Banjir Jakarta: Nasi Bungkus untuk Warga Rusun Cinta Kasih
Jurnalis : Apriyanto, Fotografer : Apriyanto Relawan Tzu Chi membagikan makanan bagai warga rusun, sebab genangan air yang tinggi membuat mereka kesulitan memasak ataupun mendapatkan makanan. |
| ||
Mereka tak bisa tidur nyenyak lantaran air yang semakin tinggi dan masuk ke dalam rumah, bahkan mereka tak lagi bisa untuk mandi dan masak. Namun untuk membeli makanan pun mereka mengalami kesulitan, karena untuk menemukan warung makan di luar rusun Tzu Chi lokasi cukup jauh. Sedangkan tempat-tempat jual makanan di lokasi terdekat (Apartemen City Park) harganya cukup mahal bagi kalangan warga rusun. Akhirnya untuk kebutuhan makan mereka menumpang masak di tetangga atau kerabat terdekat di sekitar rusun. Semua penderitaan ini semakin bertambah ketika aliran listrik dan air bersih terputus. Hal inilah yang menjadi perhatian relawan Tzu Chi. Tanggal 18 Januari 2013, Goh Poh Peng relawan yang sering membina warga rusun segera berinisiatif membagikan makanan matang dan air minum bagi 300 warga yang tinggal di lantai dasar. “Yang kita bagikan hari ini pastinya tidak mencukupi, tapi kita memberikan yang terbaik dulu hari ini,” jelas Poh peng. Maka hari itu ia bersama sekitar 15 relawan langsung membagikan makanan dan minuman ke warga di setiap blok rusun Tzu Chi. Poh Peng berpendapat bahwa barang yang dibagikan memang tak cukup untuk hari ini, tapi setelah itu ia akan berkoordinasi dengan relawan untuk memberikan bantuan lanjutan.
Keterangan :
Dalam kondisi yang tidak mudah pembagian bantuan pun dibagi menjadi 2 titik: satu kelompok membagikan di blok A dan satu kelompok membagikan di blok B. Pembagian juga dibantu oleh para guru Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi yang sebagian memang tinggal di rumah susun tersebut. Saat Poh Peng membagikan di blok A inilah ia bertemu dengan Sianah seorang nenek berusia 80 tahun. Nenek itu tinggal di lantai dasar bersama anak, menantu, dan 2 orang cucunya. Keadaan membuat nenek itu harus bertahan selama 2 hari di tengah genangan banjir. “Tak ada tempat untuk mengungsi,” katanya, “Tapi saya masih kuat menahan dingin, yang terpenting cucu-cucu saja jangan kebasahan.” Menurut anak lelakinya karena tak ada tempat mengungsi maka mereka tidur di atas bale (dipan) kayu yang mereka buat secara darurat. Tapi karena air tak kunjung surut, kondisi mereka pun menjadi tidak bugar. “Tidur di bale di atas air sangat susah. Tidak bisa nyenyak, sekali nyenyak saya tercebur ke air,” kata sang anak. Ketika kondisi semakin memprihatinkan, beruntung mereka mendapatkan pinjaman rumah dari pengelola. Pengelola Perumahan Tzu Chi memberikan temnpat tinggal sementara bagi mereka di lantai 5. Mengetahui berita ini relawan turut merasa tenang. Setelah memberikan bantuan makanan dan minuman, relawan segera mengantar nenek itu untuk naik ke lantai 5, unit sementara yang dapat mereka tempati. | |||
Artikel Terkait
Persembahan Terbaik untuk Mama
03 Juni 2009 Bulan Mei adalah bulan yang sangat istimewa bagi Tzu Chi, dimana sekaligus dirayakan tiga peristiwa besar, yaitu “Hari Waisak, Hari Tzu Chi dan Hari Ibu Sedunia”. Semua insan Tzu Chi di seluruh dunia pun menyambut bulan Mei ini dengan hati penuh rasa syukur dan sukacita. Tak ketinggalan dengan insan Tzu Chi Surabaya, hari Waisak disambut dengan meriah.Berita Internasional : Uluran Tangan untuk Korban Kebakaran di Barangay
25 November 2016Dengan sekejap, lebih dari 40 keluarga di Barangay, Western Bicutan di Kota Taguig Filipina menjadi tunawisma akibat kebakaran yang berkobar pada 6 November 2016 yang lalu. Para relawan mendistribusikan bantuan perbekalan dan mendengarkan curahan hati para korban di bawah tenda pengungsian.
Relawan Tzu Chi di Pematang Siantar Berbagi Takjil Cinta Kasih
04 April 2024Para relawan Tzu Chi di Pematang Siantar dengan semangat toleransi membagikan 250 paket takjil di depan Kompleks Perumahan Megaland, Pematang Siantar.