Bacang untuk Tiga Perayaan

Jurnalis : Apriyanto, Fotografer : Apriyanto
 
 

fotoDaun bambu ini harus direbus terlebih dahulu agar bulu dan debu yang menempel hilang. Bacang ini dibuat dalam rangka persiapan perayaan Waisak yang akan dilaksanakan Tzu Chi pada tanggal 8 Mei 2011 di PIK Jakarta Utara.

Meski Peringatan Hari Waisak, Hari Ibu, dan Hari Tzu Chi Se-dunia yang akan diselenggarakan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia akan jatuh pada hari Minggu tanggal 8 Mei 2011 mendatang, tetapi berbagai persiapan sudah dilakukan oleh relawan Tzu Chi. Salah satunya adalah dengan mempersiapkan keperluan konsumsi bagi para pengunjung yang hadir dalam ketiga peringatan tersebut.

Itulah yang kini tengah dikerjakan oleh 15 relawan Tzu Chi pada hari Rabu, tanggal 27 April 2011 lalu. Demi menyemarakkan peringatan tersebut para relawan Tzu Chi sudah datang sejak pagi hari di dapur umum Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi, Cengkareng, Jakarta Barat. Dengan antusias mereka memilah daun bambu, mencucinya dan lantas merebusnya. Sebagian relawan lain juga dengan tekun mencuci jamur dan memotongnya. Semua pekerjaan itu dikerjakan dengan sepenuh hati karena relawan Tzu Chi menganggap ketiga peringatan tersebut adalah hari penting untuk mengenang “Empat Budi Besar” (Budi Buddha, orang tua, negara, dan semua mahkluk).

Mengingat jumlah undangan yang hadir cukup banyak dan konsentrasi relawan akan mengerucut di acara, maka relawan yang bertugas di bidang konsusmsi sudah sibuk mempersiapkan bacang vegetarian jauh-jauh hari. Bacang dipilih karena didasari oleh aspek keringkasan dan manfaat dari bacang itu sendiri. Ringkas karena dapat dimakan dengan mudah tanpa membutuhkan wadah dan bermanfaat karena bacang adalah panganan padat yang cukup mengenyangkan. “Tadinya kita berencana menyediakan makanan nasi beserta lauknya. Tapi setelah dipikirkan itu kurang ringkas dan para pengunjung pun belum tentu semuanya memiliki waktu untuk santap makanan. Makanya kita siapkan bacang agar lebih ringkas,” kata Xu Bi Ling relawan yang terlibat dalam pembuatan bacang.

foto  foto

Keterangan :

  • Kecintaannya pada dunia masak-memasak membuat Xu Bi Ling giat bersumbangsih sebagai relawan konsumsi di Tzu Chi. (kiri)
  • Setelah dicuci bersih, daun bambu kemudian diseka dengan kain lalu ditiriskan hingga kering sebelum akhirnya digunakan sebagai pembungkus bacang keesokan harinya. (kanan)

Menurutnya. semua bahan dipersiapkan dengan sebaik-baiknya. Mulai dari daun bambu pembungkus bacang, hingga sayur dan bumbunya harus yang berkualitas baik. “Daun bambunya harus yang lebar dan bagus,” kata Bi Ling. Selama pembuatan bacang itu, kebersihan menjadi yang paling diutamakan selain soal rasa bacang itu sendiri. Karena itu setiap helai daun bambu dilap bersih terlebih dahulu oleh para relawan yang kemudian direbus dalam air mendidih untuk menghilangkan bulu-bulu dan debu yang menempel.

foto  foto

Keterangan :

  • Karena bacang yang disajikan oleh Tzu Chi adalah bacang vegetarian, maka isinya adalah jamur dan kacang-kacangan. (kiri)
  • Sementara relawan Tzu Chi yang lain sibuk mempersiapkan bumbu, salah seorang relawan Tzu Chi ini sedang sibuk mempersiapkan benang yang akan digunakan untuk membungkus bacang. (kanan)

Xu Bi Ling juga menjelaskan bahwa kualitas daun bambu akan memengaruhi aroma dari bacang itu sendiri. “Jika daun bambu yang digunakan bagus, maka aroma juga akan harum,” jelasnya. Para relawan juga tidak menghilangkan unsur tradisional yang telah turun temurun diwariskan dari Tiongkok, seperti pemilihan daun dan cara membungkusnya. “Membuat bacang bisa juga pakai daun lain selain daun bambu, tetapi bacang yang kita buat mengikuti cara asli dari tradisional Tingkok,” tambah Xu Bi Ling. Maka relawan yang terlibat dalam pembuatan bacang ini juga tidak terlalu banyak mengingat tidak semua relawan menguasai teknik pembuatannya. “Yang menjadi tim konsumsi berasal dari semua He Qi (Barat, Utara, Timur, dan Selatan),” jelas Xu Bi Ling.

  
 

Artikel Terkait

Pelita Harapan Masa Depan

Pelita Harapan Masa Depan

09 Maret 2013 Master Cheng Yen  mengatakan bahwa dalam kehidupan ini kita harus senantiasa beraktivitas, jangan menyia-nyiakan waktu dengan hidup tanpa tujuan dan kita harus mengembangkan kebijaksanaan dan kemampuan untuk menciptakan berkah bagi masyarakat.
Mulai Pulih, Yayah Bahagia dikunjungi Relawan Tzu Chi

Mulai Pulih, Yayah Bahagia dikunjungi Relawan Tzu Chi

15 Juni 2021

Setelah satu tahun lebih tidak bertemu akibat pandemi, Yayah merasa bahagia karena kembali bertemu relawan Tzu Chi di tengah kondisinya yang perlahan-lahan pulih dari stroke.

Menjaga Jalinan Jodoh Baik dengan Warga Jagir

Menjaga Jalinan Jodoh Baik dengan Warga Jagir

03 Oktober 2018
Yayasan Buddha Tzu Chi Surabaya kembali menggelar Bakti Sosial Kesehatan Gigi. Sasaran utamanya adalah Baksos Pemeriksaan dan Penyuluhan Gigi bagi anak-anak usia dini (PAUD), ibu-ibu wali murid, dan ibu-ibu PKK. Kegiatan baksos untuk pertama kalinya digelar di Kelurahan Jagir, Kecamatan Wonokromo pada tanggal 30 September 2018. 
Bila kita selalu berbaik hati, maka setiap hari adalah hari yang baik.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -