Bekal Pengembangan Diri Siswa

Jurnalis : Yuliati, Fotografer : Yuliati, Witono


Sebanyak 338 siswa-siswi Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi mementaskan drama "Sutra Bakti Seorang Anak" dengan penuh penghayatan dalam kegiatan Kamp Pedewasaan.

Setiap tahun, Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng mengadakan kegiatan yang disebut dengan Kamp Pendewasaan. Kamp pendewasaan ini diadakan dengan tujuan untuk memberikan bekal kepada siwa-siswi sebelum terjun ke masyarakat, salah satunya dengan melatih kedisiplinan: waktu dan kerja. Dengan begitu setelah keluar dari sekolah para siswa-siswi ini bisa lebih bijaksana dalam menentukan langkah berikutnya. “Untuk menanamkan cinta kasih sehingga menjadi pribadi yang disiplin, mandiri, dan memupuk budi pekerti,” ucap Bambang Sutrisno, guru bahasa Indonesia SD Cinta Kasih, sekaligus koordinator kegiatan ini.

Kamp ini dilaksanakan pada tanggal 30-31 Mei 2014 di Aula Jing Si, Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Selama dua hari, siswa-siswi dibekali dengan berbagai materi untuk menambah wawasan dan keterampilan diri. Sebanyak 338 peserta yang terdiri dari siswa-siswi Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan penuh semangat mengikuti kegiatan ini.

Melihat antusias para siswa, Dyah Widayati Ruyoto yang mendampingi kegiatan kamp pendewasaan dari awal hingga usai mengaku kegiatan seperti ini sangat penting dan berpengaruh pada pribadi siswa. Dengan kata lain ini merupakan salah satu pendidikan karakter yang ditanamkan kepada setiap anak yang lulus dari sekolah untuk menuju jenjang pendidikan berikutnya ataupun terjun ke dunia kerja nantinya. Ia berharap anak-anak didiknya dapat memiliki sikap yang baik di samping memiliki pengetahuan yang tinggi. “Apa yang kita peroleh di sekolah ini, setelah keluar bisa mengembangkan diri supaya bisa menjadi pribadi yang unggul. Orang sekarang lebih menghargai sikap yang baik dibanding pengetahuan yang tinggi,” ungkap Dyah, direktur Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi.

Para murid juga dibekali dengan keterampilan-keterampilan sebelum terjun dalam dunianya yang baru.

Roby Setiawan (tengah) dengan penuh sukacita mengikuti kegiatan Kamp Pendewasaan bersama tiga ratusan murid lainnya.

Salah satu siswa SMA, Roby Setiawan (18) sejak sesi pertama hingga usai kegiatan dengan perhatian penuh mendengarkan penjelasan para pemateri. Selama dua hari kegiatan ia mengaku belajar tentang kerjasama sehingga ia pun merasa ada kebersamaan bersama murid-murid lainnya. “Di sini (kamp) saya dapat bagaimana melakukan sesuatu dengan teratur, disiplin, dan rapi,” aku Roby. Sejak pindah di rumah baru di Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi dan bersekolah di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi, ia merasa termotivasi untuk belajar. Semangat belajar Roby yang tinggi inilah yang membuatnya terus menjadi siswa berprestasi. Ia juga selalu aktif dalam kegiatan di sekolah. “Waktu SD saya dijadikan ketua kelas, terus waktu ada kegiatan Pramuka menjadi Ketua Pramuka. Waktu SMP dan SMA jadi ketua OSIS,” tutur Roby. Berkat prestasi dan keaktifannya itulah yang mengantarkan Roby menjadi salah satu siswa yang terpilih ke Taiwan pada tahun 2013 lalu.

Bukan hanya motivasi belajar dan aktif dalam kegiatan sekolah, tetapi Roby yang dulu seorang anak yang suka melawan orang tua kini menjadi anak yang memiliki kepribadian penurut. “Dulu saya masih suka melawan orang tua, sejak mendapatkan pelajaran budi pekerti saya mulai membantu orang tua mengerjakan pekerjaan rumah,” ungkap Roby.

Sutra Bakti Seorang Anak
Pada puncak acara kamp pendewasaan ini, seluruh peserta mempersembahkan sebuah drama “Sutra Bakti Seorang Anak” di hadapan para tamu undangan yang hadir. Suara riuh tepuk tangan pun terus menggema di dalam ruangan lantai 4 Aula Jing Si. Roby yang memerankan tentang topik budi luhur lebih kurang berdurasi waktu 10 detik ini sangat menghayati peran tersebut. Untuk menampilkan 10 detik waktu yang diperankan, Roby bersama siswa-siswi yang lain melakukan persiapan drama tersebut lebih kurang selama empat bulan. Melalui drama ini, Roby mengaku belajar tentang bakti seorang anak kepada orang tua. “Saya memahami sejak di dalam kandungan, ibu merawat kita, kasih orang tua sangat besar dan tidak pernah mengharapkan imbalan,” ungkap anak kedua dari dua bersaudara ini, “dari sini (drama), sekarang saya lebih disiplin dan tidak menyepelekan hal sekecil apapun.”

Bryan Raharja (Kanan) memberikan sharing di hadapan orang tua murid dan para tamu undangan lainnya.

Satu per satu murid menerima suvenir usai mengikuti Kamp Pendewasaan selama dua hari pada tanggal 30 - 31 Mei 2014.

Roby juga mengaku belajar untuk tidak melupakan orang tua dan akan membahagiakan orang tua. Nantinya, ia berharap dapat melanjutkan studi di perguruan tinggi untuk meraih cita-cita dan asanya. “Saya mengajukan beasiswa dari Yayasan Buddha Tzu Chi untuk kuliah,” tuturnya.

Selain Roby, Bryan Raharja juga mengaku bahwa kegiatan seperti ini (kamp pendewasaan) sangat bagus dan bermanfaat. Ia juga mengaku bahwa mementaskan Drama Sutra Bakti Seorang Anak membuatnya memahami akan pengorbanan orang tua terhadap anak. “Budi orang tua itu luar biasa, sungguh hebat. Yang terbagus jangan bikin orang tua pusing (karena tingkah laku kita),” ungkap Bryan, “saya berharap kita semua juga ada timbal balik agar berbakti kepada orang tua.”

Selama belajar di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi, Bryan mengaku sebelum sekolah di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi tidak pernah mengikuti kegiatan sosial, namun karena sekolah sering mengadakan kegiatan sosial ia pun belajar tentang pentingnya berbagi terhadap sesama. “Di sini kita belajar untuk memahami orang lain yang membutuhkan bantuan,” ucap Bryan dalam sharingnya. “Saya berterima kasih kepada sekolah dan welas asih Shigong Sangren (Master Cheng Yen),” ungkapnya.

Mama Bryan, Lindawati Sidharta yang hadir dalam acara pementasan Sutra Bakti merasa senang dengan perkembangan anaknya yang semakin dewasa. “Di sekolah Bryan memang penurut, diam, tetapi kalau di rumah terkadang nakal juga. Sekarang Bryan lebih perhatian sama saya, ibunya, dan lebih mandiri,” ungkap Lindawati. Setelah melihat peran anak-anak yang begitu memukau dalam pentas drama, Lindawati sangat gembira. “Senang untuk pembelajaran (mengingatkan) anak-anak kita untuk berbakti kepada orang tua. Orang tua membesarkan hingga mendidik tidak mudah, orang tua selalu mikirin anak terus. Karena itu, anak-anak jangan nakal dan ingat selalu orang tua dan berbakti kepada orang tua,” pesannya.


Artikel Terkait

Dengan Cinta Kasih Menjadi Agen Perubahan

Dengan Cinta Kasih Menjadi Agen Perubahan

08 Mei 2019

Bertempat di Gedung Tzu Chi Center PIK Jakarta Utara, Sekolah Cinta kasih Tzu Chi Cengkareng kembali mengadakan Kamp Pendewasaan bagi siswa TK, SD, SMP, SMA, dan SMK. Seluruh siswa yang berjumlah 556 itu mengikuti kamp pada 3 dan 4 Mei 2019.

Bekal Pengembangan Diri Siswa

Bekal Pengembangan Diri Siswa

03 Juni 2014 Melihat antusias para siswa, Dyah Widayati Ruyoto yang mendampingi kegiatan kamp pendewasaan dari awal hingga usai mengaku kegiatan seperti ini sangat penting dan berpengaruh pada pribadi siswa. Dengan kata lain ini merupakan salah satu pendidikan karakter yang ditanamkan kepada setiap anak yang lulus dari sekolah untuk menuju jenjang pendidikan berikutnya ataupun terjun ke dunia kerja nantinya.
Benih yang kita tebar sendiri, hasilnya pasti akan kita tuai sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -