Banjir Jakarta: Menyelamatkan Jiwa

Jurnalis : Metta Wulandari, Juliana Santy, Fotografer : Metta Wulandari, Feranika Husodo (He Qi Utara)
 
 

foto
Elis (baju merah) dan Laila membawa Anita dan Nita menuju posko pengungsian Tzu Chi Center setelah kedua anak kembar ini menjalani perawatan di RS. PIK.

Satu lagi kisah menarik di tengah banjir yang melanda Jakarta. Kisah ini datang dari sebuah keluarga kecil yang tinggal di bagian utara Jakarta. Bermula pada Kamis, saat banjir mulai menggenangi Jakarta, Elis, begitu nama mendapati bahwa putri kembar mereka, Anita dan Nita, yang baru berusia 7 bulan mengalami demam dan tidak dapat menelan makanan. Kepanikan mulai melanda ia dan suaminya karena banjir tak kunjung surut dan pasokan listrik yang tak kunjung menyala.

Semakin hari kondisi Anita dan Nita semakin memburuk, dan sampailah pada hari keempat dimana sekujur tubuh Nita telah membiru dan pucat. Melihat hal tersebut, Elis berteriak meminta pertolongan dari lantai 2 rumah kontrakannya di daerat Tanah Pasir, Kelurahan Penjaringan, Jakarta Utara. Banjir yang masih tinggi di sekitar kediamannya membuat ia dan keluarganya susah untuk melakukan evakuasi.

Teriakan Elis ternyata terdengar oleh tetangganya, Laila. Elis dan Laila sebelumnya belum saling mengenal dan hanya tahu sebatas tetangga jauh. Dengan sigap, Laila yang sedang hamil pun berinisiatif untuk membantu Elis. “Ya namanya kita manusia, hidup saling bertetangga. Sebisa mungkin ya harus saling tolong, siapa tahu nanti kita juga membutuhkan (bantuan orang lain),” ucap Laila. Anita dan Nita kemudian dibawa menuju rumah sakit terdekat, namun pihak rumah sakit menolak karena kondisi Nita didiagnosa telah mengalami muntaber parah dan rumah sakit tidak dapat melakukan penanganan lebih lanjut, sedangkan kondisi Anita belum begitu parah.

foto  foto

Keterangan :

  • Di posko pengungsian Tzu Chi Center, relawan menyambut dengan gembira, mendengarkan setiap cerita yang dituturkan oleh Elis, dan juga memberikan penenangan (kiri).
  • Relawan Tzu chi, Chandra Dhamali tengah menggendong salah satu bayi kembar tersebut di pengungsian. Relawan Tzu Chi selalu mendampingi dan memberikan penghiburan kepada pengungsi di Tzu Chi Center (kanan).

Dalam kepanikan, salah satu tetangga lainnya kemudian menyarankannya untuk mendatangi posko bantuan Tzu Chi, tanpa membuang waktu Elis mendatangi posko, namun lagi-lagi dokter juga tidak dapat menolong sang anak. “Pas datang, anaknya si ibu saya pikir lagi tidur. Tapi ternyata pas dokter periksa, anaknya lagi pingsan. Akhirnya ya kita rujuk ke rumah sakit,” tutur Airu Shijie, relawan Tzu Chi menceritakan kejadian. Saat sampai di rumah sakit, si kembar juga sempat ditolak karena pihak rumah sakit khawatir bahwa keluarga si kembar tidak dapat membayar biaya administrasi. Namun hal tersebut ternyata telah diperhitungkan oleh para relawan. “Awalnya ditahan, nggak boleh masuk rumah sakit karena rumah sakit takut kita nggak bayar. Tapi Shelly Shijie sudah mempersiapkan segalanya dan bawain relawan yang antar kartu kreditnya untuk bayar dulu. Di sana sempet diperiksa segala macam, dan akhirnya bisa masuk juga,” ungkap Airu Shijie.

Jalinan jodoh yang erat antara kedua bayi kembar tersebut dengan Tzu Chi benar-benar tampak pada saat sang ibu membawa mereka ke posko bantuan Tzu Chi di depan Pluit Junction, Jakarta Utara. Pada saat itu Shelly Shijie baru saja tiba, begitu juga dengan dokter. Shelly Shijie memegang tubuh anak dan merasa anak tersebut tidak demam dan hanya tertidur, namun saat dokter memeriksa, anak tersebut dianggap kritis dan harus segera dirawat di rumah sakit. Cepat tanggap, Shelly pun meminta sekretarisnya untuk membawa anak dan keluarga tersebut menuju rumah sakit. “Momen itu adalah yang paling penting, makanya Shangren bilang “ba wo dang xia”, gengam saat ini. Kalau mereka datang lebih cepat 10-15 menit saja, kita juga belum ada dokter dan nggak akan tau kalau anak itu sudah koma,” jelasnya.

foto  foto

Keterangan :

  • Kembar, Anita dan Nita yang baru berusia 7 bulan ini terlihat telah sehat setelah sejak Kamis mereka didiagnosa menderita muntaber (kiri).
  • Kehadiran bayi kembar di tempat pengungsian memberikan warna tersendiri bagi relawan, mereka pun dengan penuh kasih menghibur bayi-bayi ini (kanan).

Hadiah untuk Semua Relawan
“Shixiong-Shijie, Amitofo. Saya mau sharing berita bahagia dalam suasana suram Jakarta. Bayi kembar yang kita tolong telah keluar dari rumah sakit kemarin sore dan sekarang berada di tempat pengungsian Tzu Chi. Kondisi kedua bayi baik, bahkan bayi yang sempat masuk ICU selama 5 hari, yang tadinya dokter sempat sangsi apakah masih bisa ditolong karena waktu datang ke posko kita, kondisinya sangat kritis, pingsan, dan mata telah membalik. Saat ini bayi tersebut dalam kondisi sangat sehat, semoga berita ini bisa menyegarkan hati, memulihkan tenaga, dan memberikan semangat kepada semua Shixiong-Shijie yang telah bekerja keras selama banjir. Semua sumbangsih kita baik waktu, tenaga dan meteri telah membawa kebahagiaan bagi banyak orang. Jia You semua insan Tzu Chi.”

Pesan bahagia itu dikirimkan oleh Shelly Shijie melalui Blackberry Messenger kepada relawan Tzu Chi karena ia ingin kebahagian tersebut juga bisa dirasakan semua relawan Tzu Chi. “Itu adalah perasaan saya. Semuanya itu adalah obat untuk capek. Saya sengaja sharing supaya yang capek di sini merasa terobati, karena beberapa hari ini memang lelah sekali. Itu obat untuk kita karena satu nyawa yang  dokter saja “menyerah”, tapi karena kita tidak menyerah, satu nyawa tertolong,” tutur Shelly Shijie. Ia pun menceritakan bahwa perasaan bahagia itu seperti mendapatkan hadiah besar, dan itu hadiah yang sangat spesial untuk semua relawan Tzu Chi.

Seperti yang Master Cheng Yen katakan bahwa membantu orang harus sampai tuntas, apa yang dilakukan relawan Tzu Chi pada Anita dan Nita pun akhirnya berbuah manis, kedua bayi kembar Anita dan Nita pun kembali sehat. Bersama kedua orang tuanya, bayi kembar ini kemudian dibawa ke posko Tzu Chi Center karena rumah mereka belum dapat ditinggali akibat banjir masih menggenangi. Ungkapan terima kasih tiada habisnya diungkapkan oleh Elis pada relawan Tzu Chi setibanya ia di Posko Pengungsian Tzu Chi Center. “Saya nggak tahu harus ucapin apa, Bu. Pokoknya terima kasih banyak buat Tzu Chi,” ujarnya terbata-bata. Ia juga bersyukur telah mendapat bantuan dan dapat tinggal sementara di pengungsian Tzu Chi Center setelah terkurung di rumahnya selama beberapa hari.

  
 

Artikel Terkait

Paket Sembako untuk Para Warga Korban Abrasi Pantai

Paket Sembako untuk Para Warga Korban Abrasi Pantai

09 Juni 2020

Relawan Tzu Chi Padang memberikan 76 paket bantuan sembako kepada para nelayan yang terkena dampak dari abrasi pantai (30/05/2020). Bantuan berupa paket sembako berupa 5 kg beras, minyak goreng 1 liter, gula 1 kg, dan mie instan 4 buah.

Suara Kasih : Mengukir Sejarah Cinta Kasih

Suara Kasih : Mengukir Sejarah Cinta Kasih

24 Januari 2011
Di dalam kitab sejarah Tzu Chi, setiap hari terdapat kisah yang mengesankan. Sesungguhnya, setiap kali terjadi sesuatu, saya akan bertanya pada diri sendiri, “Haruskah Tzu Chi pergi membantu?” dan jawabannya selalu, “Ya, tentu saja.”
Menjawab Penantian Junaedi

Menjawab Penantian Junaedi

01 November 2018

Tzu Chi Indonesia bekerja sama dengan TNI mengadakan baksos kesehatan ke-124 di Lombok, Nusa Tenggara barat. Baksos yang digelar di dua lokasi tersebut akan melayani operasi minor GA, kesehatan umum dan gigi.

Kesuksesan terbesar dalam kehidupan manusia adalah bisa bangkit kembali dari kegagalan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -