Bantuan bagi Korban Kebakaran Penjaringan

Jurnalis : Veronika Usha, Fotografer : Anand Yahya
 

fotoDengan penuh rasa hormat dan cinta kasih, para relawan Tzu Chi membagikan paket bantuan kepada warga korban kebakaran di Penjaringan, Jakarta Utara. Sehari sebelumnya, relawan telah menyurvei dan membagikan kupon kepada mereka.

 

 

 

Setelah sebelumnya (29 September 2009) membagikan kupon paket bantuan untuk para korban bencana kebakaran di Kelurahan Penjaringan, Jakarta Utara, Rabu, 30 September 2009, lebih kurang 30 relawan Tzu Chi terjun langsung membagikan 900 paket bantuan yang terdiri dari handuk, air mineral, selimut, gayung, obat nyamuk, baju bekas, sandal, dan tempat makan. Semua barang bantuan ini dimasukkan ke dalam sebuah boks plastik besar.

 

“Tadinya kami ingin mengemasnya dengan menggunakan ember plastik. Tapi setelah dipertimbangkan, boks ini nantinya akan jauh lebih berguna untuk menyimpan dan melindungi barang-barang para korban,” tutur Adi Prasetio, Ketua Tim Tanggap Darurat Tzu Chi, sambil menunjukkan tumpukan boks plastik yang sudah tersusun rapi dan diisi dengan barang-barang bantuan.

Menjaga Kualitas Makanan
Ini bukanlah bantuan pertama yang diberikan oleh Tzu Chi. Sejak hari Senin, 28 September 2009, sebuah dapur umum yang merupakan kerjasama antara Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia dan Koramil 02 Penjaringan, resmi beroperasi untuk mendistribusikan makanan siap saji kepada para korban. “Setiap hari, dapur umum menyediakan 1.000 bungkus nasi (500 bungkus siang hari, dan 500 bungkus untuk sore hari -red) untuk dibagikan kepada para korban,” ucap Joe Riadi, salah satu relawan Tzu Chi.

 

foto  foto

Ket :- Tanpa sungkan para relawan turun langsung ke lapangan untuk membagikan nasi bungkus yang telah             dimasak dengan penuh cinta oleh para relawan dapur umum. (kiri)
       - Para tentara dari Koramil Penjaringan, relawan Tzu Chi dan warga setempat yang tidak menjadi korban saling           bahu-membahu mempersiapkan paket bantuan yang akan dibagikan kepada koraban kebakaran. (kanan)

Joe Riadi menambahkan, setiap hari lebih kurang 10 relawan Tzu Chi sudah mulai memasak sejak jam 08.00 pagi, “Mereka bertugas untuk memasak sayur dan lauk. Sedangkan para tentara bertanggung jawab untuk menyediakan nasi dan telur. Kami bersyukur, selain (dari) Koramil, ada juga beberapa warga yang masih mau membantu di dapur umum. Mulai dari memotong, mengupas, hingga mencuci sayuran.”

Dapur umum ini bertugas untuk menyediakan makan siang dan malam. Namun untuk tetap menjaga kualitas makanan, para relawan Tzu Chi sengaja menyediakan waktu dua kali dalam sehari untuk mempersiapkan nasi bungkus tersebut. “Untuk makan siang, kami memasak sejak pukul 09.00 pagi, sedangkan untuk makan malam kami memasak sejak pukul 15.00 sore. Kalau kami jadikan satu memasaknnya, kami takut akan basi. Kita harus tetap menjaga kualitas makanan kita. Kasihan mereka sudah terkena musibah, harus dilayani sebaik-baiknya,” ucap Tho Sui Ha, salah satu relawan Tzu Chi bertugas memasak di dapur umum.

 

foto  foto

Ket : - Dengan menggunakan gerobak, para relawan mengelilingi tenda-tenda penampungan untuk memberikan             nasi bungkus kepada para korban.  (kiri)
         - Kebahagiaan tergurat di wajah para korban kebakaran setelah memperoleh bantuan. Mereka mengaku             bahwa bantuan tersebut sangat dibutuhkan dan bermanfaat.  (kanan)

Tidak hanya memasak, Tho Sui Ha juga bertanggung jawab untuk membeli seluruh kebutuhan memasak. “Biasanya saya berbelanja malam hari sekitar jam 21.00 malam bersama beberapa relawan lainnya,” tambah Tho Sui Ha yang mengaku harus membeli lebih-kurang 100 kg beras setiap harinya. Meskipun kurang beristirahat, Tho Sui Ha mengaku senang bisa membantu para korban. “Saya sudah berumur, tapi saya masih sehat dan bisa berbuat sesuatu kenapa tidak? Apalagi para tentara (dari) Koramil juga membantu kami memasak. Sejak pukul 04.00 pagi, mereka sudah memasak nasi dan menggoreng telur,” jelasnya.

Walaupun harus bekerja di bawah kolong jembatan tol yang difungsikan sementara untuk menjadi dapur umum, namun kebersihan makanan sangat diperhatian oleh para relawan. Dengan penuh semangat, mereka membungkus nasi yang sudah dilengkapi dengan dua atau tiga jenis sayur. “Sejauh ini tidak pernah ada complain dari para korban kepada masakan kami. Bahkan para tentara (juga memuji masakan kami,” ucap Tho Sui Ha sambil tersenyum.

 

foto  foto

Ket : - Para pengumpul barang bekas mulai berdatangan ke lokasi bencana, mengais besi-besi dan dan berbagai             macam barang lainnya yang sudah terbakar.   (kiri)
         - Dikarenakan posko dapur umum PMI dan Departemen sosial menetap di lokasi hanya 3 hari maka relawan             Tzu Chi mendirikan posko dapur umum untuk makanan para pengungsi yang tinggal di tenda-tenda             darurat.  (kanan)

Memberi yang Terbaik
Setelah dibungkus rapi, 500 nasi bungkus tersebut dibagikan secara langsung kepada para korban. Tanpa sungkan, para relawan masuk ke dalam tenda-tenda penampungan dan memberikan nasi bungkus sambil tersenyum. “Semoga yang kecil ini bisa meringankan penderitaan mereka,” kata Joe Riadi. Dalam memberikan bantuan, Tzu Chi selalu mempertimbangkannya dengan masak. Selain kualitas masakan di dapur umum, bantuan paket kebakaran yang diberikan oleh Tzu Chi berisi barang-barang yang mungkin terlupa tapi sangat dibutuhkan, seperti handuk, selimut, peralatan mandi, atau bahkan sandal. “Kami mencoba untuk memberikan yang terbaik untuk para korban. Kita harus meringankan penderitaan mereka, bahkan mulai dari hal yang paling kecil,” tambah Joe Riadi.

Semangat kemanusiaan Tzu Chi ternyata dirasakan juga oleh sebagian warga yang tidak tertimpa bencana. Dengan penuh semangat mereka pun membantu mengemas paket-paket bantuan korban kebakaran. “Saya tidak bisa membantu dengan materi, yang bisa saya lakukan hanya ini,” tegas Slamet, salah satu warga yang terlihat aktif membantu para relawan. Walaupun salah satu rumah keluarganya (kakaknya) juga terbakar, namun hal tersebut tidak menyurutkan semangat Slamet untuk membantu warganya yang lain. “Kemarin saya sudah membantu Kakak, sekarang saatnya saya membantu yang lain. Ini adalah rasa kemanusiaan,” ungkapnya mantap.

 

 

 

 

 
 

Artikel Terkait

Banjir Jakarta: Rindu Tuhan

Banjir Jakarta: Rindu Tuhan

20 Januari 2014 Ketika banjir melanda Jakarta dua hari yang lalu, rumah Kakek Eng Wat ikut terendam hingga mencapai ketinggian satu meter. Dalam kondisi genting itu, kedua pasangan yang sudah lanjut usia ini langsung mengungsi ke posko pengungsian di Kapuk Muara.
Menyebarkan Semangat Cinta Lingkungan

Menyebarkan Semangat Cinta Lingkungan

13 Januari 2022

Relawan Tzu Chi Medan menjalin cinta kasih kepada murid sekolah SMU Wiyata Dharma Medan dengan mensosialisasikan pelestarian lingkungan pada Sabtu, 8 Januari 2022.

Kehangatan Keluarga dalam Dharma

Kehangatan Keluarga dalam Dharma

09 Februari 2017
Senin, 6 Februari 2017, Jingsi Book Cafe Medan mengadakan Acara Malam Keakraban Imlek bersama relawan yang selama ini mengikuti kegiatan Xun Fa Xiang (menghirup keharumnya Dharma di pagi hari) dan bedah buku yang dilaksanakan di Jingsi Book & Café, Medan, Komplek Jati Juntion Medan.
Dengan keyakinan yang benar, perjalanan hidup seseorang tidak akan menyimpang.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -