Belajar Memotret Berbudaya Humanis dengan Handphone

Jurnalis : Lina N A (He Qi Pusat), Fotografer : Lina, Juwita, Indrawati, Widosari (He Qi Pusat)

Indrawati Widjaja mempraktikkan cara memegang handphone saat mengambil foto.

Tim relawan Zhen Shan Mei (ZSM) He Qi Pusat mengadakan mini training pada Sabtu 12 Juli 2025 bertempat di lantai 2 Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi Bogor Jl. Siliwangi No 97. Kegiatan ini dihadiri 26 relawan peserta. Materi yang disampaikan adalah tentang tips memotret yang menarik dengan menggunakan kamera handphone.

Indrawati Widjaja, Ketua ZSM He Qi Pusat didampingi Widosari Tjandra dan Wadyo Pandapotan Pasaribu menjadi narasumber secara bergantian berbagi pengalaman dan pengetahuan. Materi disampaikan dengan menampilkan contoh-contoh gambar sehingga dapat lebih dipahami oleh peserta.

Dengan latar belakang fotografi yang dimiliki, Wadyo membawakan materi seputar istilah fotografi dan bagaimana mengatur fungsi kamera di handphone untuk mendapatkan foto yang baik. Satu persatu fungsi kamera handphone dijelaskan seperti ukuran layar yang dibutuhkan, kemampuan zoom, sudut gambar, pengaturan cahaya, posisi, fokus, efek blur dan pengaturan kisi (grid) layar.

Berbagai hal tentang fotografi yang ada di kamera handphone dijelaskan oleh Wadyo Pandapotan Pasaribu sambil mengajak relawan praktik langsung.

Randyka Chiesa (tengah) mendengarkan penjelasan pengaturan layar kamera handphone.

Peserta juga diberi kesempatan praktik mengatur kamera handphone dan mengambil foto dari objek yang sudah disediakan. Saat praktik, relawan dengan antusias mengikuti arahan dan bertanya tentang hal yang tidak dimengerti.

“Karena kegiatan di Kota Bogor sebenarnya cukup banyak. Alangkah baiknya relawan bisa meliput. Tadi sudah diajarkan pakai handphone saja bisa dan penulisan cukup dengan 5W dan 1H,” ungkap Indrawati.

Dalam mengambil foto, harus ada pesan yang akan disampaikan dari foto itu. Dengan tetap memperhatikan komposisi dan tetap enak dipandang.  Untuk menghasilkan foto yang memenuhi kriteria tersebut, Indrawati menjelaskan cara memegang HP yang benar dengan posisi horizontal, menjaga kestabilan dan ketenangan ketika memotret. Penting juga untuk menentukan posisi atau sudut atau angle yang tepat sesuai dengan tujuan.

Relawan antusias mempraktekan efek blur kamera dengan mendekatkan dan memfokuskan satu objek dalam jarak yang sangat dekat.

Sebagai relawan harus tetap memperhatikan etika budaya humanis saat memotret di kegiatan komunitas seperti kunjungan kasih, baksos, survei kasus, dan ketika berada di lokasi bencana. “Kita perlu melihat posisi kita berdiri sehingga mempengaruhi hasil foto dan tinggi badan kita juga kita sesuaikan. Yang penting adalan wajah relawan kita. Kenapa kita perlu memperlihatkan wajah dari relawan, karena kita sebagai teladan memberi bantuan melakukan kebaikan.  Tujuannya adalah untuk menginspirasi orang lain untuk mau berbuat kebajikan,” Jelasnya.

Widosari juga memberikan tips saat mengambil foto. “Perlihatkan interaksi relawan dan penerima bantuan. Foto yang diambil memperlihatkan wajah relawan, tidak membelakangi, perhatikan sisi kepala agar tidak terpotong. Gunakan teknik mundur sedikit untuk dapat semuanya. Mengambil foto lebih padat jangan banyak ruang kosong.”

Indrawati Widjaja sj, Widosari Tjandra sj dan Wadyo Pandapotan Pasaribu sx sebagai nara sumber mini training 12 Juli 2025.

William Wijaya yang baru bergabung sebagai relawan abu putih pada 29 Juni 2025 lalu mengikuti training ini untuk menambah pengetahuan dasar cara mengambil foto yang baik. “Materi hari ini bagus, yang tadinya belum tahu semoga bisa dipraktikkan ilmunya seperti masalah pencahayaan. Dokumentasi ini sangat penting, mungkin terasanya beberapa tahun kemudian sebagai sejarah,” ungkapnya.

Tertarik dengan fotografi setelah mengikuti kegiatan Tzu Chi dan diminta untuk dokumentasi usai kegiatan membawa Randyka Chiesa salah seorang perawat yang bergabung sebagai relawan kembang mengikuti training kali ini.

“Dokumentasi di Tzu Chi fotonya mempunyai ciri khas tersendiri sedangkan kita kalau dokumentasi asal jepret jadi tidak ada maknanya. Materi yang paling menarik adalah teknik pengambilan foto ternyata ada banyak seperti teknik frog eye (dari bawah), eye level (setara mata). Bersyukur sudah dapat ilmu cuma-cuma karena biasanya kelas seperti ini ada pelatihan khusus. Penyampaian materi dari narasumber sangat jelas ringkas langsung to the point jadi kita untuk mempraktikkannya tidak perlu menerka-nerka, banyak istilah dalam Bahasa Inggris yang disampaikan bisa mudah dimengerti.” Katanya.

William Wijaya mengikuti kelas ZSM untuk menambah pengetahuan dalam mengambil foto.

Menggunakan handphone sebagai alat ditambah dengan pengetahuan tentang fotografi dan praktik latihan yang terus menerus dapat mengasah kepekaan dan kemampuan seseorang untuk melihat dengan detail dan merasakan lebih dalam. Hal tersebut dapat menghasilkan karya foto yang baik dan mengandung nilai kebenaran, kebajikan dan keindahan.

Editor: Khusnul Khotimah

Artikel Terkait

Menumbuhkan Tunas Baru Pencatat Sejarah Tzu Chi

Menumbuhkan Tunas Baru Pencatat Sejarah Tzu Chi

12 Juni 2024

Tzu Chi Medan bekerja sama dengan DAAI TV Medan mengadakan pelatihan videografi dan editing bagi relawan Zhen Shan Mei pada 1 Juni 2024 yang diikuti oleh 40 relawan.

Saling Berbagi dan Berkembang

Saling Berbagi dan Berkembang

07 Juli 2025

Komunitas relawan Tzu Chi di He Qi Barat 1 dan Barat 2 mengadakan kelas Belajar Bersama dengan tema Meliput Jejak Bodhisatwa di Ruang Budaya Humanis Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, Jakarta Barat pada Minggu, 29 Juni 2025. Kegiatan dihadiri 26 peserta.

Ketika Kamera Bicara tentang Kemanusiaan

Ketika Kamera Bicara tentang Kemanusiaan

01 Juli 2025

Gathering Zhen Shan Mei Tzu Chi Surabaya digelar pada 22 Juni 2025. Gathering ini menghadirkan 39 orang peserta untuk belajar bersama tentang komposisi dan etika fotografi bernilai budaya humanis Tzu Chi.

Bila kita selalu berbaik hati, maka setiap hari adalah hari yang baik.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -