Suyono warga Kampung Buaran, Kelurahan Harapan Mulya saat proses survei rumah. Ia berharap bantuan renovasi dapat memperbaiki rumahnya yang sering kebanjiran saat hujan.
Dengan wajah berseri, Suyono (60) menyambut kedatangan tim relawan Tzu Chi dan Summarecon Peduli yang didampingi pihak kelurahan serta RT/RW pada Senin, 14 Juli 2025. Ia mempersilakan tim relawan mendokumentasikan kondisi rumahnya dan dengan ramah menjawab sejumlah pertanyaan yang dibutuhkan dalam proses survei tersebut.
Suyono merupakan salah satu dari 500 calon penerima bantuan renovasi rumah di Kota dan Kabupaten Bekasi, hasil kolaborasi Tzu Chi Indonesia dan PT Summarecon. Rumah yang ia tempati mengalami banyak kebocoran. Setiap kali hujan turun dengan intensitas sedikit lebih tinggi, banjir tak terhindarkan. Untuk mengatasinya Suyono membangun semacam tanggul di teras rumah guna menahan laju air agar tak masuk ke dalam.
“Alhamdulillah ada yang peduli sama saya, semoga harapan saya bisa terlaksana. Selama ini saya memang tak bisa menyisakan uang untuk renovasi, untuk makan sehari-hari saja nge-pas,” katanya.
Suyono memperlihatkan kondisi dapurnya kepada para relawan.
Beberapa tahun terakhir Suyono bekerja serabutan dengan penghasilan tak tentu. Sudah tiga bulan ini ia juga belum dapat kembali bekerja karena masih masa pemulihan pascaoperasi hernia. Beruntung putrinya, Dewi, masih bisa membantu menopang kebutuhan keluarga. Namun begitu Dewi yang bekerja di sebuah pabrik di Cibitung juga tengah menghadapi ketidakpastian karena masa kontraknya segera berakhir.
Jika rumahnya disetujui untuk direnovasi, Suyono berharap lantai ruang tamu dapat ditinggikan agar sejajar dengan kamar tidur sehingga tidak lagi tergenang saat hujan. Setiap kali hujan deras, rumahnya selalu kebanjiran setinggi betis orang dewasa. Di rumah berukuran 3 x 11 meter persegi itu Suyono tinggal bersama istrinya yang merupakan ibu rumah tangga, serta anak bungsunya, Dewi. Sementara anak sulungnya mengontrak di tempat lain.
Ketulusan dan Kepedulian Sosial
Camat Medan Satria Widy Tiawarman menyampaikan apresiasi kepada tim relawan Tzu Chi dan Summarecon Peduli atas kepedulian mereka dalam program renovasi rumah bagi warga di wilayahnya.
Sementara itu, semangat gotong royong begitu terasa dalam tahapan survei ini. Suasana kebersamaan itu sudah tampak sejak para relawan berkumpul di Kantor Kelurahan Harapan Mulya, Kecamatan Medan Satria, Kota Bekasi pada pukul 08.00 WIB.
Camat Medan Satria, Widy Tiawarman menyampaikan apresiasi dan terima kasih mendalam pada Tzu Chi Indonesia dan Summarecon atas kepedulian mereka terhadap warganya. Sebanyak 70 warga yang disurvei hari itu berasal dari Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) yang dikelola Kementerian Sosial. Mereka memenuhi kriteria sebagai penerima bantuan sosial termasuk program bedah rumah yang rutin dilaksanakan pemerintah tiap tahunnya.
Setiap kelurahan di Kecamatan Medan Satria mendapat alokasi perbaikan sebanyak sembilan unit rumah per tahun. Namun kebutuhan di lapangan masih jauh lebih besar dibanding kuota yang tersedia.
“Sehingga dengan program bebenah kampung ini dari Tzu Chi dan Summarecon akan mempercepat untuk memberikan kenyamanan dan kesejahteraan pada warga kami,” tuturnya.
Kebersamaan dan kekompakan terlihat jelas saat para relawan Tzu Chi dan Summarecon akan turun langsung ke lapangan untuk mensurvei 70 rumah.
Setelah menerima arahan dari tim Sekretariat Tzu Chi Indonesia serta Ketua He Qi Cikarang, Veryanto, dan Eko, perwakilan dari Summarecon Peduli, para relawan gabungan dibagi dalam delapan kelompok. Masing-masing kelompok didampingi perwakilan RT/RW, serta aparat kelurahan setempat. Sebanyak 70 kepala keluarga menjadi sasaran survei pada hari itu dengan 46 KK berada di Kelurahan Harapan Mulya, sementara sisanya tersebar di Kelurahan Kalibaru, Medan Satria, dan Pejuang.
Harus Lebih Bersyukur
Fachrudin yang bertugas mendokumentasikan kondisi rumah warga juga dengan detail mengecek kelayakan atap, lantai dan dinding.
Bagi beberapa relawan Summarecon Peduli ini adalah pengalaman pertama ikut serta dalam kegiatan lapangan seperti ini. Agus Kardianto (43), seorang office boy mengungkapkan rasa harunya.
“Saya terharu melihat kondisi rumah warga. Ini menyadarkan saya untuk lebih bersyukur dan memberi. Saya kebagian survei lima rumah. Saya bertanya, mencatat, dan jadi tahu langsung kondisi mereka.”
Sementara Fachrudin (33) yang sudah 19 tahun bekerja sebagai petugas security, merasa pengalaman ini memperkaya perspektif hidupnya. Kali ini ia bertugas mendokumentasikan kondisi rumah, terutama atap, lantai, dan dinding.
“Saya lihat sendiri rumah Pak RT Warahmatullah yang dihuni empat orang. Tidak bisa dibilang memprihatinkan, tapi memang kurang layak.” Menurutnya survei ini memberinya motivasi baru untuk terus belajar dan memberi lebih.
Pak Aam, salah satu warga yang rumahnya disurvei relawan menunjukkan kondisi dalam rumahnya yang minim ventilasi.
Koerniawan, salah satu relawan Tzu Chi menilai kolaborasi tim relawan Tzu Chi dari He Qi Cikarang dan Summarecon sangatlah efisien. Data dari kelurahan telah disiapkan sebelumnya, sementara relawan dari Summarecon juga telah mengikuti pelatihan teknis satu pekan sebelumnya. Ini membuat proses survei berjalan cepat dan lancar.
“Setiap tim terdiri dari enam relawan Summarecon dan empat relawan Tzu Chi. Karena timnya solid dan bisa dibagi menjadi dua kelompok kecil, survei untuk sembilan rumah pun bisa diselesaikan sebelum pukul 12 siang,” ungkapnya.
Dokter Helen (baju biru) mengatakan, terkait temuan-temuan dari hasil survei, terutama keluarga yang sedang sakit, atau anak dengan disabilitas, ia akan menyampaikan dan membahas lebih lanjut dalam rapat misi amal He Qi Cikarang untuk ditindaklanjuti.
Survei hari itu tak sekadar memastikan apakah 70 kepala keluarga ini berhak menerima bantuan renovasi rumah. Lebih dari itu survei ini juga mengungkap banyak realitas. Dokter Helen, seorang relawan yang juga berprofesi sebagai dokter menyampaikan keprihatinannya terhadap kondisi rumah warga, khususnya dari segi kesehatan dan sanitasi lingkungan.
“Kebetulan saya seorang dokter. Saat turun langsung ke lapangan, saya melihat kondisi higienitas rumah warga yang kurang baik, terutama dari sisi sirkulasi udara yang tidak berjalan dengan optimal. Ini membuat saya merasa penting untuk lebih peduli terhadap kondisi mereka,” ungkap dr. Helen.
Menurutnya rumah-rumah yang berdekatan dengan ventilasi terbatas berisiko menciptakan lingkungan lembap yang rentan menimbulkan penyakit, khususnya yang berkaitan dengan sistem pernapasan. Dokter Helen juga menyinggung fenomena ‘gunung es’ dalam kasus TBC yang saat ini menjadi perhatian nasional. Ia menyebutkan bahwa kasus TBC terus meningkat dan sebagian besar belum terdeteksi.
“Pemerintah sekarang semakin aware terhadap fenomena gunung es di mana jumlah penderita TBC sebenarnya jauh lebih banyak dari yang tercatat. Program bebenah kampung dan renovasi rumah ini bisa menjadi langkah nyata untuk menekan angka TBC di masyarakat,” tambahnya.
Editor: Metta Wulandari