Bulan Penuh Berkah: Mencintai Semua Makhluk dan Melestarikan Bumi

Jurnalis : Dwi Hariyanto (Tzu Chi Tanjung Balai Karimun), Fotografer : Mieli (Tzu Chi Tanjung Balai Karimun)
 

foto
Peragaan bahasa isyarat tangan Yuan Meng yang dibawakan oleh Tzu Shao dan relawan Tzu Chi pada acara doa bersama Bulan Tujuh Penuh Berkah.
.

Agama tidak dapat dipisahkan dengan tradisi. Kadang kita akan susah membedakan antara tradisi dengan ajaran agama. Sehingga yang berkembang saat ini banyak berasal dari tradisi daerah masing-masing. Seperti halnya tradisi pembakaran kertas sembahyang dan persembahan hewan untuk dikorbankan untuk sembah yang di bulan tujuh ini, juga berasal dari tradisi yang turun menurun oleh kebanyakan orang Tionghoa. Mereka menganggap dengan persembahan seperti itu dapat membuat keluarga mereka yang meninggal berbahagia. Tetapi di salah satu sisi ada makhluk yang menderita untuk dikorbankan.

Untuk memberikan wawasan pada relawan dan masyarakat, Yayasan Buddha Tzu Chi Tanjung Balai Karimun hari Minggu tanggal 18 Agustus 2013, mengadakan sosialisasi Bulan Tujuh Penuh Berkah. Acara ini dimulai pada pukul 10.00 WIB dan diikuti oleh 71 relawan dan masyarakat Karimun. Acara ini dimulai dengan pembacaan Lu Siang Can (gatha pendupaan) bersama-sama. Kemudian pemutaran ceramah Master Cheng Yen tentang asal-usul Ullambana. Master Cheng Yen menekankan untuk mengurangi pembakaran kertas dan persembahan hewan untuk sembayang di bulan tujuh ini. Karena Buddha menyarankan pada salah satu siswanya bernama Maudgalyāyana yang ingin menolong ibunya yang telah terlahir di alam setan. Buddha meminta Maudgalyāyana untuk mengajak para bhiksu lainnya mendoakan ibunya dengan membacakan sutra-sutra dan melakukan perbuatan baik lainnya yang tidak mengorbankan makhluk lainnya. Dengan begitu ibunya dapat tertolong dan dapat terlahir di alam yang bahagia.

Mengubah Pandangan Keliru
Dalam kesempatan ini juga ada sharing dari Kuswan Shixiong. Kuswan Shixiong sudah dua tahun tidak melakukan pembakaran kertas sembayang saat bulan tujuh. Walaupun bertentangan dengan tradisinya tetapi dia lebih percaya dengan karma yang dapat merubah nasibnya. Padahal dulunya dia juga sering membakar kertas saat bulan tujuh. Sementara itu, semua tetangga dan saudaranya masih melakukannya. Tak jarang dia dianggap aneh karena tidak mau membakar kertas sembahyang sendiri. “Sejak saya pindah rumah dan saya menghormat pada Boddhisatwa Avalokitesvara saya tidak lagi membakar kertas. Saya percaya karma baik yang telah saya lakukan dan Avalokitesvara akan melindungiku. Dan selama ini saya merasakan tidak ada apa-apa selama saya tidak membakar kertas sembahyang. Semua berjalan seperti biasa saja,” kata Kuswan Shixiong. Membakar kertas sembahyang terlalu banyak akan memperbesar polusi udara yang membuat bumi semakin tercemar. Kalau masih tidak bisa meninggalkan tradisi tersebut setidaknya kita bisa menguranginya sedikit demi sedikit.

foto   foto

Keterangan :

  • Sharing dari salah satu relawan Tzu Chi, Kuswan Shixiong (tengah) tentang makna Bulan Tujuh Penuh Berkah yang telah berhasil diterapkan dalam kehidupan sehari-harinya (kiri).
  • Juga terdapat pementasan drama yang memberikan pesan bahwa terdapatnya anak yang tidak berbakti kepada orangtua pada acara ini (kanan).

Mempersembahkan daging untuk sembahyang merupakan tindakan kurang baik karena akan merugikan dan membuat makhluk lain menderita. Salah satu cara membantu leluhur kita adalah dengan bervegetaris. Dengan bervegetaris kita dapat menyehatkan diri sendiri dan membantu melestarikan bumi. Pada kesempatan ini banyak Bodhisatwa-Bodhisatwa dunia yang bertekad untuk melatih diri untuk bervegetaris. Seperti Vincent dan Steven salah satu Xiao Tai Yang, yang membulatkan tekadnya untuk berlatih bervegetars dua hari dalam seminggu. Tekad baik ini akan mengajarkan mereka untuk lebih mencintai bumi dan semua makhluk. Dan banyak juga relawan lainnya yang bertekad untuk bervegetaris, yang setidaknya 3-4 kali dalam satu bulan. Mereka menuliskan tekadnya pada sebuah spanduk yang ditempelkan di tembok.

Di tengah-tengah acara diadakan dua kali pementasan drama untuk memberikan pengetahuan pada relawan yang hadir. Pada pementasan drama yang ke dua, hadirin diajak larut dalam cerita dan banyak dari mereka meneteskan air mata. Karena menceritakan anak yang tidak berbakti pada orang tuanya dan akhirnya menyesali perbuatannya dan berjanji untuk lebih berbakti pada orang tuanya. Drama ini diperankan oleh relawan Tzu Chi Tanjung Balai Karimun dan relawan Tzu Chi Batam. “Gan en Shijie dari Batam atas bantuannya.” Selain itu juga diadakan isyarat tangan “Mewujudkan Impian (Yuan Meng)” dan “Bertanya Tentang Jalinan Jodoh (Wen Yuan)” yang diperagakan oleh Tzu Shao dan relawan Tzu Chi.

Bulan tujuh penuh berkah ini mengajarkan kita semua untuk lebih mencintai semua makhluk dan melestarikan bumi kita. Bulan yang penuh berkah karena ada banyak kebaikan yang dapat kita lakukan. Bukan bulan yang harus kita takuti, bukanlan bulan yang akan membawa kesialan bagi kita. Karena bulan tujuh adalah bulan yang penuh dengan berkah.

  
 

Artikel Terkait

Kenalan Dengan Universitas Tzu Chi

Kenalan Dengan Universitas Tzu Chi

25 Oktober 2016

Sesi Pengenalan Universitas Tzu Chi Taiwan hari Kamis, 20 Oktober 2016 di Xi She Ting, Tzu Chi Center Jakarta, dihadiri tak kurang dari 220 orang tua dan siswa kelas XII dari berbagai wilayah di Jakarta. Mereka mendapat penjelasan dari  5 perwakilan langsung dari Universitas Tzu Chi Taiwan. 

Kado Spesial untuk Nenek Tersayang

Kado Spesial untuk Nenek Tersayang

23 Januari 2015 Relawan Yayasan Buddha Tzu Chi komunitas He Qi utara mengadakan perayaan Hari Ibu bersama para gan en hu (para penerima bantuan Tzu Chi) pada 7 Desember 2014 di Jing Si Books and Cafe.
Dua Ribu Tabung Oksigen untuk Bantu Penanganan Covid-19 di India

Dua Ribu Tabung Oksigen untuk Bantu Penanganan Covid-19 di India

31 Mei 2021

Pengusaha Peduli NKRI serta Kementerian Perindustrian RI menyerahkan 2.000 buah tabung oksigen untuk Pemerintah India guna membantu mengatasi ledakan kasus Covid-19 di sana.

Cemberut dan tersenyum, keduanya adalah ekspresi. Mengapa tidak memilih tersenyum saja?
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -