Lianna Wijaya, relawan Tzu Chi, menjelaskan tentang Depo Pelestarian Lingkungan serta rangkaian kegiatan yang akan dijalani hari ini kepada siswa-siswi Homeschooling Brilliant.
Pada 29 September 2025, di senin pagi yang cerah dan penuh semangat, Depo Pendidikan Pelestarian Lingkungan yang terletak di kawasan Rusun Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, tampak lebih sibuk dari biasanya. Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi kedatangan siswa-siswi Homeschooling Brilliant untuk belajar bagaimana cara melilah dan mengolah sampah. Depo ini, setiap hari beroperasi untuk menerima sampah-sampah daur ulang dan barang-barang bekas layak pakai dari warga rusun, para donatur, dan dari siswa-siswi Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi.
Pada pagi yang penuh semangat, relawan Tzu Chi pelestari lingkungan mendapat kesempatan memetik ladang berkah untuk berbagi pengalaman tentang pemilahan dan pengolahan sampah kepada siswa-siswi Homeschooling Brilliant, Jakarta barat. Tepat pukul 08:30 WIB, para relawan sudah berkumpul dan berkoordinasi mempersiapkan tempat dan bahan untuk edukasi tentang pemilahan sampah. Pada kunjungan kali ini, lebih kurang 50 siswa-siswi, 15 guru, dan pendamping berkesempatan mengikuti acara outingclass yang rutin diadakan satu kali setiap semester.
Yaenal, pimpinan Homeschooling Brilliant, turut serta mendampingi siswa-siswinya berkegiatan di Depo Pelestarian Lingkungan.
Ferry, salah satu orang tua dari siswa, mendampingi putranya mengikuti kegiatan outing class di Depo Pelestarian Lingkungan. Baginya, kegiatan ini bukan hanya menyenangkan, tetapi juga bermanfaat karena melatih anak-anak untuk bersosialisasi.
Yaenal, pimpinan Homeschooling Brilliant, pada sambutannya mengungkapkan bahwa sampah menjadi salah satu permasalahan yang ada di masyarakat. “Dari Depo Pelestarian Lingkungan ini siswa-siswi belajar bahwa sampah-sampah yang kita hasilkan seperti kertas, botol-botol bekas air mineral, baju-baju dan barang-barang bekas ternyata dapat berguna dan bernilai lagi bila didaur ulang dan dikelola dengan tepat,” ungkap Yaenal.
Setelah pembukaan acara, kegiatan dilanjut dengan penyerahaan barang-barang bekas yang dibawa oleh siswa-siswi yang telah disiapkan oleh para orang tua siswa. Kemudian, acara dilanjutkan dengan tour Depo Pelestarian Lingkungan yang dipandu oleh relawan Tzu Chi pelestari lingkungan. Relawan menjelaskan alur dari pertama barang datang (disumbangkan), kemudian dipilah seperti: baju, kertas, peralatan rumah tangga, dan sampah plastik.
Tak lupa, siswa-siswi juga diajak untuk terlibat dalam proses pemilahan sampah yang dapat didaur ulang. Siswa-siswi serta beberapa orang tua yang hadir tampak antusias mengikuti setiap rangkaian acara. Asher, salah satu siswa yang mengikuti kegiatan ini merasa terkesan. Sehari-hari Asher menggunakan kursi roda untuk melakukan berbagai macam kegiatan. Hal terebut, tidak menyurutkan semangat Asher untuk tetap berkegiatan melestrikan lingkungan yang sangat bermanfaat untuk dirinya dan banyak orang.
Dengan tongkat bantu, Asher sangat antusisas mengikuti setiap kegiatan mulai dari sosialisasi sampai praktek pemilahan sampah.
“Asher merasa sangat senang bisa ikut outing class ini. Biasanya kegiatan belajar hanya dilakukan di rumah, dan kesempatan untuk berkumpul dengan teman-teman sekolah cukup terbatas. Jadi, momen ini menjadi ajang berharga untuk bersosialisasi,” ujarnya. Lebih dari itu, Asher mengaku mendapat pelajaran baru tentang pentingnya menjaga lingkungan. Ia menyadari bahwa barang-barang yang selama ini dianggap sampah ternyata bisa didaur ulang dan dipergunakan kembali. “Sekarang saya jadi tahu bahwa sampah jangan sembarangan dibuang, karena masih bisa bermanfaat,” ucapnya dengan penuh antusias.
Sesi pemilahan sampah yang berlangsung lebih kurang satu setengah jam tersebut, juga meninggalkan banyak kesan bagi guru dan orang tua yang turut serta. Ferry, salah satu orang tua yang hari itu mendampingi putranya untuk berkegitan di Depo Pelestarian Lingkungan, merasa bahwa kegiatan ini tidak hanya menyenangkan, tetapi juga bermanfaat karena dapat melatih anak-anak untuk bersosialisasi. “Hal ini penting mengingat latar belakang homeschooling yang cenderung membatasi aktivitas sosial siswa-siswi sosial tidak seperti di sekolah umum. Selain itu, anak-anak juga belajar melatih konsentrasi, misalnya saat memilah kertas berdasarkan warna," ungkap Ferry.
Sj. Lianna Wijaya, relawan Tzu Chi memberikan edukasi pelestarian lingkungan disertai praktek langsung dengan memilah sampah. Hal ini memberikan pengalaman yang bermanfaat untuk siswa-siswi.
Setelah seluruh rangkaian acara selesai, kegiatan ditutup dengan sesi games interaktif. Games tersebut berisi pertanyaan seputar sampah serta materi yang telah disampaikan oleh relawan. Pada sesi ini dipandu oleh Lianna Wijaya, salah satu relawan Relawan Tzu Chi.
Baginya, kegiatan seperti ini sangat penting dan perlu terus diperluas. Ia juga berharap Depo Pelestarian Lingkungan dapat berkembang lebih besar dan menjangkau lebih banyak masyarakat, agar semakin banyak yang teredukasi mengenai pengelolaan sampah. “Kesadaran harus ditanamkan sejak dini, terutama kepada generasi muda. Bumi ini akan kita wariskan kepada mereka dan generasi-generasi selanjutnya, sehingga mereka perlu memiliki pengalaman langsung tentang bagaimana sampah seharusnya dipilah dan didaur ulang, bukan sekadar dibuang ke TPS yang justru bisa menimbulkan masalah baru”, ujar Lianna Wijaya.
Editor: Fikhri Fathoni