Berdamai dengan Keadaan

Jurnalis : Himawan Susanto, Fotografer : Himawan Susanto
 
foto

Wakil Gubernur DKI Jakarta, Prijanto meletakkan batu pertama pembangunan rumah Mulyadi yang menjadi salah satu sasaran Program Bebenah Kampoeng di Pademangan Barat, Jakarta Utara.

Pernahkah terbayang di benak kita memiliki rumah meski berlantai 2 namun luasnya hanya 2,5 x 8 meter? Dan apakah pernah terbayang pula jika rumah itu dihuni oleh 18 orang? Jika belum pernah, tengoklah apa yang dialami oleh Mulyadi (42) yang telah sejak lama tinggal di rumahnya bersama 17 istri-anak-dan cucunya.

Sejak menikah, Mulyadi menetap di rumah warisan dari orangtua istrinya ini. Dari 18 orang, hanya 4 orang laki-laki, sisanya perempuan. Untuk kebutuhan sehari-hari, Mulyadi bekerja menjadi pengamen keliling. Sejak pukul 1 siang, ia bersama grup musiknya berkeliling melantunkan lagu menghibur orang dari kampung ke kampung. Bermodalkan keahlian menepuk kendang,Mulyadi mempersembahkan lagu-lagu yang diminta.

Mulyadi telah lama bekerja sebagai pengamen. Dalam sehari mengamen, ia biasanya memperoleh uang sebesar 15 ribu rupiah hasil pembagian bersama teman-temannya. Selain dirinya, ketiga anak laki-lakinya juga bekerja menjadi pengamen. Namun, mereka mengamen di atas bus kota rute Senen – Tanjung Priuk. Dari mereka berempatlah penghasilan hidup disandarkan.

foto  foto

Ket : - Relawan Tzu Chi bersama prajurit TNI dari GARNISUN TETAP I / Jakarta menampilkan Shou Yi
           (bahasa isyarat tangan) Satu Keluarga kepada para tamu undangan. Lagu ini mengajak semua orang untuk
           saling mendukung dan mempercayai satu sama lain. (kiri)
         - Jend (Purn) AM. Hendropriyono juga turut hadir dan ikut melakukan peletakan batu pertama program
           Bebenah Kampung. Program ini adalah tahap kedua bantuan pembangunan rumah di daerah Pademangan
           ini. (kanan)

Di dalam rumah kecil ini, keluarga Mulyadi harus saling berbagi ruang agar semua tetap bisa beristirahat. ”Tidak muat, yah dimuatin. Ngampar pake buat tidur,” tuturnya. Rumah kecil ini memiliki sebuah dapur dan tanpa kamar mandi. Untuk mandi, buang hajat, dan kebutuhan lainnya mereka biasanya melakukan di MCK Umum. Kondisi ini sudah dilakoni oleh keluarga Mulyadi sejak lama.

Namun, tak lama lagi rumah Mulyadi akan dilengkapi sebuah kamar mandi karena termasuk dalam 110 rumah yang akan direnovasi dalam Program Bebenah Kampoeng. Sebuah program kerja sama Garnisun Tetap I Jakarta, Pemda DKI Jakarta, dan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Siang itu, 15 Mei 2008, Komandan Garnisun Tetap I Jakarta (KOGARTAP I) , Mayjen TNI J. Suryo Prabowo, Wakil Gubernur DKI Jakarta, Prijanto, Jend (Purn) AM. Hendropriyono, dan Wakil Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Sugianto Kusuma melakukan peletakan batu pertama pembangunan rumah di Pademangan Barat, Jakarta Utara.

foto  foto

Ket : - Komandan Garnisun Tetap I Jakarta (KOGARTAP I) menyalami Mulyadi setelah mereka bersama-sama
           meletakkan batu pertama pembangunan rumahnya. (kiri)
         - Tak lama lagi Mulyadi akan memiliki rumah baru yang lebih nyaman untuk ditinggali. Bersama 16 anggota
           keluarga lain, Mulyadi bersabar menapaki hari demi dengan dengan harapan. (kanan)

Dari tempat acara, rombongan dengan berjalan kaki menyusuri gang-gang sempit yang terdapat di Pademangan. Setelah menyusuri jalan dan gang kecil yang berkelok-kelok, rombongan tiba di depan rumah Mulyadi yang diapit oleh 2 buah rumah tetangga. “TNI siap tenaga dan tekad untuk berbagi rasa dan kepedulian. Berbuat yang terbaik untuk rakyat. Berbagi kasih dan kepedulian di kala susah sehingga rakyat tetap bangga sebagai bangsa Indonesia,” tutur J. Suryo Prabowo. Hal yang hampir senada diucapkan oleh Prijanto. “Kegiatan ini merupakan ciri-ciri suatu bangsa yang besar. Kebersamaan. satu wujud bagaimana membangun bangsa yang adil dan makmur,” tuturnya.

Tak lama lagi, Mulyadi akan memiliki sebuah rumah baru yang lebih layak dan nyaman dan sebuah kamar mandi pun semakin melengkapi kehidupan mereka nantinya. Satu berkah tak terkira setelah belasan tahun berdamai dengan keadaan memiliki rumah tanpa kamar mandi.

 

Artikel Terkait

Waisak 2556: Hidup Bebas dari Duka

Waisak 2556: Hidup Bebas dari Duka

21 Mei 2012 Waktu telah menunjukan 6.40 pagi saat setiap relawan berdiri dengan tenang hati dan mendoakan agar hujan dapat cepat berhenti saat upacara dimulai jam 8  nanti. Namun, ternyata doa relawan belum juga dapat terkabul karena hujan tidak kunjung berhenti.
Bersatu hati Memberikan Layanan Kesehatan Bagi Anak dan Ibu hamil

Bersatu hati Memberikan Layanan Kesehatan Bagi Anak dan Ibu hamil

24 Februari 2023

Sebanyak 47 anak balita dan 7 ibu hamil mendapat layanan posyandu yang digelar relawan Xie Li Indragiri pada Rabu (15/2/2023). 

Berjanji untuk Berbakti kepada Orang Tua

Berjanji untuk Berbakti kepada Orang Tua

22 Juni 2016
Pada 8 Juni 2016, SMP Dharma Loka Pekanbaru mengadakan Kamp Pembinaan Diri. Tim Pendidikan Tzu Chi Pekanbaru berkesempatan menyampaikan materi kelas budi pekerti.
Orang yang mau mengaku salah dan memperbaikinya dengan rendah hati, akan mampu meningkatkan kebijaksanaannya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -