Bedah Buku: Membedah Buku, Menimba Ilmu

Jurnalis : William (Tzu Chi Sinar Mas), Fotografer : William (Tzu Chi Sinar Mas)
 
 

fotoPada tanggal 2 Februari 2013, pukul 19.00, berlokasi di Batu Ampar Xie li Kalimantan Selatan 1, seluruh relawan mengikuti kegiatan komunitas perdana, yaitu bedah buku.

Buku merupakan jendela informasi, dengan membaca buku banyak informasi yang dapat kita kutip dan kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pada tanggal 2 Februari 2013, pukul 19.00, berlokasi di Batu Ampar XieliKalimantan Selatan 1, seluruh relawan mengikuti kegiatan komunitas perdana, yaitu bedah buku yang mengajarkan kita mengenai nilai-nilai luhur untuk melakukan kebajikan. Buku yang akan dibahas pada kesempatan ini bisa dikatakan sangatlah baik, membahas tentang ilmu ekonomi dalam kehidupan kita sehari-hari.

 

Buku Ilmu Ekonomi Kehidupan memaparkan tiga hal yang dibahas dalam buku ini, bagian pertama membahas tentang waktu, bagian kedua membahas tentang ruang dan bab tiga yang merupakan bab terakhir membahas tentang hubungan antarsesama. Sebanyak 27 relawan sangat antusias mengikuti kegiatan ini. Mereka menyiapkan diri untuk membaca terlebih dahulu buku ilmu ekonomi kehidupan bab 1 yang membahas tentang waktu dalam pandangan mikro.

Pada kegiatan ini ditayangkan sebuah video yang mengisahkan seorang ayah dan anak yang memiliki keakraban dalam satu kelurga, namun seiring sejalan sang anak sudah memiliki pilihannya sendiri dan ingin menjadi seorang musisi. Namun sang ayah tidak menyetujui putranya menjadi seorang musisi. Sejak putranya beranjak remaja sampai ia harus menyelesaikan kuliahnya, pertengkaran masih berlangsung. Hingga akhirnya ia berhasil dengan dunia musiknya sampai ia berhasil mengadakan konser. Dengan harap sang ayahnya dapat menghadiri acara perdana konsernya. Secara bersamaan sang ayah bertekad untuk memperbaiki hubungannya dengan anaknya, tiba-tiba diperjalanan menuju acara konser anaknya, sang ayah terkena musibah.

Melihat video ini banyak relawan yang memberikan komentar, menandakan bahwa waktu tidak kembali berputar dan belum tentu ada hari esok. selama ini ia telah kehilangan waktu yang berharga bersama anaknya karena pertengkaran dan anaknya yang sudah membayangkan senyuman kebahagiaan dari ayahnya kini sudah tidak akan terwujud lagi.  Sama halnya dengan buku bab pertama bagian waktu yang mengupas tentang pasti ada hari esok, “Semua orang memiliki waktu 24 jam yang sama, baik orang kaya atau pun orang miskin, Tuhan sudah memberikan waktu yang sama, tinggal bagaimana kita dapat memanfaatkannya dengan baik.  Dalam pandangan mikro waktu terjadi demikian adanya. Hargai detik demi detik, menit demi menit supaya kita tidak buang waktu” ujar  Mulia Bijeh Mata Shixiong.

foto   foto

Keterangan :

  • Buku yang akan dibahas pada kesempatan tersebut adalah buku Master Cheng Yen yang berjudul “ Ilmu Ekonomi Kehidupan” (kiri).
  • Relawan pun sharing menyampaikan pendapat dan pengalamannya dalam hidup yang berhubungan dengan isi buku tersebut (kanan).

.Budi Pramularto Shixiong juga menanggapi bab pertama mengenai waktu. “Waktu terus berlalu, kita akan selalu dikejar oleh waktu, penundaan adalah pencuri waktu yang sangat besar. Sukses atau tidaknya seseorang umumnya berbedanya sudut pandang dalam  mengatur  waktu.  Ada orang yang berpikir dan mempersiapkan waktu untuk satu tahun ke depan, ada juga yang hanya berpikir hari ini untuk hari ini. Inilah yang membedakan pandangan tiap orang.”

Ada sebuah cerita dalam buku ini, seorang raja neraka yang bernama Yama, ia  mengatakan kepada anak buahnya “Neraka semakin lama semakin sedikit penghuninya, bagaimanakah caranya agar dapat membuat neraka dapat penuh kembali?” kemudian kepala kerbau menjawab, “Saya akan katakan pada manusia bahwa neraka itu tidak ada, maka manusia akan bertindak sesuka hatinya”, lalu temannya mengatakan “Bagaimana kalau saya katakan pada manusia bahwa surga itu tidak ada maka percuma saja mereka untuk berbuat kebajikan,” ujar kepala kuda, setan kecil pun  berkata, “Saya akan mengatakan pada manusia bahwa masih ada hari esok”, Sang Raja Neraka pun langsung berkata, “Tepat sekali terhadap usul setan kecil”. Hal ini memang benar adanya, bahwa kelemahan manusia adalah sangat suka menunda, sedangkan waktu tiada pernah berhenti.

“Manusia merupakan ciptaan Allah. Tidak ada yang kekal, apabila kita memiliki waktu, manfaatkanlah waktu sebaik-baiknya. Pemanfaatan waktu yg tidak seimbang inilah yang menimbulkan  istilah kaya, miskin, terhina, dan sejenisnya. Jika kita bekerja 9-5 jam itu artinya memanfaatkan waktu yang terus berjalan. Ada juga orang yang hanya menikmati waktu, tapi tidak memanfaatkan waktu dengan baik,” Ujar Ferry Shixiong selaku ketua Xie Li Kalimantan Selatan 1.

Hidup bukanlah sekedar hidup. Hidup harusnya memiliki makna. Tidak penting berapa lama kita hidup, tetapi yang paling penting berapa bermakna hidup kita. Maka kita harus dapat menggenggam setiap kesempatan baik untuk membuat diri kita lebih bermakna.

 

 
 

Artikel Terkait

Suara Kasih: Melihat Harapan di Dunia

Suara Kasih: Melihat Harapan di Dunia

03 April 2012 Lihatlah Kota Wagga Wagga yang berjarak hampir 700 kilometer dari Sydney. Dari akhir Februari hingga awal bulan Maret, kota itu dilanda bencana banjir yang besar. Setelah akses jalan kembali normal, insan Tzu Chi di Australia segera menyurvei lokasi bencana dan mempersiapkan pembagian bantuan.
Pelestarian Lingkungan Sekaligus Berolahraga

Pelestarian Lingkungan Sekaligus Berolahraga

24 Mei 2016

Muda mudi Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia atau Tzu Ching di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Saint Carolus menggelar acara pelestarian lingkungan sambil berolahraga.  

Bersatu Hati, Harmonis, Saling menyayangi, dan Bergotong Royong

Bersatu Hati, Harmonis, Saling menyayangi, dan Bergotong Royong

09 November 2022
Seolah mengobati kerinduan, relawan Tzu Chi di Komunitas Xie Li Selatan (He Qi Pusat) mengadakan gathering. Selain mempererat silaturahmi, para relawan juga diajak mengenang sejarah terbentuknya komunitas ini.
Berlombalah demi kebaikan di dalam kehidupan, manfaatkanlah setiap detik dengan sebaik-baiknya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -