Bergotong Royong Membuat Masker Kain untuk Mewaspadai Wabah

Jurnalis : Nuraina Ponidjan (Tzu Chi Medan), Fotografer : Amir Tan (Tzu Chi Medan)


Yenny Waty bertugas menggunting pola pada kain yang akan dijahit menjadi masker. Hasil guntingannya akan dibagikan ke relawan yang bertugas untuk menjahit.

Dengan bertambahnya jumlah pasien positif virus Corona (Covid-19) dan untuk mengontrol penyebaran virus secara global, maka pemerintah mewajibkan masyarakat untuk memakai masker. Khusus bagi masyarakat, pemerintah mengimbau untuk beralih dari penggunaan masker medis ke masker kain. Imbauan ini guna mengurangi pemakaian masker medis yang saat ini lebih dibutuhkan oleh para tenaga medis.

Sesuai dengan anjuran pemerintah, relawan Tzu Chi Medan bersatu hati menjahit masker kain. Mereka berencana menjahit 40 ribu masker kain untuk dibagikan.


Mariany yang biasa aktif di misi pelestarian lingkungan juga ikut menjahit masker kain yang akan dibagikan kepada masyarakat.

Tugas menjahit masker ini pun dikerjakan langsung oleh relawan. Ada yang menggunting kain dan ada yang menjahit. Pekerjaan gotong royong ini semuanya dikerjakan di rumah masing-masing karena relawan juga menerapkan konsep physical distancing dalam berkegiatan.

Berkerja Dengan Estafet

Awalnya seorang relawan bernama Yenny Waty yang tidak bisa menjahit mempunyai tugas untuk menggunting kain sesuai pola yang diberikan. Lalu setelah tergunting, relawan lain nanti akakn mengambil dan menjahit masker.


Relawan berencana menjahit 40 ribu buah masker kain.

“Sekarang ini banyak orang yang memerlukan masker, jadi dengan bisa ikut menjadi bagian dari pembuatan masker, saya merasa sangat bahagia,” tutur Yenny Waty.

Mariany, salah satu relawan yang biasanya lebih banyak terjun di misi pelestarian lingkungan, kali ini juga ikut membantu menjahit masker kain. “Ketika menjahit masker ada perasaan senang karena apa yang kita jahit ini nantinya bisa dipakai oleh banyak orang. Dengan ikut menjahit masker pula, otomatis dapat satu pelajaran baru yaitu belajar membuat masker sendiri,” katanya.


Nuraina berharap masker kain tersebut bisa menjaga masyarakat agar tidak tertular virus sehingga bisa menekan penyebaran Covid 19.

Hal senada juga disampaikan oleh Nuraina yang biasanya ikut mendistribusikan bantuan APD ke berbagai rumah sakit di Medan. Kali ini ia ikut menjahit masker kain untuk dibagikan nantinya. “Saat ini, di tengah merebaknya Covid-19, kita harus saling menjaga. Dengan ikut menjahit masker kain, ada rasa senang karena bisa saling berbagi dengan sesama yang membutuhkan sekaligus membantu pencegahan terjangkitnya wabah ini. Semoga rantai penyebarannya bisa berhenti,” ujar Nuraina.

Lain halnya dengan Lina Chandrina, awalnya ia membantu menggunting kain karena Lina mempunyai usaha konfeksi sehingga ia bisa menggunakan mesin potongnya untuk memotong kain. Dirinya juga tidak mahir menjahit, tapi karena adanya sebersit niat, ia belajar menjahit masker dan akhirnya bisa.


Shu Tjeng (baju biru) berbincang bersama teman-teman dari Perkumpulan Masyarakat Perduli Disabilitas Indonesia yang tengah ikut membantu menjahit masker kain.

“Awalnya saya kurang percaya diri untuk ikut menjahit, tapi karena ingin turut membantu, saya beranikan diri belajar dan akhirnya bisa tapi agak lambat. Jadi saya akhirnya menawarkan diri untuk memotong karet yang diperlukan untuk masker supaya relawan yang menjahit akan lebih gampang,” kata Lina.

Selain beberapa relawan yang ikut kontribusi dalam pembuatan masker kain, Shu Tjeng salah satu relawan juga mengajak perkumpulan Masyarakat Peduli Disabilitas Indonesia untuk bekerja sama menjahit masker kain. Dalam perkumpulan ini, ada 4 orang difabel yang ikut menjahit, salah satunya Bapak Teguh Wahono yang kakinya diamputasi 9 tahun lalu karena kanker kulit. Ia mengatakan, “Ketika saya menjahit masker ini  ada rasa bersyukur di hati saya karena walaupun dengan kaki yang hanya tinggal satu, namun saat ini saya dalam keadaan sehat dan bisa menjahit masker untuk membantu sesama yang membutuhkan, terutama untuk para penderita.”


Teguh Wahono merasa wajib membantu menjahit masker kain karena ia bersyukur masih menerima anugerah kesehatan dalam keterbatasannya.

Dari kegiatan ini, relawan menyadari bahwa dalam suasana yang penuh kebimbangan dan keresahan saat ini, masih ada kesempatan bagi kita semua untuk berbuat kebajikan. Walaupun harus menjaga diri dalam berkumpul atau berkegiatan, namun relawan Tzu Chi Medan tetap bisa berbuat sosial di rumah masing-masing.

Semoga wabah Covid 19 bisa segera teratasi dan masyarakat bisa kembali beraktivitas seperti biasa.

Editor: Metta Wulandari


Artikel Terkait

Bergotong Royong Membuat Masker Kain untuk Mewaspadai Wabah

Bergotong Royong Membuat Masker Kain untuk Mewaspadai Wabah

14 April 2020

Sesuai dengan anjuran pemerintah, relawan Tzu Chi Medan bersatu hati menjahit masker kain. Mereka berencana menjahit 40 ribu masker kain untuk dibagikan. Tugas menjahit masker ini pun dikerjakan langsung oleh relawan di rumah masing-masing karena relawan juga menerapkan konsep physical distancing dalam berkegiatan.

Cara kita berterima kasih dan membalas budi baik bumi adalah dengan tetap bertekad melestarikan lingkungan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -