Baksos Kesehatan Balita dan Anak: Bersama-Sama Menjadi Penolong Sesama

Jurnalis : Willy, Fotografer : David Andriawan, Kenny, Bong Bui Kim (Tzu Chi Singkawang), Metta Wulandari, Willy

Bakti Sosial Kesehatan Balita dan Anak dilaksanakan pada 14 Juni 2015 oleh Tzu Chi Singkawang di SDN 14 Nek Maih, Desa Bilayuk, Mempawah Hulu, Landak, Kalimantan Barat dan berhasil menangani 656 pasien.

Keringat tidak berhenti mengucur dari wajah Berta saat dia menunggu nomor pengambilan obat dipanggil. Berta datang ke Bakti Sosial Kesehatan Balita dan Anak yang diadakan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi Singkawang pada Minggu, 14 Juni 2015, di Desa Bilayuk, Kecamatan Mempawah Hulu, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat, untuk memeriksakan dua anaknya yaitu Yorgian dan Yordan. “Yorgian sudah seminggu sakitnya, batuk-pilek, sakit gigi. Kalau Yordan, susah makan,” ujar Berta. Selain itu, berdasarkan pemeriksaan dokter, keduanya juga mengalami kekurangan gizi hingga berada di bawah garis merah atau gizi buruk.

Satu persatu nomor antrian telah dipanggil, namun, miliknya, belum. Kertas bertuliskan 151 dan 152 dipegang erat olehnya. Sesekali dia menenangkan Yordan dalam gendongannya. Setelah beberapa menit berdiri di posko pengambilan obat, Berta memutuskan untuk berteduh di tenda tunggu. Seorang relawan Tzu Chi yang telah berada di situ berinteraksi bersama para warga. “Tadi dokter bilang kalau susah makan, dikasih sikit-sikit (sedikit demi sedikit-red), diajak main. Kalau nasi, diolah dulu,” cerita Berta.

Yorgian dan Yordan adalah dua dari 656 balita dan anak yang berhasil ditangani oleh para relawan dan tim medis. Para peserta baksos ini berasal dari tiga desa yaitu Desa Salumang, Desa Caokng, dan Desa  Bilayuk yang ketiganya merupakan bagian dari Kabupaten Landak.

Relawan berbincang bersama Berta (kiri) dan memberi saran mengenai cara memberi makan kepada anak-anaknya. Berdasarkan pemeriksaan dokter, dua anak Berta, Yorgian dan Yordan mengalami kondisi gizi buruk. 


Baksos ini juga menghadirkan Kasi Bidang Gizi Dinkes Provinsi Kalimantan Barat, Liliosa Maria T, SKM untuk memberikan penyuluhan kepada para orang tua guna melakukan pencegahan kasus gizi buruk di kemudian hari.

Pada saat bersamaan, tim yang terdiri dari dua relawan Tzu Chi dan dua tenaga medis bergerak ke perumahan warga. Para tim mendatangi warga yang memiliki kesulitan akses ke lokasi baksos guna memberikan pelayanan kesehatan. Tim ini berhasil menangani sekitar 60 pasien dengan beragam keluhan sakit.

Menurut Alfian, relawan Tzu Chi yang juga menjadi koordinator baksos kali ini mengatakan bahwa diadakannya baksos adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada balita dan anak-anak di daerah yang terpencil dan jauh dari pusat kota. Selain itu, berdasarkan temuan awal, sedikitnya 47 balita di tiga desa ini tercatat mengalami gizi buruk.

“Tujuannya kita ingin menjaring anak-anak BGM atau berada di bawah garis merah. Anak-anak itu akan  diberikan perhatian khusus oleh para relawan Tzu Chi, kita follow-up setiap bulan dan juga kita berikan gizi tambahan seperti makanan pendamping ASI. Tujuan akhirnya kita ingin meningkatkan gizi  anak-anak di wilayah ini,” pungkas Alfian.

Senada dengan itu, Kasi Bidang Gizi Dinkes Provinsi Kalimantan Barat, Liliosa Maria T, SKM., yang berkesempatan memberikan penyuluhan gizi pada baksos kali ini menuturkan bahwa kecenderungan kekurangan gizi di daerah ini disebabkan oleh asupan gizi dan minimnya pengetahuan orang tua tentang gizi anak-anaknya.

“Menangani gizi buruk dapat dilakukan dengan memberikan makanan pendamping ASI. Kami sangat berterima kasih kepada Yayasan Buddha Tzu Chi atas baksos ini karena keterbatasan kami dalam pengadaan bakti sosial. Selain itu, dengan mengundang kami untuk memberikan penyuluhan, kami memberikan apresiasi kepada Yayasan Buddha Tzu Chi,” tambah Liliosa.


Tim relawan dan tenaga medis juga memberikan pelayanan kesehatan kepada warga ke rumah-rumah.


Berta berharap baksos serupa dapat dilakukan lagi di kemudian hari.

Memberikan Harapan

Berta bercerita bahwa sejak suaminya meninggal dua tahun lalu karena kecelakaan kerja, anak-anaknya susah makan. “Dulu makan, mereka makan. Mereka mau makan apa, bapaknya beli-kan. Pokoknya anak minta apa dikasihlah kebutuhannya. Sekarang susah,” ujar Berta.

Perubahan juga dirasakan oleh dirinya. Sepeninggal suaminya, Berta menjadi tulang punggung untuk menafkahi empat anaknya, Yoga, Yogran, Yorgian, dan Yordan. Dia bersama ibunya bergantian bekerja di sawah. Dia juga merasa bersyukur atas diadakannya baksos ini. “Senang mendapatkan bantuan ini, untuk anak-anak saya,” tambah Berta. Lebih lanjut, dia berharap, ke depannya, Yayasan Buddha Tzu Chi dapat lebih sering dilakukan bakti sosial kesehatan seperti ini.


Sinergi yang harmonis antar relawan Tzu Chi Singkawang dan relawan setempat menjamin kelancaran baksos ini.

Menolong Mereka Sendiri

Sebanyak 47 relawan dari masyarakat Desa Caokng dan Bilayuk mengikuti pelatihan Relawan Abu Putih pada 1 Mei lalu. Baksos Kesehatan Balita dan Anak ini juga melibatkan relawan setempat. Mereka bekerja sama mempersiapkan lokasi baksos, mempersiapkan makanan untuk diberikan kepada anak-anak, hingga mengantar jemput warga karena ketiadaan moda transportasi antar-desa. “Kerja sama dengan relawan setempat sangat baik. Mereka semua hadir dalam baksos ini. Harapannya ke depan mereka dapat mandiri dan bersumbangsih bersama Tzu Chi,” ujar Alfian.

Senada dengan itu, Adrio, koordinator relawan setempat mengungkapkan bahwa para relawan setempat antusias melakukan berbagai persiapan hingga pelaksanaan baksos kali ini. “Ini adalah kesempatan besar bagi kami untuk membantu saudara-saudara kita di sini terutama anak-anak,” ujar pria kelahiran Menyumbung itu.

Adrio juga mengutarakan rencananya untuk kembali melakukan pelayanan kesehatan di desa-desa lain di wilayah itu. Bersamaan dengan itu, pria yang genap berusia 28 tahun itu juga berharap dapat menggalang lebih banyak lagi relawan lokal untuk bersama bersumbangsih di Tzu Chi.

“Harapan ke depannya para relawan dapat serius untuk terus berkarya di Tzu Chi. Kita sudah mencoba berpikir bagaimana selain kita memberikan bantuan-bantuan tapi juga bagaimana kita menggalang relawan dari masyarakat setempat,” tutup Adrio.


Artikel Terkait

Baksos Kesehatan Balita dan Anak: Bersama-Sama Menjadi Penolong Sesama

Baksos Kesehatan Balita dan Anak: Bersama-Sama Menjadi Penolong Sesama

17 Juni 2015

Diadakannya baksos adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada balita dan anak-anak di daerah yang terpencil dan jauh dari pusat kota. Selain itu, berdasarkan temuan awal, sedikitnya 47 balita di tiga desa ini tercatat mengalami gizi buruk.

Kehidupan masa lampau seseorang tidak perlu dipermasalahkan, yang terpenting adalah bagaimana ia menjalankan kehidupannya saat ini.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -