Bedah Buku Xie Li Sunter; Menyirami Batin dengan Air Dhamma

Jurnalis : Rosy Velly Salim (He Qi Pusat) , Fotografer : Rosy Velly Salim (He Qi Pusat)

Bedah Buku di Xie Li Sunter telah memasuki usia ke-7 tahun.

Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia sejak Maret 2020, menjadikan insan Tzu Chi makin giat menyirami batin dengan air Dhamma yang memberikan kedamaian, ketenangan, dan menumbuhkan jiwa kebijaksanaan. Dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi, bedah buku maupun kelas pendalaman Dhamma di Tzu Chi dilakukan secara daring.

Pemberian penghormatan kepada para Buddha, Bodhisatwa, dan Master Cheng Yen.

Di antaranya yang diterapkan di Komunitas Sunter (bagian dari He Qi Pusat). Sudah satu tahun bedah buku dilakukan secara daring menggunakan aplikasi Zoom, sejak diadakan pada 25 April 2020.

Sabtu, 24 April 2021 menjadi hari bersejarah bagi insan Tzu Chi komunitas Sunter. Kelas pendalaman Dhamma (Bedah Buku) memasuki usia ke-7 tahun. Mulai dari kelas secara offline sejak 2014 hingga kini secara online di bawah koordinator Rosy Velly Salim.Sebanyak 46 peserta hadir. Mereka berasal dari komunitas Sunter, Jembatan Lima, Jakarta Pusat, Cikarang, dan Bekasi. Tema bedah buku pada hari tersebut adalah tentang berpuas diri, bersyukur dan berkah. Bedah Buku kali ini mengupas secara dalam makna sejati sebuah kebahagiaan dengan praktik, serta bagaimana jalannya nafsu keinginan menghampiri manusia.

Kesepakatan bedah buku komunitas Sunter yang sedang dibacakan oleh Rosy Velly Salim sebelum memasuki sesi inti materi.

“Semua orang menginginkan kebahagiaan. Tetapi, banyak yang terjebak oleh pengejaran kebahagiaan semu (harta kekayaan, tubuh sehat, banyak teman, jalan-jalan ke luar negeri, shopping, reputasi, status sosial, kekuasaan). Dikatakan kebahagiaan semu, karena ketika yang kita dapatkan hilang, tidak tercapai, tidak sesuai dengan yang diinginkan maka muncullah penderitaan. Bahagia semu hanya sementara,” kutipan yang disampaikan Rosy di sesi Pesan Dhamma.

Lanjutnya, kebahagiaan semu ini ada karena ada dalangnya yaitu nafsu keinginan. Nafsu keinginan muncul karena pengaruh objek luar. Maka, perlu mengingat kembali pada Dharma, memiliki pandangan benar (segala hal yang terkondisi adalah tidak kekal, perubahan. Segala fenomena adalah tanpa inti, terbentuk akibat perpaduan 4 unsur-api, air, angin dan tanah, dan jangan dilekati.

Sesi Sharing

Membedah pesan Dhamma setelah menyaksikan tayangan Master Cheng Yen Bercerita berjudul Angsa Emas dipandu oleh Rosy.

Dalam sesi sharing, para peserta merasakan sukacita Dhamma dan menyerap inti materi yang disampaikan. Apalagi ditunjang dengan kisah nyata, pengalaman, kesan batin maupun pertanyaan dari para peserta.

Maria Fintje menceritakan pengalamannya berkaitan dengan mengisi kehidupan menjadi bernilai dengan berani mengambil keputusan menentukan arah tujuan hidup. Dengan tidak terlena dalam pencarian materi (uang) sehingga tidak menghabiskan sisa masa hidup hanya berkutat pada kebahagiaan semu tetapi membuka diri bersumbangsih di tengah masyarakat.

Peserta lainnya juga aktif menjawab melalui chat room, di antaranya ada Eric Velly Salim dan Yanny S. “Selagi kita memiliki berkah tubuh yang sehat, jika memungkinkan untuk bisa bekerja dan bersumbangsih, lakukan saja”. Jawab chat Yanny S.

Tampilan zoom yang terlihat Wylen Djap (Kiri), Rosy Velly S (Kanan) dan Maria Fintje (Tengah) saat sesi sharing peserta.

“Bila kita selalu takut dan khawatir akan masa depan, maka apa yang kita takutkan itu justru akan terjadi. Bangun persepsi berpikir sudut pandang positif. Kekuatiran hanya akan memperburuk segala sesuatu. Sebab itu janganlah kamu selalu kuatir akan hari esok, karena hari esok mempunyai kesusahannya sendiri, kesusahan sehari cukuplah untuk sehari, rejeki bukan sandal yang bisa tertukar,” jawab chat Eric.

Sesi sharing berlangsung hingga jelang pukul 6 sore, berlanjut ke puncak acara yaitu doa dan puji syukur bedah buku komunitas Sunter yang memasuki usia 7 tahun.

Sesi doa dan puji syukur menyambut bedah buku komunitas Sunter memasuki usia ke 7 Tahun.

“Tahun ini, kuenya virtual ya masih sama dengan cahaya lilin. Harapan dari filosofinya adalah semoga semangat kita semua dalam memupuk berkah dan kebijaksanaan tetap berkobar menyala terus seperti lilin ini. Sadhu sadhu sadhu. Amin”. Harapan Rosy.

Para peserta juga berbagi kesan batin yang didapat selama mengikuti bedah buku komunitas Sunter.

“Apapun yang kita terima dan yang kita dapat, harus terima dengan ikhlas dan lapang dada. Yang ada, kita kalau mempunyai kelebihan baguslah berbagi dengan orang yang kurang, dan kita tidak pernah sempurna, yang ada kita perlu saling menasehati, membantu dan terus memperbaiki diri,” kata Euw Yuni.

Shou Yu bersama, lagu berjudul Satu Keluarga.

”Saya ikut Bedah Buku selama pandemi, jadi bisa menjalin jodoh dengan Bedah Buku komunitas Sunter ikut melalui online. Kesannya, tema-temanya menarik, dibawakan dengan sepenuh hati,” tutur Wylen Djap.

”Senang lihat lilin selalu menyala, seperti semangat kita semua, Rosy shijie, Eric shixiong. Saya kagum dan ada hal positif dari Rosy dan Eric yang tidak terpengaruh kondisi luar, tidak goyah dan tetap menjalankan Bedah Buku. Dahuu walaupun banyak yang tidak bisa datang, tetap masih teguh, tidak pernah putus asa, tidak menyerah. Semua jadi terinspirasi lebih mau belajar Dhamma terutama saya,” pungkas Noni Thio.

Editor: Khusnul Khotimah

Artikel Terkait

Bedah Buku: Semangat Bersumbangsih

Bedah Buku: Semangat Bersumbangsih

06 Februari 2013 Bersumbangsih dengan sepenuh hati di banyak misi bukan saja dilakukannya dengan penuh sukacita dan ketulusan, namun dengan rasa syukur yang luar biasa kental.
Bedah Buku Kebon Jeruk 3

Bedah Buku Kebon Jeruk 3

10 Maret 2014 Pertemuan kali ini membahas mengenai “Merenungkan bahwa Pikiran Tidak Kekal (Guan Xin Wu Chang ).“ Acara ini juga dihadiri oleh 2 orang Shifu (bikkhuni).
Bedah Buku: “Ekonomi Waktu” dalam Kehidupan

Bedah Buku: “Ekonomi Waktu” dalam Kehidupan

07 Desember 2012 Secara umum, ekonomi dapat diartikan sebagai pengelolaan sumber daya dan cara pemanfaatannya agar mendapat hasil semaksimal mungkin. Waktu, tanpa kita sadari, sebenarnya juga merupakan suatu sumber daya yang kita miliki.
Cara kita berterima kasih dan membalas budi baik bumi adalah dengan tetap bertekad melestarikan lingkungan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -