Bersumbangsih untuk Mengingat Budi

Jurnalis : Apriyanto, Fotografer : Apriyanto
 
 

fotoDengan ikhlas Didi menyerahkan semua uang yang ia dapat kepada Tzu Chi. Baginya, berbagi dan berbuat kebajikan kepada orang-orang yang masih hidup dan membutuhkan jauh lebih baik.

Pertengahan bulan Mei 2010, kondisi kesehatan Aken (29) terus melemah seiring dengan berkurangnya berat badan dan vitalitasnya yang terus menurun. Didi (26), saudara sepupunya yang tinggal tidak jauh dari tempat kosnya lantas memberikan sejumlah uang dan menyarankan Aken memeriksakan diri ke dokter. “Saya tidak sempat antar kamu ke dokter. Saya kasih uangnya kamu pergi ke dokter ya,” ujar Aken mengulangi bujukan Didi waktu itu.

Sepulang berobat dari dokter, Aken mengatakan kepada Didi kalau dirinya mengidap penyakit lambung yang cukup parah. Setelah obat dari dokter ditebus dan dikonsumsi, kondisi Aken terlihat lebih baik. Ia tidak lagi buang-buang air tetapi sebaliknya ketika obat itu habis kondisi kesehatan Aken kembali memburuk. Sampai suatu hari, Aken yang merasa sangat jenuh dengan keadaannya berkeinginan kembali ke kampung halamannya di Siantan, Pontianak, Kalimantan Barat. Didi pun mengizinkannya, bahkan Didi pula yang membelikan tiket pesawat terbang kepada Aken. Tetapi apa yang dialami oleh Aken kemudian sungguh di luar harapannya. Sesampainya di kampung halaman, Aken sudah tidak dapat lagi menemukan teman-temannya. Mereka sudah tidak lagi tinggal di Pontianak. Karena terlontang-lantung, akhirnya Aken memberanikan diri mendatangi bibinya untuk sekadar menumpang tinggal untuk beberapa hari. Sayang, karena melihat kondisi Aken yang sangat lemah dan kurus kering, bibinya justru menolak Aken tinggal berlama-lama di rumahnya. Bahkan warga sekitar tempat bibinya tinggal sempat mengusir Aken agar segera pergi meninggalkan kampung itu.

Mengetahui saudara sepupunya didera masalah, Didi langsung mengirimkan uang agar Aken segera kembali ke Jakarta. Saat tiba di Jakarta, kesehatan Aken langsung memburuk. Aken tidak hanya lemas tetapi juga mengalami sesak napas hingga membuatnya hanya bisa terbaring di tempat tidur. Didi yang merasa sangat khawatir dengan keadaan Aken segera membawanya ke rumah sakit pada hari Selasa sore tanggal 25 Mei 2010. Keadaan ekonomi Didi yang tidak memadai dan mahalnya obat-obatan yang harus dibeli, membuat Didi harus mencari cara untuk menanggung itu semua. Harapan seolah hadir ketika salah satu teman Didi menyarankannya mengajukan permohonan bantuan pengobatan ke Yayasan Buddha Tzu Chi. Setelah informasi itu diterima, Didi langsung mendatangi kantor yayasan dan memohon agar cepat ditindak lanjuti mengingat kondisi Aken yang semakin memburuk. Esok harinya, Yang Pit Lu, relawan Tzu Chi sudah tiba di rumah sakit tempat Aken dirawat. Melihat kondisi Aken yang memprihatinkan, Yang Pit Lu lekas menebus obat-obatan yang diperlukan. Malam itu adalah malam yang terberat bagi Aken. Sebentar-sebentar ia meronta bermaksud mencabut selang infusnya dan merengek minta pulang kepada Didi. Didi yang sangat peduli kepadanya dengan sabar menasehati Aken dan membujuknya supaya ia tidak terus meronta.

Hari itu, menjelang pukul 01.00 dini hari, Didi pun pulang meninggalkan rumah sakit. Baru dua jam ia beristirahat, tiba-tiba pihak rumah sakit menghubunginya dan mengatakan kalau Aken telah meninggal dunia tepat di pukul 03.00 dini hari. Rasa sedih tak mampu lagi dibendung oleh Didi. Setelah mengurus semua administrasi, Didi pun kemudian mengabarkan berita duka ini kepada Yang Pit Lu. Saat hari menjelang siang, Yang Pit Lu mendatangi rumah duka. Saat itu, ia mendapati Didi sedang seorang diri menemani Aken yang telah tiada. Setelah pembacaan doa yang ditemani Yang Pit Lu, hari itu juga jenazah Aken dikremasi di Krematorium Dadap. Dalam suasana duka itu, hari Senin 31 Mei 2010, Majikan Didi menyerahkan sejumlah uang sebagai ungkapan belasungkawa yang ia kumpulkan dari teman-temannya. Didi yang selalu mengingat budi luhur Tzu Chi dan pesan moral yang disampaikan Yang Pit Lu yang berisi pesan untuk “Selalu Berbuat Baik” mendorong dirinya untuk mendatangi kantor Yayasan Buddha Tzu Chi pada hari itu juga. Ia menyerahkan semua dana yang ia terima kepada Tzu Chi. “Dana yang diserahkan ke Tzu Chi dapat disalurkan lagi kepada banyak orang yang membutuhkan. Sebenarnya saya tidak mau menerima sumbangan dari bos saya, karena semua biaya kremasi telah ditanggung oleh Tzu Chi. Tetapi karena bos saya memaksa memberinya, uang itu saya berikan kepada Tzu Chi semuanya,” kata Didi yakin. 

  
 
 

Artikel Terkait

Sekolah Ikon Kebersihan

Sekolah Ikon Kebersihan

30 April 2010
Kegiatan Car Free Day di Minggu terakhir bulan April 2010 ini terasa berbeda. Ribuan stan sekolah mulai dari tingkat SMP, SMA, dan SMK berjajar rapi di sepanjang jalan Sudirman Thamrin Jakarta.
Suara Kasih : Menjadi Teladan

Suara Kasih : Menjadi Teladan

18 November 2010 Selama 20 tahun ini, saya terus berterima kasih kepada para Bodhisatwa daur ulang. Kegiatan daur ulang dimulai oleh satu orang, namun hingga kini lebih dari 67.000 orang telah dilantik menjadi relawan daur ulang. Kalian mungkin berpikir, ”Apakah relawan daur ulang juga dilantik?” Ya. Mereka harus menjadi relawan selama 2 tahun dan mengubah semua kebiasaan buruknya.
Menanam Mangrove untuk Menyelamatkan Bumi

Menanam Mangrove untuk Menyelamatkan Bumi

14 Oktober 2019

Dalam rangka memperingati HUT TNI ke-74, Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) TBK melaksanakan kegiatan penanaman mangrove serentak di seluruh Indonesia. Salah satunya di Tanjung Balai Karimun yang diikuti oleh 11 orang relawan Tzu Chi dengan menanam 5.000 bibit mangrove di Pantai Dusun Pelambung.

Keindahan kelompok bergantung pada pembinaan diri setiap individunya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -