Betapa Senangnya Sidiq, Kini Ia Dapat Mendengar Lebih Jelas

Jurnalis : Khusnul Khotimah, Fotografer : Khusnul Khotimah

Cucun Cunayah sampai tak bisa berkata-kata saat serah terima alat bantu dengar dari Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia untuk anak bungsunya, Sidiq Habibi Azis (16) di Kantor Kasoem Hearing Center Cikini, Jakarta. Ia dan suaminya terharu, alat bantu dengar yang mereka ajukan lima bulan lalu akhirnya terpasang di sisi telinga Sidiq.

“Bukan hanya lega, tapi bahagia banget. Karena (dengan alat baru ini) dia bisa belajar lebih baik dan harapan saya bisa mendapatkan kesempatan yang sama dengan anak-anak yang lain,” tutur Cucun.

Saat ini Sidiq duduk di bangku kelas 1 SMP, di SMP Sariputra Cikarang. Selama 10 tahun terakhir ini, Sidiq sudah memakai alat bantu dengar BAHA versi lama yang kini sudah tak diproduksi lagi. Seiring berjalannya waktu, Sidiq juga mulai mengalami kesulitan saat belajar karena suara guru tak terdengar jelas.

Kebahagiaan tengah dirasakan Sidiq dan orang tuanya, kini Sidiq akhirnya bisa memakai alat bantu dengar BAHA yang baru.

“Terima kasih yang sebesar-besarnya, sampai bingung mau bilang apa. Sangat membantu sekali semoga perjuangan Tzu Chi dibalas oleh Tuhan Yang Maha Esa. Tzu Chi sangat luar biasa sekali membantu, tak hanya Sidiq tapi juga anak berkebutuhan khusus lainnya sehingga mereka bisa sekolah, bisa mencapai cita-cita,” tambah Cucun.

Denasari, relawan Tzu Chi yang menjadi pemerhati Sidiq juga turut gembira. Alat bantu dengar BAHA 5 Power ini akan dapat mendukung aktifitas Sidiq baik di sekolah maupun dalam kesehariannya.

“Sekarang kan Sidiq sudah SMP kelas 1 di sekolah umum, sehingga bisa berbaur, tidak mengalami perbedaan dengan teman-teman yang lain. Karena dulu awal-awal sekolah ia pernah di-bully oleh teman-temannya. Jadi ini juga yang memotivasi orang tuanya agar anaknya memakai alat yang lebih bagus,” terang Denasari.

Sidiq sendiri adalah remaja yang ceria, percaya diri, aktif, dan sangat menyukai olahraga. Ia juga anak yang baik dan memiliki pemikiran yang positif.

Sindrom Treacher Collins


Sidiq menunjukkan abutment yang terpasang di bagian belakang kepalanya.

Sidiq terlahir normal. Namun hingga usia dua tahun, ia belum juga bisa bicara. Orang tuanya lalu memeriksakannya ke dokter. Saat itu dokter mengatakan tak terjadi apa-apa, hanya pertumbuhannya saja yang lambat.

Usia tiga tahun Sidiq sering kali tak merespon ketika dipanggil. Orang tuanya pun membawanya ke dokter THT, hingga menjalani pemeriksaan BERA (pemeriksaan untuk deteksi gangguan pendengaran). Ketika Sidiq berusia empat tahun, barulah diketahui bahwa ia mengalami sindrom langka, yakni treacher collins.

Sindrom Treacher Collins adalah kelainan genetik yang menyebabkan gangguan pertumbuhan tulang dan jaringan pada wajah. Anak yang menderita sindrom ini bisa mengalami beragam gejala, antara lain pertumbuhan telinga yang kurang sempurna. Dalam kasus Sidiq, lubang telinganya kecil.

“Namanya orang tua pasti berharap punya anak bisa normal, sehat, tapi saya sejak lama sudah menerima kondisi seperti ini dan saya berusaha memaksimalkan apa yang ada,” kata Cucun.

Orang tua Sidiq ketika itu membelikannya alat bantu dengar, namun rupanya tak ada perkembangan berarti. Pada usia enam tahun, Sidiq baru memakai alat BAHA Surgical. Sidiq lalu bersekolah dan menjalani terapi di SLB di bilangan Kebon Jeruk, Jakarta Barat selama tiga tahun. Agar dapat bersosialisasi dengan teman sebaya, Sidiq kemudian dipindahkan ke sekolah umum dari kelas 1 SD hingga saat ini kelas 1 SMP.

Mengajukan Bantuan ke Tzu Chi



Sidiq ditemani orang tuanya, juga Denasari saat proses switch on.

BAHA Surgical yang sudah dipakai Sidiq selama 10 tahun, rupanya saat ini sudah tak diproduksi lagi. Karena itu Sidiq disarankan untuk mengganti alat BAHA yang lebih baru.

Selain itu beberapa bulan lalu Sidiq mengalami infeksi di belakang telinganya sehingga harus menjalani operasi dan penggantian abutment. Abutment adalah skrup titanium yang ditanamkan di bagian tengkorak, tepatnya di belakang telinga agar fungsi dari alat bantu dengar lebih maksimal dibanding jika hanya menggunakan bando.

“Kendala kami, karena tidak hanya harus beli BAHA saja, kemarin kan operasi juga, beli abutment yang baru juga. Kemarin abutment- harganya 32 juta, itu belum biaya operasinya 16 juta. Alhamdulillah dari teman-teman komunitas ada yang info tentang Tzu Chi, akhirnya saya mengajukan bantuan,” ujar Cucun.

Sebelum mengajukan ke Tzu Chi, orang tua Sidiq sempat mencari-cari BAHA 5 Power yang second (bekas) di luar negeri melalui Facebook komunitas pemakai BAHA. Di luar negeri, rata-rata sudah menggunakan BAHA versi terbaru. Meski di satu sisi, karena barang bekas, kondisinya pun susah dipastikan. Karena itu, Cucun sangat berharap pengajuan bantuannya dapat diterima.

“Saya pikir kan kadang ada kriteria tertentu, tapi ya saya harus usaha dulu. Mau berhasil atau tidak yang penting saya sudah berusaha maksimal,” kata Cucun.

Tak begitu lama setelah Sidiq menjalani operasi pemasangan abutment baru akibat infeksi, sebuah panggilan telepon berdering dari tim Bakti Amal Tzu Chi Indonesia. Cucun diberitahu bahwa permohonan bantuan Sidiq diterima.

“Kaget, Alhamdulillah bersyukur sekali,” kenangnya.

Pemasangan BAHA Baru



Selama hampir tiga jam proses switch on, akhirnya Sidiq menemukan titik paling nyaman saat mendengar.

Kantor Pusat Kasoem Hearing Center pada akhir pekan selalu ramai. Sabtu siang itu, 25 September 2021 Denasari sudah tiba di sana untuk menemani Sidiq menjalani proses switch on pada alat BAHA barunya itu. Switch on adalah proses mengatur di titik mana Sidiq bisa nyaman dalam frekuensi dengarnya.

“Kita tes dulu ya Sidiq, kalau nanti Sidiq dengar suara, Sidiq bilang ada. Kalau enggak jangan ya,” kata Gita, seorang mapping clinician.

“Iya, kalau ada suaranya bilang ada?” tanya Sidiq.

“Iya ada, kita mulai ya,” kata Gita memberikan instruksi.

“Ada, kecil tapi,” respon Sidiq.

“Oke tidak apa-apa,” jawab Gita.

Gita, juga audiology clinician yang mendampinginya dengan sabar melakukan setting di beberapa level hingga Sidiq menemukan titik kenyamanan dalam memakai BAHA yang baru tersebut.

Pada proses ini, Denasari menemani dari awal hingga selesai, yang memakan waktu sekitar tiga jam.

“Menarik juga di BAHA yang terbaru ini, bisa terhubung dengan smartphone, bisa juga fokus dari person to person. Misalnya Sidiq belajar, (dengan sebuah alat) gurunya bisa langsung bicara ke Sidiq langsung, ini kelebihannya,” kata Denasari.

Usai proses switch on, raut wajah Sidiq tampak semringah. Sidiq mengaku sangat senang, terutama ada aksesoris minimic yang akan membantunya mendengar lebih jelas lagi ketika guru mengajar.

“Senang ya. Saya pertama kali lihat ada minimic, saya suka,” katanya. Kalimat yang dilontarkan Sidiq terbilang mudah dimengerti.

“Senang banget. Rasanya kayak apa ya.. pokoknya puas, terdengar enak, jelas. Kalau yang dulu itu kadang-kadang kurang jelas, kadang suaranya kecil, kalau ini sudah enak,” katanya menekankan.

Sidiq kemudian bercerita betapa senangnya ia dengan olahraga dan juga pelajaran IPA. Ia juga punya cita-cita untuk menjadi seorang atlet terkenal. Saat ini ia sangat menyukai voli. Atas bantuan yang diterimanya, Sidiq mengaku sangat berterima kasih.

“Saya ingin berterima kasih, alat ini lebih bagus, suka banget Sidiq. Terima kasih banyak kepada Tzu Chi, suka, kedengaran suara yang lain juga,” kata Sidiq.

Menyaksikan kebahagiaan Sidiq dan orangtuanya, Aris Mahendra, manajer Kasoem Center yang turut menemani proses switch on Sidiq, turut mendoakan agar Sidiq dapat menggapai masa depan yang cerah.

“Harapan saya untuk Sidiq tentunya Sidiq bisa beraktifitas seperti anak-anak pada umumnya. Sidiq bisa mengejar mimpinya, Sidiq bisa mengeksplorasi bakat dan minatnya. Juga Sidiq bisa menjadi orang yang sukses, tanpa dia terganggu dengan gangguan pendengaran,” pungkas Aris Mahendra.

Editor: Metta Wulandari


Artikel Terkait

Betapa Senangnya Sidiq, Kini Ia Dapat Mendengar Lebih Jelas

Betapa Senangnya Sidiq, Kini Ia Dapat Mendengar Lebih Jelas

28 September 2021
Cucun Cunayah tak bisa berkata-kata saat serah terima alat bantu dengar dari Tzu Chi Indonesia untuk anak bungsunya, Sidiq. Ia dan suami terharu, alat bantu dengar yang mereka ajukan lima bulan lalu akhirnya terpasang di sisi telinga Sidiq.
Tanamkan rasa syukur pada anak-anak sejak kecil, setelah dewasa ia akan tahu bersumbangsih bagi masyarakat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -