari 300 pemimpin dari berbagai negara di Asia berkumpul di Jakarta. Mereka datang membawa harapan dan niat baik, untuk duduk bersama dalam forum AsiaXchange 2025, yang digagas oleh The Rockefeller Foundation.
Selama tiga hari, dari 6 hingga 8 Oktober 2025, Hotel Fairmont Jakarta menjadi tempat lahirnya dialog lintas batas, dimana bukan hanya batas negara, tapi juga batas sektoral dan keyakinan. Dengan mengusung tema From Solutions to Scale, forum ini mengajak seluruh peserta untuk memikirkan bagaimana solusi-solusi kecil yang selama ini dijalankan, dapat ditumbuhkan menjadi gerakan besar yang berdampak luas.
Di hari terakhir forum, sesi bertajuk Faith in Action: Unlocking the Power of Faith-Based Finance for the Most Vulnerable membuka ruang diskusi yang sangat bermakna. Dalam suasana penuh kehangatan dan saling menghormati, dua tokoh dari lembaga keagamaan berbagi pengalaman mereka dalam menghadirkan kasih bagi sesama. Mereka adalah Hong Tjhin, Sekretaris Umum Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, dan H. Mokhamad Mahdum, Wakil Ketua Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS). Sesi ini dipandu oleh Naina Subberwal Batra, CEO Asian Venture Philanthropy Network (AVPN).
Dalam paparannya, Hong Tjhin menyampaikan bahwa kerja-kerja kemanusiaan tidak bisa dibatasi hanya oleh sekat iman. Justru, kekuatan sejati dari bantuan dan kepedulian sosial terletak pada kemampuan untuk membangun jembatan, bukan tembok, di antara perbedaan.
“Kita tidak bisa hanya bekerja dalam lingkup faith-based (seiman). Kita perlu merangkul interfaith (lintas iman/agama). Kolaborasi dengan pemerintah, organisasi sosial, maupun lembaga lintas agama adalah kunci agar dampak kemanusiaan bisa menjangkau lebih banyak saudara-saudara kita,” ucapnya pelan namun tegas.
Hong Tjhin lalu berbagi tentang salah satu program yang tengah dijalankan Tzu Chi bersama Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP), yaitu Bebenah Kampung Renovasi Rumah Tidak Layak Huni. Program ini bertujuan membantu merenovasi 5.000 rumah tidak layak huni di berbagai daerah di Indonesia sebagai upaya nyata yang berangkat dari welas asih, yang juga dikerjakan dengan prinsip gotong royong.
Hong Tjhin menjelaskan bahwa dalam kolaborasi ini, pemerintah menyediakan data, dan Tzu Chi turun langsung ke lapangan bersama relawan untuk memverifikasi kondisi rumah dan penerima bantuan. Proses itu, menurutnya, bukan sekadar administrasi, tetapi sebuah bentuk kepedulian yang langsung menyentuh dari hati ke hati.
“Kami tidak hanya melihat data. Kami datang ke rumah-rumah, menyapa langsung, mendengar cerita mereka, dan merasakan keprihatinan mereka. Di situlah kami tahu, siapa yang benar-benar membutuhkan uluran tangan,” ungkapnya.

Hong Tjhin, Sekretaris Umum Tzu Chi Indonesia berbicara dalam sesi Faith in Action di AsiaXchange 2025. Ia menyerukan pentingnya kolaborasi lintas iman demi menjangkau mereka yang paling membutuhkan.
Dalam diskusi tersebut, Hong Tjhin juga menyinggung nilai-nilai mendalam yang menjadi dasar dalam perjalanan kemanusiaan Tzu Chi: silaturahmi, silaturahim, dan silaturuh. Tiga kata ini mengandung makna yang lembut namun kuat: tentang keterhubungan antarhati, tentang persaudaraan yang tidak dibatasi oleh keyakinan, dan tentang kepercayaan yang dibangun melalui kebersamaan.
“Tzu Chi percaya bahwa ketika hati kita terhubung, ketika kita bisa memahami satu sama lain tanpa prasangka, maka kita bisa benar-benar bekerja bersama. Tidak ada lagi ‘aku’ dan ‘kamu’, yang ada hanya ‘kita’,” tuturnya dengan penuh harap.
Sesi ini bukan hanya menjadi ajang berbagi strategi atau praktik baik. Lebih dari itu, ia menjadi ruang pertemuan hati antara kepercayaan, nilai-nilai kemanusiaan, dan semangat kolaborasi. Di tengah dunia yang kerap terpecah oleh perbedaan, sesi ini memberi bukti bahwa iman dan kasih bisa menjadi kekuatan penyatu.
Menutup bagiannya, Hong Tjhin membagikan satu pesan dari pendiri Tzu Chi, Master Cheng Yen, yang senantiasa menjadi cahaya penuntun bagi para relawan di seluruh dunia: “Untuk berbuat baik, jangan menunggu. Just do it dengan sepenuh hati.”
AsiaXchange 2025 pun berakhir dengan harapan yang lebih besar bahwa dunia yang lebih welas asih bukanlah angan semata, melainkan sesuatu yang bisa dibangun sedikit demi sedikit, bersama-sama, oleh hati-hati yang tulus dan tangan-tangan yang bersedia menjangkau sesama.
Editor: Metta Wulandari
Artikel Terkait

AsiaXchange 2025: Menyatukan Kekuatan Iman Demi Kemanusiaan
09 Oktober 2025Di forum AsiaXchange 2025, Hong Tjhin dari Tzu Chi Indonesia mengajak para pemimpin lintas iman untuk memperkuat kolaborasi demi sesama. Ia menegaskan, kemanusiaan tak mengenal sekat, dan kasih harus melampaui batas keyakinan.