Menjaga Diri, Wujud Bakti kepada Orangtua

Jurnalis : Mettayani, Meiliana (Tzu Chi Pekanbaru), Fotografer : Meiliana (Tzu Chi Pekanbaru)

Sebanyak 49 anak kelas Er Tong Jing Jin Ban dan 40 anak kelas Tzu Shao Ban, pada hari Minggu, 11 Januari 2015 di Tzu Chi Pekanbaru mengikuti kelas budi pekerti dengan topik Bisa menjaga atau menyayangi diri sendiri.

Master Cheng Yen mengatakan, “Menyayangi diri sendiri adalah wujud balas budi pada orangtua dan bersumbangsih adalah wujud dari rasa syukur.” Maka dari itu, agar orangtua tidak merasa khawatir, anak-anak harus bisa menjaga atau menyayangi diri sendiri. Inilah yang menjadi topik pembelajaran 49 anak kelas Er Tong Jing Jin Ban dan 40 anak kelas Tzu Shao Ban, pada hari Minggu, 11 Januari 2015 di Tzu Chi Pekanbaru. Menitikberatkan kepada persoalan di zaman globalisasi, di mana perkembangan dunia dan teknologi semakin pesat. Maka, Tim Pendidikan Tzu Chi Pekanbaru merasa perlu mengadakan kelas dengan topik tersebut.

“Apabila kita lihat, perkembangan teknologi masa kini membuat anak-anak tidak bisa lepas dari berbagai macam gadget,” ujar tim pendidikan. Hal ini membuat anak-anak menjadi ketagihan sehingga melupakan atau bahkan tidak menyadari efek negatif dari pemakaian teknologi yang berlebihan. Khususnya pada mata. Anak-anak kadang tidak menyadari efek radiasi yang ditimbulkan dan jarak yang sangat dekat ke mata berefek pada kerusakan mata. “Di kelas ini nanti mereka akan diberikan pemahanan mengenai semua itu,” tambah tim pendidikan. Hal ini nantinya diharapkan dapat mengurangi kekhawatiran orangtua kepada anaknya.

Mettayani Shijie menjelaskan bahwa, agar orangtua tidak merasa khawatir maka kita harus bisa menjaga atau menyayangi diri kita sendiri.

Suasana kelas menjadi riuh ketika anak-anka memulai berjalan melewati rintangan dengan mata tertutup.

Learning by Doing

Untuk memberikan pemahaman pada para anak, tim pendidikan telah menyediakan sebuah permainan. Dengan mata yang ditutup dengan masker penutup hidung, anak-anak diminta berjalan sambil memegang bahu teman di depan, melewati rintangan-rintangan kecil. Rintangan yang dimaksud adalah dengan benda-benda tak membahayakan yang diletakkan berserakan seperti rumput hiasan, ular mainan, laba-laba mainan, dan banyak lainnya.

Dengan mata tertutup tersebut, mereka diminta untuk menemukan puzzle dan menyusunnya bersama-sama. Tentu saja suasana seperti ini menimbulkan banyak reaksi spontan dari anak-anak. Dalam seketika suasana menjadi hiruk pikuk dengan suara teriakan saat mereka menginjak sesuatu yang tidak diketahui wujudnya apa. Mereka hanya bisa berjalan dengan mengandalkan teman yang juga harus bergantung pada orang lain. Untuk mencapai tujuan yang diinginkan bukan pekerjaan yang mudahnamun semua dapat menyelesaikan dengan baik berkat kerjasama tim yang baik dan kompak.

Dengan mata tertutup tersebut, mereka diminta untuk menemukan puzzle dan menyusunnya bersama-sama. Tentu saja suasana seperti ini menimbulkan banyak reaksi spontan dari anak-anak.


Setelah mengalami secara langsung bagaimana rasanya kala mata kita tidak bisa melihat terangnya dunia, Dokter Suyanto, salah satu dokter dari Tzu Chi Internasional Medical Assosiation (TIMA) Indonesia memberikan penjelasan dan tips bagaimana menjaga kesehatan mata.

Permainan ini merupakan satu cara untuk bisa merasakan bagaimana rasanya kala mata tidak bisa melihat terangnya dunia. Untuk melengkapi sesi kelas, Dokter Suyanto, salah satu dokter dari Tzu Chi Internasional Medical Assosiation (TIMA) Indonesia memberikan penjelasan dan tips bagaimana menjaga kesehatan mata. Anak-anak mendapatkan kesempatan yang baik dengan adanya penjelasan langsung dari dokter. Di kelas ini, para orangtua juga mendapat tips menjaga kesehatan mata.

Di akhir kelas anak-anak diminta menuliskan tekad mereka untuk menjaga diri mereka dalam secarik kartu kecil. Ada yang menulis akan mengurangi waktu main game, atau chatting, dan sebagainya. Komitmen-komitmen ini nantinya akan ditempelkan di kertas karton dan akan direview di kelas mendatang apakah mereka melakukan komitmen mereka.

Artikel Terkait

Menjaga Diri, Wujud Bakti kepada Orangtua

Menjaga Diri, Wujud Bakti kepada Orangtua

15 Januari 2015 Sebanyak 49 anak kelas Er Tong Jing Jin Ban dan 40 anak kelas Tzu Shao Ban, pada hari Minggu, 11 Januari 2015 di Tzu Chi Pekanbaru mengikuti kelas budi pekerti dengan topik Bisa menjaga atau menyayangi diri sendiri.
Mendedikasikan jiwa, waktu, tenaga, dan kebijaksanaan semuanya disebut berdana.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -