Belajar Saat Mengajar

Jurnalis : Supardi (Tzu Chi Batam), Fotografer : Supardi, Nopianto (Tzu Chi Batam)


Murid dari Kelas Budi Pekerti 3, siswa yang duduk di bangku sekolah tingkat 5 & 6, mensosialisasikan pola hidup ramah lingkungan dari rumah ke rumah, toko ke toko.

Salah satu sumber pencemaran lingkungan yang terbesar ialah sampah domestik atau bahan buangan rumah tangga. Oleh sebab itu, edukasi masyarakat terhadap pelestarian lingkungan menjadi kian penting. Karena hanya lewat edukasilah, masyarakat dapat mengetahui bahwa kemudahaan yang mereka nikmati sesaat akan berdampak buruk terhadap lingkungan secara jangka panjang, ratusan bahkan ribuan tahun lamanya.

Di Tzu Chi sendiri, edukasi pelestarian lingkungan tersebut sudah ditanamkan kepada para murid kelas budi pekerti sejak usia sangat dini. Para murid tidak hanya mengetahui teori tentang pelestarian lingkungan, mereka juga rutin mempraktikkannya dengan membawa sendiri bahan daur ulang dari rumah, lalu memilahnya di posko Daur Ulang Tzu Chi. Kegiatan seperti inilah yang dilakukan oleh para murid Kelas Budi Pekerti Tzu Chi Batam pada Minggu 27 Mei 2018.


Murid diberikan satu brosur di mana mereka perlu menjelaskannya kepada warga.

Sebelum memasuki sesi praktik, para relawan pengajar terlebih dahulu menjelaskan kenapa mereka perlu melestarikan lingkungan. Materi seperti dampak global warming, bagaimana menghemat sumber daya dengan 5R (Reduce = mengurangi, Refuse = menolak,  Reuse = memakai ulang, Repair = memperbaiki, dan Recycle = mendaur ulang), dan Yel-yel 10 Jari (yel-yel 10 jenis bahan  buangan rumah tangga yang bisa didaur ulang). Semua materi dijelaskan secara rinci sehingga murid-murid tidak hanya mengetahui kenapa, tapi juga bagaimana. Bagaimana mereka bisa mulai menjalani pola hidup yang ramah lingkungan.

Di sesi praktik lapangan kali ini, para murid dibagi menjadi dua grup. Grup pertama, murid dari Kelas Budi Pekerti 2, siswa yang duduk di bangku sekolah dasar tingkat 3 & 4, akan belajar memilah bahan daur ulang dari para relawan di posko daur ulang. Grup kedua, murid dari Kelas Budi Pekerti 3, siswa yang duduk di bangku sekolah tingkat 5 & 6, akan mensosialisasikan pola hidup ramah lingkungan dari rumah ke rumah, toko ke toko.


Radius, murid Kelas Budi Pekerti membantu relawan untuk mengangkat sebuah TV ke gerobak motor daur ulang.

Kepada grup yang akan mensosialisasikan pola hidup ramah lingkungan, Megawati, relawan pengajar, terlebih dahulu memberitahu para murid apa yang perlu mereka sampaikan. Agar para murid dapat lebih mudah dan lebih akurat dalam penyampaian mereka, tim pendidikan juga mempersiapkan lima brosur sebagai alat bantu. Brosur pertama menampilkan bahan yang dapat didaur ulang; brosur kedua menunjukan bahan tidak dapat didaur ulang; brosur ketiga mengajarkan cara penghematan air; brosur keempat menyarankan penggunaan alat makan sendiri ketimbang alat makan sekali pakai; dan brosur kelima menggalakkan pola makan vegetarian.

Setelah mengajarkan bagaimana menggunakan alat bantu tersebut, Megawati juga menyampaikan kepada murid bagaimana mereka harus merespon terhadap penolakan, yakni tetap tersenyum dan berterima kasih atas waktu yang para warga sediakan. Kemudian para murid pun dibagi per grup dan diberangkatkan dengan bus ke posko daur ulang atau pemukiman warga sesuai dengan grup mereka. Masing-masing grup terdiri dari belasan relawan pendamping dan sekitar 40 orang murid.


Relawan pengajar menjelaskan bagaimana cara penghematan air.

Darius merupakan salah satu murid Kelas Budi Pekerti yang sangat bersemangat dalam mensosialisasikan pola hidup ramah lingkungan. "Saya merasa sangat senang. Ada satu warga yang sumbang TV. Ada satu lagi waktu kita pergi dia sudah tanya, 'kalian ini dari Tzu Chi ya. Boleh saya sumbang TV dan kipas tidak?'. Kita langsung bilang, 'boleh, boleh. Kita terima dengan senang hati gan en (terima kasih)',”ucap Darius dengan penuh sukacita mengingat pengalamannya dan hasil didapatkan saat melakukan sosialisasi.

“Anak-anak saya rasa mereka pintar banget. Sudah tidak mirip anak kelas 5-6, tapi mirip anak SMA. Penyampaiannya juga sudah lancar. saya pikir luar biasa melihat mereka begitu,” ujar Leny, relawan yang mendampingi Darius dan beberapa murid lainnya.

“Saya merasa ini bagus sekali buat anak-anak. Begitu mereka bisa mengetahui cara memelihara barang jadi tidak sembarangan mereka buang barang-barang yang masih bisa dipakai,” Leny menambahkan.

Seperti yang diutarakan oleh Leny, kegiatan ini tidak hanya telah meningkatkan kesadaran warga terhadap pelestarian lingkungan, tetapi juga secara tidak langsung menjadi pembelajaran yang berharga bagi para murid. Pengetahuan tentang pola hidup ramah lingkungan akan melekat di hati setiap mereka, bukan karena mereka mendengarkanya di kelas, tapi karena mereka sudah menyampaikanya berulang kali kepada orang lain. Dengan demikian, pengetahuan mereka ini akan terus menuntut perilaku mereka di kehidupan mereka sehari-hari.

Editor: Khusnul Khotimah

Artikel Terkait

Belajar Budi Pekerti Melalui Seni

Belajar Budi Pekerti Melalui Seni

07 Maret 2017
Minggu, 5 Maret 2017, sebanyak 36 relawan Tzu Chi komunitas He Qi Utara 1 berkumpul di aula Rusun Cinta Kasih Tzu Chi Muara Angke untuk berpartisipasi dalam kelas budi pekerti. 
Wajah-Wajah Baru Kelas Budi Pekerti Tzu Chi Selatpanjang

Wajah-Wajah Baru Kelas Budi Pekerti Tzu Chi Selatpanjang

19 Agustus 2024

Relawan Tzu Chi Selatpanjang kembali mengadakan tahun ajaran kelas Budi pekerti di tahun 2024. Di mulai pada bulan Agustus 2024 ini relawan pendidikan Selatpanjang meneriima 40 orang murid-murid dengan wajah-wajah baru.

Satu Hari Tanpa Gadget

Satu Hari Tanpa Gadget

28 Juni 2016

Kali ini kelas budi pekerti Tzu Shao diadakan di outdoor dengan menyajikan berbagai permainan dan perlombaan yang bertujuan untuk mengakrabkan para Tzu Shao tanpa fokus pada gadget masing-masing.

Hakikat terpenting dari pendidikan adalah mewariskan cinta kasih dan hati yang penuh rasa syukur dari satu generasi ke generasi berikutnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -