Berbakti dan Bersyukur

Jurnalis : Beby Chen /Suriaty, Simfo Indrawati (Tzu Chi Medan) , Fotografer : Amir Tan, Beby Chen/Suriaty, Ilham Sentosa, Lily Hermanto, Pieter Chang, William Steven (Tzu Chi Medan)


Pada tanggal 4 Mei 2014 relawan Tzu Chi Medan mengadakan kelas Budi Pekerti, dimana dalama rangka menyambut datang nya hari raya Waisak, para murid di ajarkan untuk berbakti kepada orang tua mereka.

Kasih ibu kepada beta
tak terhingga sepanjang masa
hanya memberi
tak harap kembali
bagai sang surya menyinari dunia.....

Sepenggal lagu ini sangatlah mudah untuk dinyanyikan, tetapi bagaimana cara mempraktikkannya. Hendaknya kita tidak hanya bersyukur kepada Ibu tetapi kepada kedua orang tua kita karena merekalah yang telah memberikan kehidupan dan membesarkan kita. Mengutip kata perenungan Master Cheng Yen “Ada dua hal yang tidak boleh ditunda di dunia ini adalah berbakti kepada orang tua dan berbuat kebajikan”. Salah satu cara berbuat kebajikan juga bisa diaplikasikan dalam hal bervegetaris. Seperti halnya dalam bulan Mei yang sering dikaitkan oleh Master Cheng Yen sebagai bulan untuk bervegetaris.

Setiap tahunnya di bulan Mei, Insan Tzu Chi juga memperingati tiga hari besar yakni Hari Ibu, Hari Kelahiran Buddha dan hari Tzu Chi Sedunia. Minggu, pada tanggal 04 Mei 2014, kelas baru dan kelas lanjutan Bimbingan Budi Pekerti (Tzu You Ban) Yayasan Buddha Tzu Chi Cabang Medan memperingati hari Ibu dengan serangkaian acara menarik di Paramount Hall Jl. Putri Merak Jingga, Medan yang bertemakan “Kewajiban dasar seorang manusia adalah berbakti, budi orang tua sedalam lautan, dan kasih Bunda setinggi langit “.

Persembahan Buat Mama Tercinta
Para murid Kelas Budi Pekerti, relawan Tzu Chi Medan dan para hadirin melakukan doa bersama sebelum acara dimulai. Pukul 15.12 Wib terdengar suara genderang gendang berbunyi menandakan acara pertama dimulai dengan perlombaan membuat salad yang diikuti oleh 11 grup. Perlombaan membuat bekal makanan yang diikuti oleh 15 grup ini dilakukan selama 30 menit  dengan pesertanya adalah  murid dari kelas Budi Pekerti dan ayahnya. Dalam perlombaan ini juga menggunakan bahan dasar dari produk-produk Jingsi berupa Xiang Ji Fan (Nasi Instant), snack buah-buahan kering dan kacang almond untuk mempercantik dan memperkaya rasa. Kriteria penilaian juri adalah kekompakkan, kreativitas, kerapian/kebersihan dan rasa. Beberapa relawan juga berpartisipasi dalam memperkenalkan produk-produk Jingsi kepada para tamu undangan.


Para murid diajarkan untuk mengasihi orang tua dengan menyuapi ibu mereka masing-masing.


Relawan juga mengenalkan barang-barang Jing Si kepada para hadirin yang datang.

 Hasil kreasi dari perlombaan ini dipersembahkan untuk ibu mereka masing-masing. Rasa haru dan bahagia tersirat di wajah para mama saat para murid menyuapi Sang Mama dengan tangan kecil mereka. Keenam grup yang menang dalam perlombaan ini mendapatkan hadiah dari produk jingsi yang ramah lingkungan. Salah satu grup pemenang adalah Valerie Austine bersama Papanya, Djuang. Mereka berbagi cerita sambil tersenyum bahwa persiapannya semua mendadak dan sebagian peralatannya dari hasil pinjaman teman telah dapat menyajikan kreasi buah salad yang diletakkan dalam buah apel yang begitu sederhana dan apik.

 Seusai perlombaan, acara berlanjut dengan video Ceramah Master tentang makna hari Waisak. Kemudian Amanda dari Tzu shao, di acara hari Ibu juga menjelaskan Proyek cincin kaleng yang dinamakan proyek 11. Angka 11 menyerupai sepasang kaki untuk orang cacat yang tidak mempunyai kaki atau tangan. Dengan 3000 keping cincin kaleng alumunium dapat membuat sebuah kaki. Beberapa murid Kelas Budi Pekerti juga menyerahkan cincin kaleng yang sudah mereka kumpulkan sebelumnya untuk bisa membantu orang lain. “Merasa kasihan kepada orang yang tidak mempunyai kaki, saat Papa lagi rapat dan mama lagi membantu di dapur, saya ke depo daur ulang mengumpulkan cincin kaleng. Di hari ibu ini mengucapkan Gan En kepada Mama dan Papa yang telah membesarkan Saya“. Ungkap Richard dengan polos yang bercita-cita ingin menjadi photographer.

 Serangkaian demi serangkaian acara yang menampilkan budaya humanis Tzu Chi ditampilkan melalui isyarat tangan “Chui Jian (memijat bahu)”, “Yi Jia Ren (satu keluarga)”, “Ren Shi Ni Zhen Hao (senang mengenalmu)”, “Gei Ni (kuberikan untukmu)” dan sebuah lagu nyanyian solo  Rindu Mama serta pertunjukan sebuah drama musikal.

Drama Musikal “ Si Hitam Burung Gagak  yang Berbakti “
Di dalam acara tersebut juga ditampilkan drama yang menceritakan Si Hitam, seekor burung gagak yang berbakti. Dimana Si Hitam sewaktu masa kecil, Ibu gagak dengan kasih Ibu mencari makan untuk anaknya Si Hitam. Suatu hari di tengah perjalanan setelah berhasil menangkap ulat untuk makanan Si Hitam, Ibu gagak bertemu seekor ular dan bertarung seru dengan ular tersebut. Akhirnya ular menyerah dan Ibu gagak berhasil membawa pulang makanan untuk Si Hitam.


Dalam acara ini ditunjukkan juga kasih sayang 3 generasi (Anak, ibu, dan nenek).


Para murid juga menyajikan hiburan pergelaran gerakan isyarat tangan kepad para hadirin yang datang.

Kemudian Si Hitam tumbuh besar, giliran Si Hitam yang mencari makanan  untuk Mamanya. Sampai pada suatu saat terjadi kebakaran hebat di hutan, Ibu gagak tidak dapat lari karena sudah tua dan sakit. Ibu gagak meminta Si Hitam untuk meninggalkan dirinya dan segera pergi untuk menyelamatkan diri. Tetapi Si Hitam bersih keras tidak mau pergi, tetap membujuk Ibunya untuk sama-sama pergi. Ibu gagak tetap tidak bisa ikut lari, Si Hitam pun tidak mau beranjak pergi. Kemudian Si Hitam dengan sayapnya berusaha memadamkan api, meskipun mustahil api tersebut dapat padam, teman-teman Si Hitam melihat Si Hitam sangat berbakti pun tersentuh dan bersama-sama membantu dengan mengibaskan sayap mereka untuk memadamkan api tersebut. Tak lama langit pun ikut tersentuh akan hal itu, kemudian diturunkan angin dan hujan yang menggelegar, api pun kemudian padam. Dan akhirnya mereka semua selamat. Inilah kisah bagaimana seekor burung gagak pun bisa berbakti kepada Ibunya yang menginspirasikan kepada semua anak-anak untuk bisa belajar berbakti kepada orang tua.

Berbakti Sebelum Terlambat
Memasuki  puncak acara, sesi yang paling ditunggu pun tiba yaitu sesi lap tangan dan kaki Mama, menyuapi mama dengan bubur kembang tahu dan suguhan teh, pemberian bros bunga Carnation Anyelir yang melambangkan ikatan kasih sayang dan energi, pijatan dan pelukan hangat untuk mama yang dilakukan para murid kelas Budi Pekerti yang ada di ruangan dengan cara berlutut  membentuk barisan panjang dihadapan mama mereka masing-masing. Perasaan haru pun menyelimuti ruangan, terasa sentuhan batin antara para murid dengan Mamanya.

Di panggung acara juga menampilkan sesi 3 generasi yang menampilkan cerminan rasa bakti dari para murid dan Mama  kepada Nenek. Dimana Nenek duduk di kursi, Mama berlutut panjang dihadapan Nenek dengan melap kaki dan tangan nenek, Mama menyuapi Nenek dengan bubur kembang tahu dan suguhan teh, sedangkan si murid berdiri di belakang Nenek dengan memijati bahu Nenek. “Terasa sangat baik, masih memiliki kesempatan mencuci kaki Mama, sangat langka karena di rumah tidak ada kesempatan tersebut. Saat melap kaki Mama baru menyadari kaki Mama yang sudah tua”. Ungkap Erlina dengan sangat terharu dengan pipi yang dipenuhi air mata yang merupakan Mama dari salah satu murid bernama Louis yang mengisi acara 3 generasi.

Selanjutnya Berbakti sebelum terlambat diangkat dari sebuah video di mana pada tanggal 12 Agustus 1985, pesawat Japan Airlines No. Penerbangan 123 mengalami kecelakaan. Video tersebut sangat menyentuh hati dan mengingatkan kepada para hadirin akan hari esok yang datang duluan ataukah ketidakkekalan, serta membangkitkan rasa syukur bahwa masih ada orang yang kita sayangi disisi kita.

Acara ditutup dengan menjamu para orang tua dan tamu dengan sajian bermacam-macam makanan ringan berupa kue-kue tradisonal dan modern, serta puding yang dibuat oleh relawan Tzu Chi sendiri.  Lina, mama dari Oliver Albert (salah satu Bodhisatva Cilik) berbagi  sangat mendukung acara ini. Ini adalah tahun kedua saya memutuskan anak saya tetap belajar di kelas Bimbingan Budi Pekerti, karena tahun pertama ketika anak saya masuk ke kelas ini, anak saya berubah menjadi sangat patuh dan berpengertian. Bila saya ada sedikit gangguan tenggorakan, Oliver segera menyuguhkan teh buat saya, tidak boleh capek. Ketika saya memukul anak saya paling kecil, Oliver meminta saya untuk tidak boleh mendidik dengan memukul tetapi dengan nasehat. Saya sangat senang dan terharu mendengarnya. Oliver anak yang sangat pengertian dan patuh.

Anak-anak pada dasarnya seperti sebuah kertas putih yang belum ternoda. Mereka masih begitu polos, apa yang diajarkan di lingkungannya, mereka akan merespon dan belajar dengan sangat cepat. Inilah mengapa Tzu Chi berperan di bidang pendidikan untuk mengajarkan pendidikan budi pekerti kepada anak-anak dan orang tua merupakan pengajaran yang berharga bagi para murid Kelas Budi Pekerti.


Artikel Terkait

Bekerja Sama Mengemban Misi Pendidikan (Bag.1)

Bekerja Sama Mengemban Misi Pendidikan (Bag.1)

15 Juli 2013 Pelatihan yang dilaksanakan pada 5-9 Juli 2013 di Xi She Ting, Aula Jing Si, PIK, (dua hari untuk guru Sekolah Cinta Kasih, Cengkareng dan dua hari untuk guru Sekolah Tzu Chi Indonesia) ini dihadiri oleh 94 guru Sekolah Cinta Kasih dan 109 guru Sekolah Tzu Chi Indonesia.
Mengenggam Jalinan Jodoh Baik di Hari Ayah

Mengenggam Jalinan Jodoh Baik di Hari Ayah

15 September 2014 "One thing to do, three words for you, I love you, Mom and Dad. Family is the best, remember family, always love your family”. Begitulah ungkapan yang dibacakan oleh salah seorang Ayah dengan terharu. Ungkapan ini ditulis oleh anaknya dalam sebuah album foto yang diberikan sebagai kejutan memperingati Hari Ayah
Makin Mantap Menjalankan Misi Pendidikan

Makin Mantap Menjalankan Misi Pendidikan

30 April 2019

Di tahun 2019 ini, relawan Tzu Chi Indonesia di Misi Pendidikan bertekad untuk meningkatkan wawasan tentang anak bagi para relawan pendamping. Relawan juga bertekad untuk lebih kompak supaya dapat melaksanakan Misi Pendidikan lebih baik lagi.

Kesuksesan terbesar dalam kehidupan manusia adalah bisa bangkit kembali dari kegagalan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -