Bedah Buku: Belajar Mengubah Tabiat Buruk

Jurnalis : Ciu Yen (He Qi Utara), Fotografer : Stephen Ang (He Qi Utara)
 
 

fotoPada hari Kamis, 12 April 2012 diadakan Bedah Buku He Qi Utara dengan nara sumber Surya Lie Shixiong yang membahas buku Dharma Master Cheng Yen Bercerita Bagian 1 Bab 4 “Ular yang Keras Kepala”.

Suasana Kota Jakarta yang macet ternyata tidak menyurutkan semangat dari 27 peserta yang hadir malam itu untuk mengikuti kegiatan Bedah Buku yang memang rutin diadakan setiap hari Kamis, berlokasi di Jing Si Books & Café Pluit, Jakarta Utara. Tepat pukul 7 malam dipandu oleh Posan Shixiong (Koordinator Bedah Buku He Qi Utara) acara pun dimulai dengan penghormatan kepada Master Cheng Yen.

 

 

 

 

Pembicara malam ini adalah Surya Lie shixiong, mengangkat topik berdasarkan buku Dharma Master Cheng Yen Bercerita Bagian I Bab 4: Ular yang Keras Kepala. Setelah membaca kisah ini saya sedikit terkejut karena ternyata murid sang Buddha yang dengan tingkat pelatihan diri dan bijaksana tinggi yaitu Sariputra pun masih memiliki sisa tabiat buruk akibat dari kehidupan masa lampaunya. Saya pun kemudian menyadari bahwa setiap orang memiliki tabiat buruk. Meski begitu, bukan berarti kebiasaan (tabiat buruk) ini tidak dapat diubah. Namun, yang lebih membahayakan adalah jika kita tidak menyadari apa tabiat buruk kita. Setiap manusia memiliki kelemahan yang berbeda–beda, bisa saja kelemahan kita ada di keserakahan, kebencian, kebodohan, kecurigaan, atau pun kesombongan. Sungguh kita harus menyadari apa tabiat buruk kita dan berusaha untuk mengubahnya.

“Ular Yang Keras Kepala” menceritakan satu kisah di masa Sang Buddha tentang seorang biksu muda dan Biksu Sariputra. Dari kisah tersebut kita melihat “benar” dan “salah” sungguh sulit untuk dijelaskan, terkadang kita sering kali melakukan suatu tindakan yang kita anggap benar meskipun hal itu mungkin saja memang adalah benar namun ada sebagian besar orang yang menganggap itu tidak benar. Dalam kehidupan sehari-hari pun persoalan “benar” dan “salah” kerap kita jumpai, semua kembali lagi kepada diri kita masing-masing bagaimana cara kita menyikapi setiap persoalan yang ada itulah yang akan menentukan sikap kita. “Saya berpikir segala sesuatu terjadi sesuai dengan jodohnya tidak ada yang salah melainkan hanya “keadaan” selalu bersyukur jangan sampai kita membuang cinta kasih hanya untuk menjadi benar,” ungkap Posan Shixiong dalam sharingnya. Saat merasa benar kita suka mempertahankannya sehingga terkadang menimbulkan konflik dengan orang lain. Saat konflik terjadi itu artinya kita telah membuang cinta kasih hanya untuk menjadi benar, kita marah hanya untuk menjadi benar. Marilah kita senantiasa bersyukur, berpikiran terbuka, jangan sampai melepaskan jodoh yang telah terjalin baik hanya untuk mempertahankan pendapat kita saja. Kita mungkin tidak bisa mengubah satu keadaan tapi kita bisa mengubah pola pikir kita sendiri agar tetap tenang, karena hanya dalam kondisi batin yang tenanglah kita akan mampu mengatasi setiap situasi dan kondisi atau pun kesulitan dalam kehidupan ini dengan baik.

foto   foto

Keterangan :

  • Sebanyak 27 peserta bedah buku yang hadir pada malam hari itu belajar bahwa semua orang harus bisa menyadari apa tabiat buruknya dan berusaha untuk mengubahnya (kiri).
  • Mendengarkan ceramah Dharma, mengikuti kegiatan bedah buku secara rutin merupakan salah satu cara untuk menumbuhkan kebijaksanaan dalam diri setiap orang (kanan).

Beberapa faktor penyebab tabiat buruk diantaranya adalah kebiasaan di masa lalu (karma), setiap orang terlahir dengan membawa karmanya masing-masing termasuk kebiasaan-kebiasaan di masa lalunya, apakah itu kebiasaan baik atau kebiasaan buruk sedikit banyak akan mempengaruhi kebiasaan di kehidupan yang sekarang. Lingkungan pergaulan yang tidak sehat, banyak berteman dengan teman yang tidak baik, selalu berpikir secara negatif juga merupakan faktor  penyebab tabiat buruk seseorang.

Mengubah Tabiat Buruk
Mempunyai sahabat spiritual yang baik, saat berada dekat dengan teman yang baik secara tidak langsung itu akan memengaruhi kita. Banyak mendengar ceramah, ikut bedah buku, dan sebagainya untuk meningkatkan kebijaksanaan. Kebijaksanaan itu sendiri bisa muncul melalui 4 hal, yaitu melalui “pendengaran”. Kebijaksanaan ini diperoleh dari hasil perkataan orang-orang bijaksana dan mempunyai kapasitas untuk mencerahkan atau mengajar seperti mendengarkan Ceramah Master Cheng Yen dalam program Lentera Kehidupan di DAAI TV Indonesia, dan lain-lain. Melalui “kata perenungan”, seperti kata-kata perenungan Jing Si di Tzu Chi, bisa juga dari pengalaman-pengalaman diri sendiri atau orang lain yang direnungkan untuk diambil manfaatnya. Melalui “meditasi”, melatih konsentrasi benar. Melalui “praktik”, seperti halnya di Tzu Chi kita melakukan kunjungan kasih dan juga baksos. Karena ikut dalam suatu kegiatan kita melatih diri, menyadari dan memahami kehidupan ini sehingga pikiran pun menjadi terbuka.

Mari bersama-sama kita melatih diri meningkatkan kualitas diri yang lebih baik. Kita harus berlomba dengan waktu, menggengam dan memanfaatkannya sebaik mungkin. Jangan biarkan hari demi hari berlalu sia-sia tanpa menghasilkan sesuatu. Terlahir menjadi manusia dan berkesempatan mengenal Dharma sungguh merupakan satu kesempatan yang luar biasa, oleh sebab itu marilah isi hari-hari kita dengan melakukan hal-hal yang bermafaat sehingga kehidupan ini kita lalui dengan penuh makna.

  
 

Artikel Terkait

Mengumpulkan Ribuan Hati Untuk Mendaur Ulang

Mengumpulkan Ribuan Hati Untuk Mendaur Ulang

23 Maret 2013 Dana yang kita dapatkan dari sampah itu, akan kita berikan kembali lagi ke warga yang tidak mampu melalui kegiatan sosial yang kita adakan,” ucapnya di depan ribuan warga Batam.
Penyerahan Paket Sembako ke Koops AU 1

Penyerahan Paket Sembako ke Koops AU 1

18 Juni 2020
Rangkaian bantuan-bantuan sembako Tzu Chi untuk masyarakat yang terdampak langsung secara ekonomi akibat Covid-19 terus dilakukan. Kali ini, Tzu Chi Indonesia menyerahkan paket sembako cinta kasih kepada Komando Operasi Angkatan Udara 1 (Koops AU 1) di Komplek Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur pada Kamis, 18 Juni 2020. 
Hanya orang yang menghargai dirinya sendiri, yang mempunyai keberanian untuk bersikap rendah hati.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -