Bulan Tujuh Penuh Berkah: Kekuatan Ikrar

Jurnalis : Yuliati, Teddy Lianto, Willy, Fotografer : Anand Yahya, Praditya EP, Teddy Lianto, Willy

Dalam memaknai bulan tujuh yang sesungguhnya, sebanyak 150 relawan mementaskan drama yang bertajuk “Mencintai Bumi dengan Pelestarian Lingkungan, Menghimpun Berkah dengan Vegetarian” pada sesi pagi, 23 Agustus 2015.

Sebagian besar orang menganggap bahwa bulan tujuh adalah bulan yang identik dengan bulan tidak baik, sehingga mereka harus memberikan penghormatan kepada leluhur dengan memberikan persembahan, baik persembahan makanan (daging hewan dan lainnya) maupun membakar kertas sembahyang untuk mengirimkan doa. Master Cheng Yen terus mengingatkan bahwa anggapan yang mengatakan bulan tujuh merupakan bulan tidak baik semakin lama semakin menyimpang. Sesungguhnya, memaknai bulan tujuh ini seharusnya dilakukan dengan melakukan doa pelimpahan jasa dan menghormati kehidupan.

Minggu pagi, 23 Agustus 2015 Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia mengajak lebih dari 600 tamu undangan yang hadir pada sesi pagi ini untuk melantunkan Doa Bersama Bulan Tujuh Penuh Berkah. Acara ini dilakukan selama dua sesi (pagi dan siang). Gatha Pendupaan pun menggema memberikan energi positif di Aula Jing Si lantai 3, Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. “Arti dari Ulambana atau bulan tujuh hendaknya kita sayang kepada semua mahkluk, kita menghormati kehidupan,barulah kita mencapai keselarasan dan keharmonisan di bumi ini,” ujar Chia Wen Yu, relawan Tzu Chi.

Para tamu undangan bersama-sama melantunkan Gatha Pendupaan (Lu Siang Zan) sebelum mempersembahkan persembahan pelita, bunga, dan buah-buahan di altar Rupang Buddha.

Dalam sharingnya, Wen Yu mengajak para tamu undangan untuk bersama-sama mengenggam saat ini untuk mulai bervegetarian demi menyelamatkan bumi dari pemanasan global.

Kali ini Tzu Chi mengajak menyelami makna bulan tujuh sesungguhnya melalui drama yang bertajuk “Mencintai Bumi dengan Pelestarian Lingkungan, Menghimpun Berkah dengan Vegetarian” yang dipentaskan sebanyak 150 relawan. Dalam sharingnya Wen Yu juga mengajak para tamu undangan untuk bervegetarian melihat pemanasan global yang semakin memengaruhi keselamatan bumi. “Sebenarnya perilaku (kebiasaan) yang kita perbuat dapat memperlambat keadaan global warming. Saat ini menjadi seorang vegetarian bukan lagi soal agama, tetapi menyangkut hati nurani, dan cinta kasih. Sebagai manusia yang berbudaya, hendaknya kita juga menyayangi semua hewan,” ungkap relawan komite Tzu Chi ini. “Hendaknya kita mempergunakan waktu sekarang ini, jadilah seorang vegetarian demi badan kita, demi bumi ini, demi semua hewan,” tegasnya.

Berawal dari Sebersit Niat

Salah satu relawan Tzu Chi, Teksan Luis memberikan sharing kepada para tamu undangan tentang bagaimana ikrarnya untuk bervegetaris menjadi berhasil. Teksan yang merupakan pecinta daging sebelumnya tidak pernah melewatkan makannya tanpa asupan daging. “Kalau tidak ada daging saya bahkan memilih untuk tidak makan,” ungkapnya. Alhasil, setiap kali check up ke dokter, ia mengaku banyak catatan buruk akan kondisi kesehatannya. Hal ini cukup mengkhawatirkan baginya dan istri. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk mencoba bervegetarian setelah mengikuti acara Bulan Tujuh Penuh Berkah di tahun lalu (2014).

“Awalnya saya berikrar di hadapan Rupang Buddha untuk bervegetaris selama 108 hari. Dan sangat susah sekali. Saya tidak suka sayur. Sayur cuma bisa (makan) kangkung, bosan kalau tiap hari. Terkadang makan sama kecap asin saja,” aku relawan biru putih ini. Ia pun gagal. Tekadnya kembali terbangkitkan saat ia mengikuti Xun Fa Xiang (mendengarkan ceramah Dharma Master Cheng Yen) tentang bervegetarian. “Master Cheng Yen mengatakan kalau makan itu enaknya hanya di lidah saja. Lalu ada sharing tentang anak ayam jantan yang langsung digiling untuk dibuat makanan cepat saji. Ini menginspirasi saya untuk bervegetarian,” ungkapnya. “Saya pulang dan bertekad untuk full bervegetaris mulai tanggal 1 bulan 1 tahun 2015 full,” tegasnya. Dengan bervegetaris, Teksan mengaku sekarang menjadi lebih tenang dan bahagia. “Ternyata bervegetaris bikin saya sehat, jadi sekarang saya berikrar untuk bervegetaris seumur hidup saya,” tukasnya.

Teksan Luis memberikan sharingnya bagaimana ia berikrar bervegetaris seumur hidup di hadapan 600 tamu undangan di Aula Jing Si lantai 3, Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara.

Juliana (kiri) berdoa bersama pada acara Bulan Tujuh Penuh Berkah ini. Ia pun berniat akan berusaha untuk bervegetaris.

Niat Bervegetarian

Juliana, salah satu tamu undangan, awalnya mengetahui acara ini dari display picture blackberry messenger milik temannya. Karena penasaran, ia pun ikut bersama teman-temannya hadir dalam acara ini. Juliana mengaku terkesan dengan acara Doa Bersama Bulan Tujuh Penuh Berkah ini, terutama tentang vegetarian. Ia pun sudah mulai mengurangi konsumsi daging. “Dulu cuma tahu jika vegetarian itu bagus, tapi saya sekarang baru tahu) kalau dengan bervegetaris ternyata ada alasan lain di balik imbauan tersebut, kita bisa mengurangi pemotongan hewan untuk dikonsumsi oleh manusia. Jadi bisa mengurangi pembunuhan makhluk hidup,” ujar sulung dari 4 bersaudara ini. Juliana pun akan berusaha untuk  tidak mengonsumsi daging dan bervegetaris.

Senada dengan Juliana, Mabelline (kanan) merasa bersalah jika makan daging hewan. Ia pun akan berusaha bervegetaris dan mengajak keluarganya melakukan hal yang sama.

Drg. Sumarni (kiri) bersama keluarga besarnya hadir dalam acara doa bersama Bulan Tujuh Penuh Berkah mengaku terkesan dengan drama yang mengajak setiap orang untuk melakukan pelastarian lingkungan dan bervegetaris.

Senada dengan Juliana, Mabelline, salah satu siswi SMA Permai di Pluit, Jakarta Utara juga memiliki niat yang sama, ingin mengurangi makan daging hingga bisa bervegetaris. “Saya merasa bersalah makan daging hewan, jadi ada keinginan menjadi seorang vegetaris. Ingin pelan-pelan berubah juga,” ujar wanita kelahiran Medan ini. Bahkan ia pun ingin menceritakan apa yang diperoleh dari acara ini kepada keluarganya dan mengajak mereka untuk bervegetaris.

Lain halnya dengan drg. Sumarni yang menghadiri acara ini bersama mama dan keempat orang dari keluarga besarnya. Dokter gigi ini mengatakan bahwa bulan tujuh adalah bulan penuh berkah untuk melimpahkan jasa. “Mama masih membakar kertas sembahyang, tapi sudah mulai diberikan pengarahan, cukup berdoa dengan beranjali (merangkapkan kedua tangan di depan dada-red) saja,” ujarnya. Sumarni juga terkesan dengan drama yang mengajak setiap orang untuk melakukan pelastarian lingkungan dan bervegetaris ini. “Dramanya menginspirasi orang supaya lebih menghargai bumi dengan vegetarian,” kata relawan Tim Medis Tzu Chi ini. Melalui acara Bulan Tujuh Penuh Berkah ini, ia berharap agar setiap orang tidak salah kaprah dalam memaknainya, dan sebagai bentuk penghormatan bukan dengan membakar kertas sembahyang, tetapi dengan melimpahkan jasa sehingga tidak menambah pemanasan global.


Artikel Terkait

Membuang Mitos Bulan Hantu

Membuang Mitos Bulan Hantu

22 September 2014 Mitos bahwa bulan tujuh penanggalan Imlek adalah bulan hantu sudah lama dipercayai oleh masyarakat etnis Tionghoa. Hal ini yang mendasari Kantor Penghubung Tzu Chi di Kota Tebing Tinggi untuk menggelar acara doa bersama pada tanggal 7 September 2014 di Sekolah Djuanda.
Menyambut Bulan Tujuh Penuh Berkah di tahun 2017

Menyambut Bulan Tujuh Penuh Berkah di tahun 2017

29 Agustus 2017

Menyambut Bulan Tujuh Penuh Berkah di tahun 2017, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia mengadakan sosialisasi untuk berpola makan vegetaris. Beberapa komunitas relawan Tzu Chi di Jakarta pun menggelar acara serta menyediakan makanan.

Mendalami Ajaran Master Tentang Bulan Tujuh

Mendalami Ajaran Master Tentang Bulan Tujuh

05 Agustus 2014 Untuk menyambut bulan baik di bulan tujuh penuh berkah, maka pada tanggal 19 Juli 2014 Tzu Chi Batam mengadakan “Bulan Tujuh Penuh Berkah” untuk memperbaiki pandangan masyarakat.
Berlombalah demi kebaikan di dalam kehidupan, manfaatkanlah setiap detik dengan sebaik-baiknya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -