Megawati, Wakil Ketua Tzu Chi Batam, membawakan materi tentang Budaya Humanis Tzu Chi, khususnya dalam penerapan pada Misi Kesehatan Tzu Chi.
Kesan yang sering dirasakan oleh para peserta setiap kali mengikuti kegiatan maupun bakti sosial Tzu Chi adalah keteraturan dan kehangatan suasananya. Semangat gotong royong dan ketulusan pelayanan seolah menjadi ciri khas yang melekat pada setiap relawan. Untuk memperkenalkan budaya humanis yang telah menjadi “DNA” para relawan, Tzu Chi Batam mengadakan kegiatan Sosialisasi Tzu Chi pada 24 Oktober 2025 di ruang Fu Hui (Berkah & Kebijaksanaan).
“Kami berharap dapat memperkenalkan tentang Tzu Chi dan budaya humanis yang kami jalankan. Kegiatan ini juga merupakan permintaan dari Universitas Internasional Batam (UIB). Mereka ingin agar Tzu Chi dapat membantu mendidik karakter calon-calon dokter mereka. Beberapa wakil rektor UIB pernah berkunjung ke Universitas dan Rumah Sakit Tzu Chi di Taiwan. Mereka sangat terkesan melihat bagaimana para dokter di sana bekerja dengan hati penuh welas asih. Mereka berharap mahasiswa UIB bisa meneladani semangat tersebut,” tutur Dewi Soejati, Koordinator Kegiatan.
Aula Jing Si Batam menerima kunjungan 52 mahasiswa dan 17 pendamping dari Fakultas Kedokteran Universitas Internasional Batam (UIB) dalam kegiatan Sosialisasi Budaya Humanis Tzu Chi.
Acara sosialisasi dibuka dengan sambutan dari Ketua Tzu Chi Batam, Rudi Tan, serta Dekan Fakultas Kedokteran UIB, dr. Wira Mondana, M.Ked (Ped), Sp.A, Subsp. Kardio (K). Kedua pihak menyambut kegiatan ini dengan sukacita, berharap agar para mahasiswa dapat memperoleh pembelajaran yang bermakna tidak hanya dalam ilmu kedokteran, tetapi juga dalam nilai kemanusiaan.
Dalam sesi pertama, Agus, relawan Komite Tzu Chi Batam, memperkenalkan sejarah berdirinya Yayasan Buddha Tzu Chi dan empat misinya. Ia menceritakan bagaimana tekad Master Cheng Yen tumbuh setelah menyaksikan peristiwa memilukan di sebuah rumah sakit di Taiwan. Seorang ibu yang mengalami keguguran tidak bisa ditangani karena tidak memiliki uang muka untuk berobat. Peristiwa itu menorehkan luka mendalam di hati Master Cheng Yen, yang kemudian Master Cheng Yen bertekad ingin mendirikan rumah sakit untuk membantu warga tidak mampu. Nilai kasih tanpa pamrih inilah yang hingga kini diterapkan di seluruh rumah sakit Tzu Chi.
Relawan, anggota TIMA, dan perwakilan UIB bersama-sama memperagakan bahasa isyarat tangan dengan judul “Satu Keluarga”. Bahasa isyarat tangan ini merupakan salahsatu budaya humanis Tzu Chi sebagai simbol kebersamaan dan cinta kasih universal.
Selanjutnya, Megawati, Wakil Ketua Tzu Chi Batam, membawakan materi tentang Budaya Humanis Tzu Chi dengan fokus pada Misi Kesehatan. Melalui tayangan video dan foto-foto bakti sosial Tzu Chi Indonesia di Batam, Megawati menjelaskan tiga nilai utama budaya humanis: Gan En (Bersyukur), Zun Zhong (Menghormati), dan Ai (Cinta Kasih). Ketiganya menjadi fondasi dalam setiap pelayanan relawan dan tenaga medis Tzu Chi di masyarakat.
Total ada 69 peserta terdiri 52 mahasiswa dan 17 pendamping sekitar 80 persen di antaranya baru pertama kali mengenal Tzu Chi. Salah satunya adalah Nourtarita Wattimury, atau akrab disapa Tari, mahasiswi Fakultas Kedokteran asal Ambon. “Yayasan Tzu Chi menjalin cinta kasih dengan membantu orang-orang yang kesulitan, baik di bidang pendidikan maupun kesehatan. Pematerinya sangat bagus semua, dan saya tertarik untuk ikut menjadi anggota TIMA (Tzu Chi International Medical Association),” ujar Tari dengan antusias.
Tari, mahasiswi Fakultas Kedokteran UIB, mengungkapkan rasa haru dan ketertarikannya untuk bergabung dalam TIMA (Tzu Chi International Medical Association) setelah mengikuti kegiatan ini.
Budaya humanis yang ditanamkan oleh Master Cheng Yen merupakan wujud nyata dari welas asih dan cinta kasih universal. Beliau tidak hanya mengajarkan, tetapi juga menjadi teladan bagi seluruh relawan Tzu Chi, termasuk dokter dan tenaga medis di rumah sakit Tzu Chi. Bagi mereka, pasien bukan sekadar penerima layanan medis, tetapi bagian dari keluarga yang membutuhkan perhatian dan dukungan. Karena kesembuhan sejati bukan hanya datang dari obat, tetapi juga dari kasih dan kehangatan yang tulus diberikan.
Editor: Anand Yahya