Belajar Membina Diri Melalui Kelas Budi Pekerti

Jurnalis : Sphatika Winursita, Vincent Salimputra (He Qi Utara 2), Fotografer : Aris Widjaja, Shelvi, Vincent Salimputra (He Qi Utara 2)

Adi Nugroho dan tim pelatihan mengajak peserta untuk saling mengenal dan mengakrabkan diri melalui sesi ice breaking yang dikemas dengan penuh keceriaan.

Semua orang tua maupun guru dapat mengajar anak dan murid mereka, namun hanya sebagian dari mereka yang benar-benar peduli untuk mendidik. Mengajar yang baik adalah mendidik. Namun, mendidik tidak semudah yang dibayangkan karena mendidik membutuhkan proses yang panjang.

Mendidik dapat menggunakan proses mengajar sebagai sarana untuk mencapai hasil yang maksimal dalam kaitannya dengan keseluruhan tujuan pendidikan. Mengutip dari kata perenungan Master Cheng Yen, “Pendidikan anak adalah mengajarkan tata krama, mengasuh budi pekerti, menunjukkan jalan dan memandu ke arah yang benar”.

Wujud dari rasa kepedulian tersebut, relawan Misi Pendidikan Tzu Chi pada 19 November 2022 mengadakan pelatihan relawan pendidikan Tzu Chi Indonesia bertempat di Fu Hui Ting, Aula Jing si. Pelatihan ini untuk saling berbagi pemahaman dan wawasan dengan 119 relawan pendidikan. Pelatihan relawan pendidikan ini bertemakan “Mendidik Insan Berbakat dengan Tekun dan Penuh Kasih”.

Komunikasi Harus Dilakukan dengan Penuh Kasih
Para peserta  yang hadir meliputi relawan dari Jakarta dan luar kota, Da Ai Mama dan guru-guru Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi bersatu hati menyimak sharing pertama yang dibawakan oleh Minarni dengan materi empat metode pendekatan yang digunakan sebagai landasan penerapan dalam proses mendidik anak dan murid.

Minarni memberikan sharing mengenai “Empat Metode Pendekatan: Kiat dalam hubungan antar manusia” kepada para peserta pelatihan relawan pendidikan Tzu Chi.

Empat metode yang dimaksud di antaranya, berdana, memberi manfaat pada orang lain, bertutur kata yang lembut, dan saling membimbing. “Empat metode pendekatan ini merupakan obat mujarab untuk berkomunikasi antarsesama. Selain itu, empat metode ini merupakan pintu Dharma untuk menciptakan hubungan baik antar sesama dan syarat wajib untuk menjadi Bodhisattva,” tutur Minarni.

Bahasa merupakan jembatan dalam berkomunikasi antarmanusia, sehingga Master Cheng Yen sering berpesan kepada muridnya untuk selalu bertutur kata penuh kasih. Tentunya hal ini harus diterapkan secara berkesinambungan, baik oleh orang tua maupun guru, yang harus mendidik anak dan murid dengan penuh kesabaran.

Freddy Ong, Direktur Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng bersama timnya mengajak peserta pelatihan untuk menerapkan cara komunikasi yang baik melalui simulasi permainan “The Art of Communication”.

Kekuatan dan Pengaruh Pendidikan Budi Pekerti
Pada sesi talk show acara di pandu oleh Christine, dan sebagai narasumber ada Linda Budiman dan Ritawati yang berbagi cerita tentang jalinan jodoh awal mereka bergabung dalam barisan relawan Tzu Chi. Mereka sama-sama mengenal Tzu Chi melalui kelas budi pekerti dan pernah bersumbangsih sebagai Da Ai Mama pada masa-masa awal sebelum memutuskan menjadi relawan Tzu Chi.

Ketika itu, Linda mendaftarkan putranya yang kelas 4 SD pada kelas budi pekerti yang diadakan pertama kali pada tahun 2006 di gedung ITC Mangga Dua. Sedangkan, Ritawati mengenal kelas budi pekerti melalui saudara iparnya. Sekitar tahun 2015, putrinya pun kembali didaftarkan untuk mengikuti kelas budi pekerti yang diadakan di Cengkareng.

Linda dan Ritawati menyadari bahwa kelas budi pekerti penting untuk membentuk karakter anak yang baik. Pembelajaran kelas budi pekerti juga diselingi dengan kegiatan pendidikan informal yang menitikberatkan pada pendidikan karakter dan budi pekerti.

Anak-anak yang mengikuti kelas budi pekerti akan terbentuk karakter yang baik karena mereka diajarkan untuk berbakti pada orang tua, bersyukur akan berkah yang dimiliki, hidup bermasyarakat dengan harmonis, mencintai lingkungan dan masih banyak lagi.

Ritawati menjelaskan bahwa ada pembentukan karakter positif yang terjadi pada kedua anaknya sejak bergabung dengan kelas budi pekerti. “Saya perhatikan anak saya menjadi punya sikap menghormati orang lain, gemar membantu orang lain dan juga ikut melestarikan lingkungan. Mereka bisa ikut melakukan hal-hal kecil sejak dini,” ucap Ritawati.

Ritawati mengungkapkan bahwa putrinya jika marah meluap-luap, Ritawati seperti menatap dirinya sendiri di cermin. Ritawati menjadi sadar bahwa anak-anak akan mencontoh apa yang mereka lihat dan dengar dari sekelilingnya, terutama orang tuanya. Kini Rita dan keluarga sama-sama belajar membina diri melalui kelas budi pekerti maupun kegiatan Tzu Chi lainnya. Setelah merasa berjodoh dengan Tzu Chi, Ritawati akhirnya memutuskan bergabung menjadi relawan Tzu Chi.

Pada Sesi talkshow yang dipandu oleh Christine Tjen dengan topik “Kekuatan dan Pengaruh Pendidikan kelas Budi Pekerti Tzu Chi” menghadirkan dua narasumber, yaitu Ritawati (kiri) dan Linda Budiman (kanan).

Senada dengan Ritawati, Linda juga merasakan perubahan yang positif pada dirinya maupun anak-anaknya. “Tidak ada anak yang tidak bisa dididik, yang ada orang tua atau guru yang tidak tahu cara mendidik anaknya. Perubahan dalam diri anak-anak saya yang kini menjadi berempati dan berbakti pada saya dan suami saya membuat saya yakin tata krama harus ditanamkan kepada semua anak sejak dini,” jelas Linda.

Mengikuti kelas budi pekerti selain anak-anak para orang tua juga terbentuk karakternya saat mengikuti kelas budi pekerti.  Dimulai dari hal-hal kecil, seperti membantu merapikan meja dan kursi serta mempersiapkan konsumsi untuk anak.

Ritawati bersama suami juga mencoba mempraktikkan apa yang didapatkan dari kelas budi pekerti, seperti bersabar dan mengontrol emosi dalam kehidupan sehari-hari. “Saya dan shi xiong bersyukur bisa berjodoh dengan Tzu Chi melalui kelas budi pekerti. Keluarga kami juga bersyukur bisa bertumbuh kembang ke arah yang lebih baik serta memiliki hubungan yang harmonis antara ayah, ibu dan anak. Saat mengalami masalah dalam keluarga, kami akan mengaitkannya dengan ajaran Master Cheng Yen,” tutur Rita.

Diakhir  talkshow, Linda berbagi pengalaman berharga selama terlibat dalam kelas budi pekerti. “Yang pertama, terkait parenting. Kelas budi pekerti mengajarkan kita bagaimana menjadi orang tua yang lebih baik bagi anak kita. Sejak saya menjadi Da Ai Mama, tindakan tidak baik tidak pernah saya lakukan lagi terhadap kedua anak saya. Yang kedua, budaya humanis. Ternyata budaya humanis yang kita dapatkan tidak hanya berguna saat menjadi relawan Tzu Chi saja, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari termasuk perkembangan karier saya di kantor. Yang terakhir, saya mendapatkan keluarga besar Tzu Chi. Keluarga yang saya kenal sejak 2006 hingga sekarang saling berbagi dalam suka maupun duka,” tutur Linda.

Pendampingan Orang Tua dalam Penggunaan Teknologi Digital
Perkembangan teknologi yang makin maju telah memberikan berbagai kemudahan bagi masyarakat dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Kemajuan teknologi ini juga memberikan pengaruh signifikan terhadap tatanan kehidupan masyarakat termasuk ruang lingkup keluarga. Tidak bisa dipungkiri bahwa kemajuan teknologi saat ini terutama berbasis internet akan memberikan dampak positif sekaligus dampak negatif bagi tumbuh kembang anak dalam keluarga.

Caroline Widjanarko memberikan sharing interaktif dengan tema “Pendidikan Masa Depan”. Pelatihan relawan pendidikan ini diikuti oleh 119 relawan yang tergabung dalam Misi Pendidikan Tzu Chi.

Caroline Widjanarko pemateri berikutnya menyampaikan tentang peranan orang tua yang dibutuhkan untuk mengantisipasi dampak negatif yang diakibatkan dari penggunaan teknologi pada anak-anak agar tidak mengganggu kesehatan mental mereka.

Caroline  menjelaskan bahwa orang tua harus dapat menyikapi kemajuan teknologi di era digital ini secara tepat dan bijak sehingga dapat memberikan manfaat bagi keluarganya terutama dalam mendidik anak. Selain itu, orang tua juga harus berperan aktif dalam mendampingi dan membimbing anak-anak sehingga tumbuh rasa tanggung jawab dalam membuat pilihan yang tepat saat menggunakan teknologi.

Para peserta pelatihan relawan misi pendidikan Tzu Chi berfoto bersama dengan pengisi materi dan relawan Tzu Chi di misi pendidikan Tzu Chi.

“Marilah kita ajarkan anak-anak kita untuk menggunakan teknologi dengan bijak. Orang tua dan guru adalah teladan dan contoh bagi anak-anak kita. Dengan contoh nyata, mendidik mereka untuk memiliki pandangan hidup yang tepat dalam segala hal, termasuk penggunaan teknologi dan menyikapi kehidupan,” ajak Caroline menutup sesi pelatihan.

Editor: Anand Yahya

Artikel Terkait

Meningkatkan Kualitas Pengobatan dan Pelayanan Berbudaya Humanis

Meningkatkan Kualitas Pengobatan dan Pelayanan Berbudaya Humanis

20 Januari 2021

Di rumah sakit banyak pasien yang membutuhkan relawan pemerhati dengan hati yang baik, tulus, dan damai untuk menyemangati sehingga, pasien bisa merasa tenang. “Master Cheng Yen ingin setiap relawan selalu membawa cinta kasih, dan mencurahkan perhatian ke setiap ruangan rawat inap pasien. Selain itu, kita juga harus menunjukkan pada pasien sehingga pasien bisa merasakan kesungguhan dan ketulusan dari relawan pemerhati.” pesan Shen Bi Hua.

Ada Tekad, Baru Ada Kekuatan

Ada Tekad, Baru Ada Kekuatan

30 November 2023

Tzu Chi Medan mengadakan pelatihan relawan Abu Putih I. Pelatihan ini bertujuan memperkuat tekad dan keyakinan para relawan menjadi seorang yang penuh berkah dengan terjun di tengah masyarakat menebar benih-benih kebajikan serta memupuk akar-akar kebijaksanaan.

Mengingat Semangat Awal di Tzu Chi

Mengingat Semangat Awal di Tzu Chi

18 Oktober 2016
Tzu Chi Medan mengadakan Pelatihan Relawan Abu Logo Pertama pada 16 Oktober 2016. Pelatihan ini diikuti oleh 192 relawan dari Lhousemawe, Banda Aceh, Tebing Tinggi, Pematangsiantar, Kisaran, Lubuk Pakam, Binjai, dan Medan.
Jika menjalani kehidupan dengan penuh welas asih, maka hasil pelatihan diri akan segera berbuah dengan sendirinya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -