Bekerja Atas Nama Kepedulian

Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta Wulandari

Kamis, 9 Juni 2016, Relawan Tzu Chi He Qi Timur melakukan kegiatan berupa pembagian makanan kepada 400-an penghuni Yayasan Galuh, sebuah Pusat Rehabilitasi Gangguan Kejiwaan di Bekasi, Jawa Barat.

Bersumbangsih pada sesama haruslah didasari oleh rasa kepedulian dan bukan masalah persamaan etnis, suku, apalagi keyakinan agama tertentu. Hal itu yang selalu diajarkan dan ditekankan oleh Master Cheng Yen kepada para murid-muridnya di Tzu Chi. Kuatnya rasa kepedulian inilah yang kemudian benar-benar dijadikan landasan dalam pemberian bantuan. Seperti kepedulian yang baru saja diwujudkan oleh relawan Tzu Chi dari He Qi Timur.

Kamis 9 Juni 2016, relawan Tzu Chi mengunjungi Yayasan Galuh, sebuah Pusat Rehabilitasi Gangguan Kejiwaan di daerah Bekasi, Jawa Barat. Hari itu, tiga relawan Tzu Chi melakukan kegiatan rutin di Yayasan Galuh berupa pembagian makan siang yang diperuntukkan bagi 400-an penghuni panti ini, termasuk pasien, pengurus, dan care keeper.

“Kami sudah mulai menyiapkan bumbu masakannya sejak hari Rabu, dan Kamis sekitar pukul 3 pagi mulai masak lagi karena Kamis pukul 10 pagi sudah harus diantar ke sini (panti),” ucap Lie Fe Gian, salah satu relawan yang ikut membagikan makanan dan menyiapkan masakan.

Kegiatan rutin yang sudah lebih dari tujuh tahun dilakukan Tzu Chi ini disambut hangat oleh pihak Yayasan Galuh. Sekretaris Yayasan Galuh, Nina Mardiana, menuturkan bahwa dirinya tak bisa menutupi perasaan senang dan terkesan akan hubungan baik yang terjalin antar yayasan ini. “Tidak ada kata lain selain ucapan terima kasih untuk seluruh donatur, karena kami tidak bisa memikul beban ini sendiri,” tuturnya tulus.

Perasaan senang bukan hanya dirasakan oleh Nina. Relawan Tzu Chi pun merasakan hal yang sama. “Bersumbangsih selalu memberikan satu rasa senang, termasuk dalam kegiatan ini,” tutur Dian Aryani, relawan yang juga ikut membagikan makanan. Melalui kegiatan ini, Dian mengaku menyimpan rasa kagum terhadap para care keeper maupun pengurus yayasan yang mendedikasikan dirinya untuk merawat Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ). “Pasti pekerjaan mereka tidak mudah karena yang mereka dampingi bukanlah orang biasa seperti orang normal pada umumnya,” ucapnya.

Para pasien mengantre untuk mengambil makan siang dengan tertib. Kegiatan rutin yang sudah lebih dari tujuh tahun dilakukan oleh Tzu Chi ini tentu disambut hangat oleh pengurus Yayasan Galuh.


Suasana tenang terlihat ketika makan siang dilakukan di Yayasan Galuh. Yayasan Galuh yang telah berusia 34 tahun ini kini menampung kurang lebih 370 pasien gangguan jiwa.

Menjaga Amanah

Nina yang telah 14 tahun bergabung di yayasan ini sempat menuturkan sedikit kisah mengenai Yayasan Galuh. Didirikan pada 1982, yayasan yang kini menampung 370 pasien ini ternyata berdiri dengan latar belakang kepedulian yang tinggi. “Almarhum Pak Gendu, pendiri yayasan ini, dulu mendirikan yayasan karena melihat satu orang gila yang dianiaya oleh warga. Beliau yang tidak sampai hati melihatnya lalu mengajak orang gila itu untuk tinggal di rumahnya. Beliau juga merawatnya dengan obat-obatan herbal,” cerita Nina. Semenjak itu, mereka terus menampung pasien dan mulai mendirikan yayasan.

Kini sudah ada 24 care keeper yang dibagi dalam tiga shift untuk menjaga pasien. Nina pun menjelaskan bahwa menjaga pasien dengan gangguan jiwa tidaklah mudah. “Pendekatan yang kami lakukan adalah dengan keep in touch,” tukas Nina. Ia percaya bahwa untuk memulihkan jiwa, kasih sayang adalah hal yang paling dibutuhkan. “Interaksi sekecil apapun akan membina kepercayaan dari diri pasien kepada kami,” tambahnya. Melalui Yayasan Galuh, mereka juga bercita-cita bisa menyukseskan program Indonesia bebas pasung.

Nina pun sering mengingatkan care keeper untuk tetap mengutamakan kepedulian dan rasa syukur karena baginya tugas yang mereka emban adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan, “Maka harus dijalankan yang benar,” tutupnya.

Hal tersebut senada dengan Kata Master  Cheng Yen: “Jadikan kesulitan sebagai tambahan kekuatan, jangan dianggap sebagai hambatan dalam menghadapi masalah.”


Artikel Terkait

Berbagi Kebaikan di Bulan Ramadan

Berbagi Kebaikan di Bulan Ramadan

21 Mei 2019

Relawan Tzu Chi mensosialisasikan kegiatan-kegiatan Tzu Chi kepada masyarakat, Kamis, 17 Agustus 2019 di SPBU Panghegar, Bandung. Di bulan Ramadan yang penuh berkah, relawan juga membagikan takjil kepada pengendara mobil dan motor yang melintas.

Sosialisasi dan Pembagian Makanan Vegetaris

Sosialisasi dan Pembagian Makanan Vegetaris

25 Agustus 2021

Relawan Tzu Chi komunitas He Qi Pusat mengadakan kegiatan TZU CHI PEDULI, TZU CHI BERBAGI. Kegiatan ini merupakan kegiatan pembagian 200 kotak makanan vegetaris untuk warga kurang mampu.

Bekerja Atas Nama Kepedulian

Bekerja Atas Nama Kepedulian

10 Juni 2016
Kamis 9 Juni 2016, relawan Tzu Chi mengunjungi Yayasan Galuh, sebuah Pusat Rehabilitasi Gangguan Kejiwaan di daerah Bekasi, Jawa Barat. Hari itu, tiga relawan Tzu Chi melakukan kegiatan rutin di Yayasan Galuh berupa pembagian makan siang yang diperuntukkan bagi 400-an penghuni panti ini, termasuk pasien, pengurus, dan care keeper.
Metta Wulandari
Kendala dalam mengatasi suatu permasalahan biasanya terletak pada "manusianya", bukan pada "masalahnya".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -