Bersyukur Sejak Membuka Mata Di Pagi Hari

Jurnalis : William (Tzu Chi Perwakilan Sinar Mas), Fotografer : Metasari (Tzu Chi Perwakilan Sinar Mas)
 
 

foto
Dalam pelatihan yang diadakan pada tanggal 12 Mei 2013 ini, para relawan setempat diberikan berbagai materi pelatihan yang cenderung berfokus pada hal-hal teknis tentang bagaimana menjadi relawan Tzu Chi yang baik.

“Sebenarnya, batas antara bahagia atau tidak bahagia dalam hidup ini hanya ditentukan oleh sebuah hal sederhana bernama perspektif. Apabila kita memilih untuk melihat segala sesuatu dengan positif, maka yang terjadi adalah hal-hal baik. Apabila kita menggunakan kacamata negatif, maka setiap hal akan cenderung menjadi hal buruk,” demikian kata William Shixiong pada saat membawakan materi pelatihan Abu Putih 2 di Jelatang, Jambi.

Dalam pelatihan yang diadakan pada tanggal 12 Mei 2013 ini, para relawan setempat diberikan berbagai materi pelatihan yang cenderung berfokus pada hal-hal teknis tentang bagaimana menjadi relawan Tzu Chi yang baik.

Sebagai contoh, para relawan diajarkan untuk memegang mangkok dengan anggun; dengan cara yang membentuk formasi seekor naga mengulum mutiara. Para relawan juga diajarkan untuk berdiri dengan tegap (untuk pria) dan berdiri dengan anggun, khusunya untuk relawan wanita. Tidak sampai di sini saja, para relawan diajarkan pula untuk menjaga kerapian diri dengan mengenakan seragam dengan baik dan benar sambil tidak lupa diajarkan cara untuk memberikan rasa hormat.

“Ayo Shixiong dan Shijie, kita praktikkan sama-sama cara pradaksina (meditasi sambil berjalan) dan cara memberikan penghormatan,” ajak Metasari Shijie saat membawakan salah satu materi.

foto   foto

Keterangan :

  •  Para relawan juga diajak untuk berpikir dan bertindak positif sehingga pada akhirnya terbiasa untuk hidup dari “perspektif” positif (kiri).
  • Semoga apa yang diupayakan bersama-sama melalui pelatihan Abu Putih 2 ini dapat membawa kebaikan bagi diri setiap orang dan lingkungan sekitar (kanan).

Intinya, misi budaya humanis yang menjadi payung dari kegiatan ini benar-benar dilaksanakan agar setiap relawan tampak humanis dan mampu bertindak humanis. Dalam dunia yang beragam ini, tampaknya perilaku yang humanis dengan berlandaskan pada rasa syukur, penghormatan kepada semua makhluk, dan cinta kasih universal cukup dapat diterima. Buktinya, sampai hari ini, Yayasan Buddha Tzu Chi sanggup berkembang menjangkau berbagai negara, yang notabene memiliki perbedaan budaya satu sama lain.

Lebih dari perilaku humanis ini, para relawan diajak untuk berpikir dan bertindak positif sehingga pada akhirnya terbiasa untuk hidup dari “perspektif” positif. Ajakan yang sifatnya hanya menyarankan, bukan mengharuskan, ini diberikan dalam bentuk ilustrasi yang sangat sederhana: ketika bangun tidur, ucapkanlah terima kasih. Ketika kita masih bisa bernafas dengan lega, ucapkanlah terima kasih. Ketika di kulkas kita masih terdapat sedikit makanan, ucapkanlah terima kasih karena di luar sana banyak orang sedang kelaparan. Ketika kita masih memiliki sedikit tabungan untuk berbuat satu lagi kebaikan, jangan lupa untuk mengucapkan terima kasih.

“Pelatihan Abu Putih kali ini jauh melampaui harapan saya. Lewat berbagai materi, saya termotivasi untuk mengoreksi diri dan memajukan diri saya, padahal awalnya saya berpikir pelatihan ini hanya seputar Tzu Chi. Lumayan, di sini saya belajar bervegetarian dan berpikir positif,” ucap Irwansyah Shixiong, relawan Tzu Chi dari Jelatang.

Semoga apa yang kita upayakan bersama-sama melalui pelatihan Abu Putih 2 dapat membawa kebaikan bagi diri kita sendiri dan bagi lingkungan sekitar. Kita bisa karena kita mau, dan karena kita mau, kita menjadi luar biasa.

 

 
 

Artikel Terkait

Bersumbangsih kepada Lingkungan dengan Membuat Ecoenzyme

Bersumbangsih kepada Lingkungan dengan Membuat Ecoenzyme

21 Oktober 2021

Para relawan pelestarian lingkungan di Xie Li Yayasan dan DAAI TV memanfaatkan waktu dengan praktik membuat eco enzyme. Para karyawan ini tampak antusias dengan membawa sendiri bahan organiknya.

Rumah Cinta Kasih di Deli Serdang

Rumah Cinta Kasih di Deli Serdang

16 Agustus 2011 Seperti kata perenungan Master Cheng Yen, ”Kemajuan dalam masyarakat tidak bisa tercapai melalui kata-kata semata, tetapi harus melalui tindakan nyata.”

"Kita Muda, Kita Peduli, Kita Beraksi"

29 Oktober 2015 “Bumi kita sedang sakit” itu adalah kalimat yang cocok untuk menggambarkan kondisi Bumi kita saat ini. Berbagai bencana yang terjadi menunjukan seberapa parahnya sakit yang diderita bumi kita ini.
Orang yang memahami cinta kasih dan rasa syukur akan memiliki hubungan terbaik dengan sesamanya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -