Berbagi Kebahagiaan di Momen Imlek

Jurnalis : Suyanti Samad (He Qi Timur) , Fotografer : Suyanti Samad (He Qi Timur)


Berlokasi di Vihara Buddha Jayanti, sebanyak 300 paket beras berisi 10 kg dibagikan kepada masyarakat yang membutuhkan.

Tak jauh dari lokasi pembagian beras cinta kasih Tzu Chi yang terletak di Jalan Pusaka Rakyat, Kelurahan Pusaka Rakyat, Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, nenek Siti (70) berjalan kaki menuju Vihara Buddha Jayanti. Ia datang untuk menerima bantuan beras yang diberikan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia pada Minggu, 30 Januari 2022.

Empat tahun yang lalu, suaminya meninggalkan Siti untuk selamanya karena sakit. Ia tinggal di sebuah gubuk kecil yang tidak layak huni, beratap terpal sehingga bila hujan datang, maka banjir bakal menemaninya. Walau rumahnya bertetanggaan dengan cucunya, Siti lebih memilih tinggal di gubuknya sejak tahun 1991. Sehari-hari ia hanya mengandalkan bantuan dari anak dan orang lain berupa makanan dan bantuan materi (uang) lainnya.

Hari itu, “Alhamdullilah, senang sekali dapat beras 10 kg. Duapuluh hari ke depan tidak perlu beli beras,” kata Siti kepada salah satu relawan yang membantu memanggul beras sampai ke gubuknya.

Endang Supriatna, salah satu relawan Tzu Chi membantu memanggul beras dan mengantar nenek Siti (70) ke rumah.

Rasa senang bisa mendapatkan beras 10 kg, juga diungkapkan Mai (50), seorang pedagang nasi uduk di depan teras (halaman) rumah, sedangkan suaminya yang tadinya seorang petani, namun karena mengalami stroke, harus istirahat total di rumah.

“Sejak pandemi, sepi pembeli. Tadinya bisa menghabiskan 3-5 liter beras, sekarang hanya 2 liter beras saja,” ungkap Mai sedih.

Alhamdullilah, terima kasih banyak. Sangat membantu, terutama bagi orang-orang di sini," tambah Mai ditemani Tini, anaknya yang sering datang membantu menyiapkan sayuran untuk warung nasi uduk.



Guntur Angjaya, Koordinator Pembagian Beras, juga turut serta mengantar beras ke rumah Mai yang tidak jauh dari lokasi pengambilan beras.



Dengan perasaan gembira, Mai (50) bersama tetangga lainnya menuangkan beras ke wadah (beras) untuk dimasak.

Tak hanya warga perkampungan yang tinggal di belakang tanggul perairan, merasa senang menerima bantuan beras, namun Alui (54) Ketua Yayasan Vihara Buddha Jayanti juga berterima kasih kepada Yayasan Buddha Tzu Chi.

“Bantuan ini adalah pertama kali kerjasama antara Tzu Chi dengan Vihara Buddha Jayanti. Melihat kondisi pandemi, agar bantuan dapat disalurkan tepat sasaran, kami membagikan 300 paket beras kepada warga yang ekonominya sangat memprihatikan, sesuai dengan data dari RT setempat,” jelas Alui, yang juga salah satu donatur Tzu Chi.



Jenny Gutama, insan Tzu Chi sedang berbincang kepada Alui, Ketua Yayasan Buddha Jayanti mengenai jalinan jodoh lebih lanjut.

Dengan menerapkan protokol kesehatan, Alui meminta empat RT yang datang hanya membawa beberapa warganya sebagai perwakilan dan diserahkan secara simbolis. Sedangkan yang lain, pihak vihara akan mengalokasikan ke rumah warga.

“Bantuan beras ini sangat membantu warga di sini. Bertepatan dengan dua hari menjelang Imlek, kami bisa berbagi kepada mereka, kami bisa menfasilitasi (bantuan) ke mereka. Dekat imlek, bukan angpao (amplop merah) yang diterima, ternyata beras. Sangat bermanfaat. Saya melihat mereka sangat bahagia,” pungkas Alui yang turut serta mengantar beras cinta kasih Tzu Chi kepada warga sekitarnya.

Wujud Kepedulian dalam Memberikan Kebahagiaan



Bantuan beras 10 kg sebanyak 300 paket juga diberikan kepada masyarakat sekitar di Cetiya Theravada Dhamma Viriya.

Ciyem (47), warga RT 002 RW 006 belakang tanggul, Kabupaten Bekasi, seorang janda ditinggal suami meninggal akibat komplikasi gula empat tahun silam. Ia memiliki seorang anak perempuan yang dititipkan di rumah tante-nya di kampung. Sehari-hari Ia bekerja sebagai tukang parkir di malam hari, dan pemulung barang rongsokan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anaknya di kampung dan kebutuhan makan serta sewa kontrakan.

“Sore jam 5 sampai jam 2 malam sebagai tukang parkir. Pulang dari tugas parkir, lanjut mencari barang rongsokan (pemulung) sampai jam 5 subuh. Pagi tidur, siang membersihkan hasil mulung sebelum dijual. Terkadang terjual di harga duapuluh ribu hingga duapuluh lima ribu, tergantung pada banyak sedikitnya rongsokan,” kata Ciyem yang mengenal Tzu Chi melalui DAAi TV.

Terkadang barang rongsokan tidak terjual disebabkan capek sehingga tidak bisa mengantar hasil memulung ke tempat lapak untuk dijual. “Kadang dapat duapuluh lima ribu hingga tigapuluh ribu dari parkir. Itu yang dibuat untuk makan. Di masa pandemi ini, apapun kita kerjakan, yang penting perut jangan sampai laper, anak jangan sampai putus sekolah. Walaupun harus bersusah payah, sebagai orangtua harus membantu anak bisa sekolah, jangan sampai putus,” pungkas Ciyem dengan mata berkaca-kaca.

“Bantuan (beras) ini baru pertama kali, sangat bermanfaat, apalagi di masa pandemi ini. Karena saya mau irit, tiga gelas kecil cukup buat satu hari. 10 kg beras mungkin bisa saya habiskan selama satu bulan kurang sedikit,” kata Ciyem yang sangat berterima kasih kepada Tzu Chi karena telah membantunya dan sangat bermanfaat bagi warga di sekitar.



Ciyem sangat berterima kasih kepada Tzu Chi yang telah memberikan bantuan beras.

Hari itu, selain membagikan 300 paket beras berukuran 10 kg kepada warga melalui Cetiya Theravada Dhamma Viriya, di jalan Taman Heliconia No. 26, Pusaka Rakyat, ada juga bantuan sembako.

“Hari ini pula, kami juga ada bakti sosial. Yayasan Buddha Tzu Chi memberikan bantuan berupa beras 10 kg melalui cetiya. Kami membuat dua gelombang. Gelombang pertama, pure dari Tzu Chi dan kami yang menyalurkan. Gelombang kedua, cetiya ini yang memberikan akomodasi (bantuan) sembako. Dua momen ini dijadikan dalam satu kesatuan, kami bagikan ke warga sekitar yang sangat membutuhkan dan lainnya kami bagikan kepada pejalan kaki,” jelas Bhikkhu Cittajayo agar bantuan tepat sasaran, tepat guna dan tepat manfaat.

Bhikkhu Cittajayo bersama umat lainnya telah melakukan observasi kepada beberapa warga yang mendapat bantuan ini. Respon masyarakat sangat antusias. “Terlebih lagi, mereka sangat berterima kasih di mana mata pencaharian mereka, kebanyakan adalah pemulung, tukang rongsok. Mereka sangat terbantu sekali dengan bantuan Tzu Chi,” kata Bhikkhu Cittajayo lebih lanjut.

Masyarakat sangat antusias atas bantuan ini. “Terima kasih kepada Yayasan Buddha Tzu Chi telah memberikan bantuan ini kepada warga di sini. Terima kasih telah mempercayakan Cetiya Theravada Dhamma Viriya sebagai tempat penyaluran bantuan (beras). Terima kasih, kami diikutsertakan dalam kapal kemanusiaan Tzu Chi,” tutup Bhikkhu Chittajayo sangat mengapresiasi Tzu Chi yang berafiliasi dengan sosial, kebajikan, cinta kasih, tindakan, dan implementasi yang luar biasa.



Mempercayakan Cetiya Theravada Dhamma Viriya sebagai lokasi untuk mengalokasikan bantuan (beras) Tzu Chi, Bhikkhu Cittajayo sangat berterima kasih telah mengikutsertakan Cetiya dalam kapal kemanusiaan Tzu Chi.

Dalam kegiatan ini, ada sebanyak 600 paket beras berukuran 10 kg dibagikan kepada warga perkampungan yang tinggal di belakang tanggul perairan melalui Vihara Buddha Jayanti dan Cetiya Theravada Dhamma Viriya. Bantuan ini sebagai bentuk kepedulian Yayasan Buddha Tzu Chi untuk warga yang merayakan Imlek dan masyarakat yang membutuhkan. 

“Tentunya beras ini untuk meringankan beban warga yang membutuhkan. Tzu Chi akan terus menjalin jodoh dengan warga di sini dalam bentuk bantuan Tzu Chi lainnya,” jelas Jenny Gutama, insan Tzu Chi komunitas He Qi Timur, yang tinggal di wilayah Harapan Indah, Bekasi.

Butiran beras akan habis dimakan, tapi cinta kasih dan syukur akan ada sepanjang masa. “Harapan insan Tzu Chi yaitu dengan adanya baksos ini dapat terus mengajak dan menggalang hati warga setempat untuk bergabung di barisan Tzu Chi.” tutup Guntur Angjaya, koordinator pembagian beras di Vihara Buddha Jayanti dan Cetiya Theravada Dhamma Viriya.


Editor: Khusnul Khotimah 

Artikel Terkait

Suka Cita Menyambut Imlek 2018

Suka Cita Menyambut Imlek 2018

06 Februari 2018
Tzu Chi Tanjung Balai Karimun mengajak para penerima bantuan Tzu Chi (Gan En Hu) pulang ke rumah Tzu Chi Karimun untuk bersama-sama merayakan tahun baru Imlek. Lagu Imlek pun terdengar setelah para hadirin masuk ke kantor Tzu Chi.
Mengembangkan Nilai Kehidupan Bersama

Mengembangkan Nilai Kehidupan Bersama

08 Maret 2018
Siang itu, Minggu, 25 Februari 2018 ratusan masyarakat yang terdiri dari 56 relawan dan 208 tamu berdatangan ke Aula Jing Si Batam untuk mengikuti acara ramah tamah Imlek. Paparan sinar matahari yang cerah mengiringi langkah setiap tamu yang hadir, disambut gembira oleh relawan.
Sukacita Kebersamaan Imlek

Sukacita Kebersamaan Imlek

17 Maret 2015 Syukuran imlek pada tahun ini dilaksanakan di Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi, Tanjung Balai Karimun. Segala sarana telah disiapkan untuk pelaksanaan kegiatan ini, walaupun sederhana diharapkan dengan kegiatan rutin seperti ini dapat menjadikan masukan positif demi membina dan menjalin jodoh baik sesama relawan dan semua orang.
Penyakit dalam diri manusia, 30 persen adalah rasa sakit pada fisiknya, 70 persen lainnya adalah penderitaan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -