Baksos Tzu Chi ke-95: Meringankan Beban Masyarakat Minang

Jurnalis : Yuliati, Fotografer : Yuliati
 
 

foto
Pada acara seremonial kegiatan bakti sosial operasi mata katarak dan bibir sumbing ini, Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Padang memberikan cinderamata kepada pihak korem atas kerjasama ini. demikian juga sebaliknya

Sabtu, 30 November 2013 merupakan hari kedua pelaksanaan Bakti Sosial Pengobatan ke-95 Tzu Chi di Padang, Sumatera Barat. Sebanyak 219 pasien baik pasien Katarak, Pterygium, maupun Bibir Sumbing berhasil ditangani oleh para tim medis Tzu Chi yang berlansung selama dua hari. Direncanakan akan ada penambahan operasi 2 pasien anak-anak lagi yang akan ditangani besok pada hari Minggu, 01 Desember 2013.

 

Baksos pengobatan Tzu Chi yang bekerjasama dengan Komando Resort Militer 032/WBR telah berjalan dengan baik. Danrem 032/ Wirabraja Kol. Inf. Ainur Rachman menyambut baik dan memberikan dukungan atas kegiatan baksos untuk masyarakat kurang mampu di wilayah Padang. “Dalam operasi Katarak ini saya memberitakan pada BABINSA (Bintara Pembina Desa) saya yang ada di lapangan untuk mencari dan mendata masyarakat yang tidak mampu di wilayah-wilayah Sumatera Barat,” ujar Danrem 032/WBR ini. Lain halnya dengan Wakil Walikota Padang, H. Mahyeldi Ansharullah, SP. Dt. Marajo memberikan apresiasi positif kepada Yayasan Buddha Tzu Chi atas kegiatan baksos ini. “Atas nama Pemko Padang, kami berterima kasih pada Tzu Chi yang selama ini telah berkiprah banyak sekali apalagi pasca gempa, ucap Wakil Walikota ini. “Waktu harga beras naik, Tzu Chi juga turun bagi beras, kemudian waktu gempa, tim relawan juga turun. Saya merasa ini hal luar biasa,” tambahnya.

Membantu menghilangkan penderitaan makhluk lain adalah tekad Tzu Chi dalam menjalankan misi amal kemanusiaan. Tanpa memandang suku, agama, budaya, latar belakang inilah yang menjadi pedoman Tzu Chi dalam menebarkan cinta kasih. Ratusan pasien yang turut mengikuti baksos kali ini berasal dari masyarakat Minang dan sekitarnya yang masuk dalam wilayah Sumatera Barat. Ini tidak lepas dari peran para TNI yang telah banyak membantu dalam penyebaran informasi. “TNI banyak membantu Tzu Chi untuk mencari pasien di daerah-daerah, sehingga baksos bisa berjalan dengan sebaik-baiknya,” ucap Widya Kusuma Lawrenzi, Ketua Tzu Chi Padang. Ia berharap melalui kegiatan bakti sosial pengobatan ini agar bisa menyebarkan cinta kasih ke pelosok Sumatera Barat.

foto  foto

Keterangan :

  • Ratusan pasien katarak dan bibir sumbing telah mengantri di ruang tunggu yang disediakan (kiri).
  • Relawan dari AKPER RS. Reksodiwiryo juga turut bersumbangsih memberikan pelayanan kepada masyarakat pasca operasi hari itu (kanan).

Demi Buah Hati Tercinta
Salah satu orang tua pasien operasi Bibir Sumbing, Irsa Farisol (48) sedang menggendong anaknya yang terus menangis saat berada di ruang pemulihan. Ia pun segera mengajak anaknya, Anugrah Al Alif yang masih berumur 3 tahun untuk berjalan-jalan keluar ruangan. Sedangkan istrinya  juga terlihat sedang menenangkan anak bungsunya, Olivia (2) di ruang pemulihan. Kedua buah hati Irsa mengikuti operasi bibir sumbing yang diselenggarakan oleh Tzu Chi hari ini. Irsa merupakan seseorang tani. Sehari-hari, ia menggarap sawah yang dimilikinya walaupun tidak luas dan hanya menghasilkan sebanyak 2 kwintal gabah. Inipun harus menunggu selama 4,5 bulan lamanya.

Irsan tidak pernah menjual gabah hasil panennya karena hanya cukup untuk memenuhi makan sehari-harinya saja. Itu pun tidak cukup untuk sampai masa panen berikutnya tiba. Kenapa tidak, gabah 2 kwintal jika menjadi beras akan memiliki berat kurang dibanding saat masih menjadi gabah. Sedangkan hasil panen tersebut harus dinikmati oleh Irsan bersama istri dan delapan buah hatinya. Ditambah lagi dua adik iparnya yang juga tinggal bersamanya. Untuk menutupi kekurangan kebutuhan yang dialaminya, Irsan harus membanting tulang dengan menjadi buruh cangkul di ladang-ladang milik tetangganya. Pendapatan pun tidak menentu. Ia merupakan kepala keluarga yang bertanggung jawab. Istrinya hanya sebagai ibu rumah tangga lantaran anaknya masih dibawah tiga tahun dan harus menjaganya.

Meskipun begitu, Irsan selalu merasa bersyukur dan bahagia walaupun hidup serba kekurangan. Terlebih lagi setelah mendengar informasi adanya baksos pengobatan gratis bibir sumbing ini. “Saya senang sekali tahu baksos ini. Kalau tidak ada baksos ini entah sampai kapan anak saya bisa operasi,” ungkap Irsa. Operasi untuk kedua anaknya memang tidak dipungut biaya, namun ongkos perjalanannya dari rumah hingga ke rumah sakit memakan biaya cukup besar baginya. Demi kesembuhan dan masa depan kedua buah hatinya apapun dilakoninya. Walaupun tidak memiliki uang sepersen pun, Irsan tidak kehilangan akal. Setelah mengikuti screening seminggu lalu, ia segera mencari pinjaman uang untuk ongkos kendaraan menuju rumah sakit. Ia yang tinggal di Ds. Sukoharjo Sapan, Kec. Lubuk Gadang, Kab. Solok Selatan cukup memakan waktu karena harus menempuh perjalanan sejauh 150 km dan butuh ongkos sebesar Rp. 60.000 per orang sekali perjalanan. “Punya utang tidak apalah, yang penting anak sembuh,” ujarnya kental dengan logat Padang.

foto  foto

Keterangan :

  • Irsa (48) berusaha menenangkan anaknya saat diperiksa oleh tim medis Tzu Chi (kiri).
  • Dokter Fong dengan ramah mengunjungi satu per satu pasien bibir sumbing setelah menjalani operasi di ruang pemulihan (kanan).

Perjuangan Irsan demi keceriaan kedua buah hatinya kelak telah berbuah manis. Kedua anaknya telah berhasil dioperasi oleh tim medis Tzu Chi. tak henti-hentiya ia terus mengucap syukur dan terima kasih kepada Tzu Chi yang telah mengadakan baksos ini. “Terima kasih buat Buddha Tzu Chi. Walaupun beda agama tapi mau menolong kita semua,” ucapnya penuh syukur.

Giat Bersumbangsih
Dalam menangani baksos bibir sumbing ini, melibatkan tim medis dari Singapura. Terdapat dua dokter yang berasal dari Singapura untuk turut bersumbangsih membantu kelancaran operasi. bukan hanya menjalankan tugasnya sebagai seorang dokter bedah plastik saja, namun ia juga mengunjungi pasien-pasien bibir sumbing yang telah berhasil dioperasi di ruang pemulihan. Dengan ramah, satu per satu pasien di datangi dan melihat keadaan pasien. Salah satunya Fong Poh Him namanya, seorang dokter bedah plastik. Ia mengaku sudah empat kali ikut dalam kegiatan baksos di Padang.

Pertama kali dr. Fong mengenal Tzu Chi Indonesia pada tahun 1997. Ia terlebih dahulu mengenal Tzu Chi Indonesia sebelum bergabung dengan Tzu Chi Singapura. Bahkan ia bercerita ketika ke Taiwan, ia merupakan salah satu anggota Tzu Chi Indonesia. Dulu dr. Fong melihat dokter bedah plastik di Indonesia belum banyak yang mengenal Tzu Chi sehingga ia selalu mau terlibat dalam baksos. “Ini merupakan misi yang baik. Dan saya berharap bisa membantu dalam misi ini,” ungkap dr. Fong. “Tadi (operasi) berjalan dengan baik. Jika ada permasalahan seperti ini harus ditangani dengan baik. Dalam misi ini juga terbentuk kerja sama antar dokter,” tambahnya.

 

 
 

Artikel Terkait

Belajar Berani dan Mandiri

Belajar Berani dan Mandiri

14 September 2015
Minggu pagi, 6 September 2015 di Gedung Gan En Lt.3, Aula Jing si, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara  kembali terdengar riuh suara anak-anak usia 6-8 tahun. Mereka adalah siswa/i kelas budi pekerti  (Qin Zi Ban) yang diadakan sekali dalam setiap bulannya.
Kunjungan Gubernur Sulawesi Tengah ke Kantor Tzu Chi Indonesia

Kunjungan Gubernur Sulawesi Tengah ke Kantor Tzu Chi Indonesia

01 November 2021

Gubernur Sulawesi Tengah bersilaturahmi ke Tzu Chi Indonesia karena sudah membantu masyarakat Kota Palu dan Kabupaten Sigi pascabencana gempa, tsunami, dan likuefaksi.

Tanda Cinta untuk Ibuku Tersayang

Tanda Cinta untuk Ibuku Tersayang

27 Desember 2017
Peringatan Hari Ibu di Saung Tawon Poris, Tangerang berlangsung dengan nuansa haru. Ibu-ibu, anak-anak, serta puluhan relawan Tzu Chi komunitas He Qi Barat yang hadir tak kuasa menahan tangis.
Saat membantu orang lain, yang paling banyak memperoleh keuntungan abadi adalah diri kita sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -