Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-137: Kisah Arif Pasien Operasi Katarak

Jurnalis : Anand Yahya, Fotografer : Anand Yahya

Relawan Tzu Chi yang bertugas di ruang operasi katarak sedang mengecek mata kiri Arif yang mengalami katarak sejak dua tahun lalu. Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia bekerja sama dengan Polda Jawa Timur mengadakan Baksos Kesehatan ke-137 di RS. Bhayangkara HS. Samsoeri Mertojoso, Surabaya.

Keinginan kuat untuk dapat melihat kembali dengan normal, harapan inilah yang tertanam di benak Arif Ageng Prasetya (42) ketika duduk antre di teras Gedung Admisi RS. Bhayangkara  HS. Samsoeri Mertojoso Kota Surabaya, Jawa Timur.

Perawakan pria asal Malang ini masih tampak gagah. Namun, di balik kegagahannya Arif mesti menahan keinginannya untuk bisa kembali melihat dengan jelas. Mata kirinya tak dapat melihat dengan jelas sejak dua tahun lalu.

Arif ditemani istri, Supami (38)  ketika menunggu antrian di teras. Supami mencuci kedua kaki Arif sebelum masuk ke ruang operasi. Tak ada rasa takut sedikitpun pada diri Arif. Ia sangat berharap mata kirinya bisa melihat dengan jelas kembali.

Katarak juga sempat membuat Arif pasrah dan tetap harus bekerja sebagai montir motor untuk menghidupi keluarga kecilnya di Kota Malang. Arif membuka bengkel motor di depan rumahnya. Satu tahun lalu Arif sempat bercerita kepada Supami kalau mata kirinya mulai buram. Arif sangat kesulitan memperbaiki motor konsumen karena penglihatan mata kirinya berkabut.

Arif Ageng Prasetya pasien asal Kota Malang ini berhasil menjalani operasi katarak yang diselenggarakan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Hari pertama baksos diutamakan melayani masyarakat dari luar kota Surabaya seperti Tuban, Malang, Mojokerto dan kota-kota di sekitar Surabaya.

Arif pernah memeriksakan matanya ke klinik Bidan dekat rumahnya, dan analisis Bidan ini adalah penyakit katarak. “ Waktu dilihat mata saya katanya (Bidan) ada putihnya, kayaknya katarak katanya gitu,” ujar Arif.

Sejak itu Arif hanya mengobatinya dengan obat tetes mata yang dijual bebas di toko-toko obat biasa. “Kalau habis lihat telepon seluler atau habis ngelas listrik kadang sakit mata saya, kalau ditetesi obat tetes mata berkurang sakitnya,” aku Arif.

Sejak mata kiri Arif tak dapat melihat dengan jelas, pembawaan dirinya sering marah-marah. “Kadang saya suka kesel, emosi kalau melihat sesuatu itu kadang ada bayangan, padahal tidak ada apa-apa,” kenang Arif.

Iyaa Pak, Mas Arif itu sejak mata kirinya ndak bisa jelas sering marah, emosian orangnya, padahal dahulu dia ndak seperti itu, tetapi saya maklumi aja,“ ungkap Supami.

Operasi mata kiri Arif ditangani oleh dr. Kristian, dokter yang ikut dalam rombongan TIMA dari Jakarta. Selang satu hari pascaoperasi, mata kiri Arif dibuka perban untuk mengecek seberapa berhasil operasi katarak pada matanya.

Dokter Kristian Goenawan, Sp.M sedang melakukan operasi katarak mata kiri Arif di ruang operasi. Dokter Kristian merasa senang ketika mendapat informasi bahwa mata kiri Arif sudah dapat melihat dengan jelas.

“Setelah tadi dicek sama dokter hasilnya  baik, wesss Alhamdulillah, seneng, bahagia saya bisa bekerja dengan normal. Mata ini kan buat kerja, buat usaha kalau gak normal bingung saya kalau kerja,” ucap Arif tersenyum bahagia.

Arif juga menitip pesan untuk dokter yang mengoperasi mata kirinya. “Tolong sampaikan yaaa Mas, Saya sangat berterima kasih sekali kepada dokter dari Yayasan Tzu Chi yang mengoperasi saya, dapat makan siang, trus ini dikasih tempat untuk menginap, relawannya ramah-ramah, saya mulai datang sampai di ruang operasi didampingi sama relawan. Pokoknya saya seneng, terima kasih, kalau ndak ada baksos katarak ini wess ndak tau saya gimana,” ucap Arif.

Arif sebelumnya mendapat informasi dari tetangga rumahnya kalau operasi katarak itu biayanya sekitar 10 juta rupiah dan itu hanya biaya operasi, kalau kontrolnya sekali datang biayanya 800 ribu rupiah. Informasi ini yang membuat Arif mengurungkan niatnya untuk mengobati kataraknya. Alasannya sangat lumrah, takut biayanya mahal dan Arif berprinsip untuk mendahului kebutuhan hidup keluarga sehari-hari.

Harapan untuk Melihat Normal Kembali
Arif mengatakan setelah mata kirinya normal, aktivitas bekerjanya akan makin mudah, seperti membuka baut-baut yang kecil-kecil, dan bisa naik motor sendiri. “Kalo naik motor saya bingung karena mata yang rabun ini, saya tutup, kalau dibuka malah bikin bingung seperti ada bayangan atau ada orang nyeberang,” ucap Arif.

Hasil operasi katarak mata kiri Arif mengalami kemajuan yang sangat baik. Arif mengaku bahwa mata kiri yang baru dioperasi terasa sangat terang dibandingkan mata kanannya.

Arif mengaku dapat informasi baksos katarak gratis dari adik ipar yang bekerja di Surabaya. Adik Ipar Arif mengirimkan foto poster baksos kesehatan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia bekerja sama dengan Polda Jatim yang disebar oleh relawan Tzu Chi Surabaya melalui media sosial.

“Adik Ipar saya itu yang ngabarin saya. Mas ini ada baksos operasi katarak gratis. Jadi saya langsung datang ke Surabaya sambil membawa surat rujukan dari rumah sakit di Malang,” tutur Arif.

Pada 10 hingga 12 Maret 2023 Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia bersama Tzu Chi International Medical Association (TIMA Indonesia) yang bekerja sama dengan Polda Jawa Timur, RS. Bhayangkara. HS. Samsoeri Mertojoso, mengadakan baksos pengobatan ke-137. Baksos ini melayani operasi katarak, operasi bibir sumbing, operasi hernia, dan operasi benjolan.

(Dari kiri) Arif, Supami, dan pasien katarak dari luar Kota Surabaya menginap di mess Wisma Transmigrasi Margorejo. Satu malam di Mess Transimigrasi, Arif dan Supami pada siang harinya langsung pulang ke kampung halamannya ke Dusun Sumber Nanas Kota Malang.          

Weni salah satu suster dari staf TIMA Indonesia turut mengedukasi pasien-pasien pascaoperasi hernia dan bibir sumbing. Weni memberikan petunjuk cara perawatan pasien hernia untuk tidak bekerja berat selama empat hingga lima bulan ke depan. Sedangkan untuk pasien bibir sumbing Weni menjelaskan setelah luka jahitan kering dan benar-benar sembuh, pasien disarankan untuk menjalani terapi bicara agar pasien dapat berbicara dengan lafal yang baik.

”Kami sangat Gan en, relawan Tzu Chi Surabaya sangat aktif dalam men-support baksos ini,” kata Weni yang mengkoordinir persiapan baksos, baik operasi, pascaoperasi, dan pemulihan.

Pada kegiatan baksos kesehatan yang berjalan dua hari ini, TIMA Indonesia pada 10  Maret 2023 berhasil menangani operasi katarak sebanyak 49 pasien, operasi Pterygium 9 pasien, dan operasi bibir sumbing 4 pasien.

Lalu pada 11 Maret 2023 berhasil manangani operasi katarak 57 pasien, operasi benjolan 31 pasien, operasi Hernia 31 pasien, dan operasi bibir sumbing 5 pasien. Secara keseluruhan Tim medis TIMA Indonesia berhasil menangani 186 Pasien.

Editor: Erli Tan

Artikel Terkait

Baksos Tzu Chi ke 119: Melihat Lebih Jelas, Hati Lebih Bersyukur

Baksos Tzu Chi ke 119: Melihat Lebih Jelas, Hati Lebih Bersyukur

11 Agustus 2017
Sebanyak 77 warga Cikarang dan sekitarnya mengikuti bakti sosial kesehatan Tzu Chi ke-119 di Rumah Sakit Sentra Medika Cikarang, Jumat, 11 Agustus 2017. Ditemani anggota keluarganya serta para relawan, para pasien mata (katarak dan pterygium) ini mengikuti tahapan-tahapan sebelum memasuki ruang operasi.
Baksos Kesehatan di Gedung SDN Unggulan Cinta Kasih Pangalengan

Baksos Kesehatan di Gedung SDN Unggulan Cinta Kasih Pangalengan

05 Juli 2023

Relawan Tzu Chi Bandung mengadakan baksos pengobatan umum, mata, dan gigi di gedung SDN Unggulan Cinta Kasih Pangalengan pada 25 Juni 2023. Baksos pengobatan ini diperuntukkan untuk warga Pangalengan dan sekitarnya. 

Bersama Menyehatkan Warga Desa Kayu Ara

Bersama Menyehatkan Warga Desa Kayu Ara

14 Desember 2023

Bakti sosial pengobatan umum digelar pertama kali oleh relawan Tzu Chi di Xie Li Sumatra Selatan (Sumsel) 1 dari PT Bumi Sawit Permai untuk warga Desa Kayu Ara, Kecamatan Rambang Kuang, Kabupaten Ogan Ilir, Rabu (6/12/23). 

Hakikat terpenting dari pendidikan adalah mewariskan cinta kasih dan hati yang penuh rasa syukur dari satu generasi ke generasi berikutnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -