Berbagi Kasih

Jurnalis : Widya (Tzu Ching), Fotografer : Miki Dana, Elysa, Katherine (Tzu Ching)
 
 

foto
Tzu Ching mengajarkan kepada anak-anak untuk menjadi “Pahlawan Penyelamat Bumi” dengan melakukan 1 Hari 5 Kebajikan

Minggu, 16 Desember 2012 jam 7 pagi, para muda-mudi Tzu Ching sudah sibuk berkumpul di Aula Jing Si, Pantai Indah Kapuk. Pagi itu, jumlah Tzu Ching yang berkumpul jauh lebih banyak dibandingkan dengan kegiatan yang diadakan sebelumya, raut wajah mereka terlihat sangat  bersemangat untuk mengepakkan sayap cinta kasih kepada anak-anak Panti Asuhan Putra Utama yang berlokasi di Jalan KH. Maisin No. 107 RT. 007 RW 006, Kampung Bulak, Jakarta Timur.  Kunjungan kasih tersebut tidak hanya dilakukan oleh Tzu Ching saja, tetapi Tzu Shao dan bahkan dari generasi paling kecil yakni Bodhisatwa Cilik dari kelas budi pekerti Er Tong Ban juga turut serta dalam kegiatan ini. Orang tua dan Boddhisatwa baru pun tidak kalah semangat untuk turut bersumbangsih dalam menebarkan cinta kasih mereka.

Panti asuhan ini dihuni oleh 100 orang anak yang terdiri dari 34 anak perempuan dan 64 anak laki-laki yang berusia dari 6 hingga 12 tahun. Sesampainya di panti, kedatangan Tzu Ching disambut dengan hangat oleh anak-anak dan pemimpin panti, H. Tony Heltanto, SH. Setelah acara perkenalan antara anak panti dan Tzu Ching, beliau menjelaskan sedikit tentang “asal-usul” anak pantinya, “Kebanyakan dari mereka tidak dikehendaki oleh orang tuanya sehingga mereka tinggal di panti ini.” Kata-kata ini terdengar pilu di hati bagi yang mendengarnya. Beliau juga berterima kasih dan bersyukur kepada generasi muda Tzu Chi karena telah mengulurkan tangan dengan membantu menyemangati anak-anak yang tinggal di panti.

Sebelum memulai kegiatan, Tzu Ching mengajarkan kepada anak-anak untuk menjadi “Pahlawan Penyelamat Bumi” dengan melakukan 1 Hari 5 Kebajikan, antara lain dengan memperbanyak mengonsumsi sayuran, hemat listrik, hemat air, membawa alat makan ramah lingkungan dan menggunakan transportasi yang tidak mencemari lingkungan. Anak-anak di sana  kelihatan sangat antusias ketika mendengarkan penjelasan Tzu Ching tentang pelestarian lingkungan. Tidak kalah dengan Tzu Ching, mereka juga berikrar untuk menjadi bagian dalam penyelamatan bumi. Pada kesempatan ini, acara pendekatan ala Tzu Ching pun dimulai dengan games menarik yang dapat mempererat hubungan antara Tzu Ching dan anak-anak panti.

foto  foto

Keterangan :

  • Para anggota Tzu Ching juga memperkenalkan budaya humanis Tzu Chi dengan menampilkan bahasa isyarat tangan Xing Fu De Lian (Muka yang Bahagia) (kiri).
  • Pada kesempatan ini, acara pendekatan ala Tzu Ching pun dimulai dengan games menarik yang dapat mempererat hubungan antara Tzu Ching dan anak-anak panti (kanan).

Selain itu, mereka juga diajarkan untuk menghias celengan bambu dari botol plastik. Dari celengan bambu ini mereka dapat belajar bahwa uang recehan yang disisihkan setiap harinya juga dapat digunakan untuk meneruskan cinta kasih mereka kepada orang lain yang membutuhkan. Para peserta Tzu Ching juga memperkenalkan budaya humanis Tzu Chi dengan menampilkan bahasa isyarat tangan Xing Fu De Lian (Muka yang Bahagia) dan Sebuah Dunia yang Bersih kepada anak-anak panti. Awalnya anak-anak panti berasa sungkan untuk mengikuti bahasa isyarat tangan yang ditampilkan, tetapi setelah melihat kakak-kakak Tzu Ching dengan semangat memperagakannya, mereka menjadi tidak sungkan untuk mengikuti bahasa isyarat tangan tersebut, senyum pun terpaut indah di wajah mereka.

Tidak terasa 3 jam berlalu dengan sangat cepat, acara penutupan ditutup dengan pembagian suvenir dan peragaan bahasa isyarat tangan Kita Satu Keluarga bersama-sama. Walaupun kami berbeda suku, agama, ras, dan tidak memiliki hubungan darah sama sekali tetapi anak-anak panti tersebut tidak lagi kesepian karena mereka sudah menjadi bagian dari keluarga kami. Tzu Ching juga menyumbangkan obat-obatan, sembako dan alat-alat tulis kepada pengurus panti untuk kebutuhan anak-anak di sana.  Setiap perjumpaan pasti ada perpisahan, tetapi perpisahan ini bukan berarti kami tidak akan bertemu lagi, perpisahan hanyalah nasihat agar saat bertemu kembali hubungan kami dapat menjadi lebih akrab.

foto  foto

Keterangan :

  • Para anak diajarkan untuk menghias celengan bambu dari botol plastik, dari celengan bambu ini mereka dapat belajar bahwa uang recehan yang disisihkan setiap harinya juga dapat digunakan untuk meneruskan cinta kasih mereka kepada orang lain yang membutuhkan (kiri).
  • Walaupun kami berbeda suku, agama, ras, dan tidak memiliki hubungan darah sama sekali tetapi anak-anak panti tersebut tidak lagi kesepian karena mereka juga bagian dari keluarga (kanan).

Pada kesempatan yang baik dalam menjalin jodoh ini, banyak peserta yang baru pertama kali mengikuti kegiatan Tzu Chi, seperti salah satunya Megi Shijie beranggapan bahwa dari interaksi jalinan jodoh dengan anak-anak panti ini, dia menjadi lebih bersyukur atas karunia yang diperoleh. Selain itu, kunjungan ini seperti menyadarkan hatinya untuk lebih berbakti kepada orangtuanya sebelum terlambat. Akhuang Tong Xue juga merasakan adanya kebersamaan dan kehangatan antara Tzu Ching dan anak-anak panti, “Terutama saat pembagian suvenir, rasa haru dan senang menyelimuti ketika melihat tawa mereka karena dapat membantu mereka berbagi kebahagiaan.”

Seperti Kata Perenungan Master Cheng Yen, “Melihat penderitaan jadi mengerti untuk bersyukur.” Setelah kita menyaksikan penderitaan dan ketegaran anak-anak panti, dari sini kita dapat menyadari betapa diberkahinya diri kita masing-masing, oleh karena itu kita harus dapat memupuk kebijaksanaan dalam keberkahan ini. Ketegaran anak-anak panti ini dapat menjadi teladan bagi kita semua.

  
 

Artikel Terkait

Waisak 2017: Hikmah Waisak dalam Keberagaman

Waisak 2017: Hikmah Waisak dalam Keberagaman

22 Mei 2017

Berawal dari jalinan jodoh saat pembagian paket cinta kasih (beras) Tzu Chi di wilayah Jakarta Utara. Sebanyak 90 jemaat Gereja St. Fransiskus Xaverius, Jakarta Utara mengikuti prosesi perayaan Waisak di Aula Jing Si, Tzu Chi Center pada Minggu, 14 Mei 2017.

Lantunan Doa Menyambut Waisak

Lantunan Doa Menyambut Waisak

02 Mei 2018
Dalam rangka menyambut Hari Waisak, Tzu Chi Indonesia menggelar kegiatan Chao San (ritual namaskara). Selain untuk melatih konsentrasi, Chao San merupakan pelatihan diri dalam menapaki jalan Bodhisatwa, melakukan instropeksi diri, merendahkan hati, serta memperkecil ego.
Guru dan Orang Tua Siswa Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng Bagikan 200 Paket Sembako

Guru dan Orang Tua Siswa Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng Bagikan 200 Paket Sembako

17 Januari 2022

Relawan Tzu Chi Indonesia bersama orang tua murid dan guru Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng membagikan 200 paket sembako kepada penerima bantuan Tzu Chi.

Genggamlah kesempatan untuk berbuat kebajikan. Jangan menunggu sehingga terlambat untuk melakukannya!
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -