Butiran Cinta Kasih Universal

Jurnalis : Thio Verna (He Qi Utara), Fotografer : Thio Verna (He Qi Utara)
 
 

fotoMaster Cheng Yen mengatakan bahwa beras ini akan habis pada waktunya tetapi cinta kasih yang ada di setiap butir beras tersebut akan dirasakan oleh siapapun sepanjang hidup mereka.

Untuk sebagian orang, dapat menikmati hidup berkecukupan, tidak kekurangan apapun adalah kebahagiaan, tetapi  ada juga yang beranggapan sebaliknya. Bersyukur dapat bertahan melewati hari demi hari dengan perut terisi dan memiliki cadangan  makanan untuk esok hari merupakan suatu kebahagiaan tersendiri, mengingat salah satu kebutuhan pokok  manusia adalah pangan.  Yayasan Buddha Tzu Chi Taiwan pada bulan suci Ramadan ini, mengirimkan bantuan dan cinta kasihnya berupa  20 kg beras yang diperuntukkan bagi warga kurang mampu di beberapa kota besar di Indonesia.

Master Cheng Yen berkata bahwa beras ini akan habis pada waktunya tetapi cinta kasih yang ada disetiap butir beras tersebut akan dirasakan oleh siapapun sepanjang hidup mereka. Master juga berharap dengan berlandaskan rasa Cinta Kasih Universal dan Kekal ini setiap manusia hendaknya dapat bersyukur, saling menghargai sesama, semua makhluk dan lingkungan disekeliling mereka.

Menebar Cinta Kasih Untuk Sesama di Pademangan.
Wilayah Pademangan merupakan salah satu titik utama dari penyaluran Beras Cinta Kasih, dimana sebelumnya jalinan jodoh sudah terjalin beberapa tahun silam dengan diadakannya kegiatan bedah rumah dan pembagian beras untuk pertama kalinya. Pada hari Sabtu, 06 Agustus 2011 dimulai pukul 08.00 pagi pembagian beras dilaksanakan secara serempak di beberapa wilayah Jakarta dan sekitarnya. Di Pademangan sebanyak 6850 karung beras atau 135 ton beras dibagikan dengan jumlah Kepala Keluarga yang tercatat sebanyak 6756 keluarga. Dalam kegiatan Pembagian Beras Cinta Kasih ini, Yayasan Buddha Tzu Chi bekerjasama dengan pihak Kodam Jaya, Pemda DKI Jakarta, Kementrian Sosial RI dan Polda Metro Jaya.

Kegiatan kali ini merupakan saat yang tepat untuk menggarap ladang berkah dengan menebar cinta kasih untuk sesama. Hal ini dipergunakan sebaik-baiknya oleh para murid SMU Tzu Zhong dari Hualien, Taiwan yang berjumlah sekitar 40 murid. Barisan murid SMU Tzu Zhong dengan penuh senyum dan semangat, bernyanyi riang dan menari kecil menyambut para warga yang datang. Senyum balasan dari para warga pun terlihat sangat jelas bahkan ada beberapa dari mereka yang ikut menari kecil bersama  para murid SMU Tzu Zhong. Murid SMU Tzu Zhong, khususnya murid lelaki mempunyai tugas untuk membantu mengangkat beras untuk warga yang sudah lanjut usia, wanita dan mereka yang tidak mampu untuk membawa sendiri.

foto  foto

Keterangan :

  • Para warga kurang mampu yang telah mendapat kupon beras pada tanggal 31 Juli lalu mulai berdatangan, berbaris untuk mengambil beras. (kiri)
  • Seorang murid SMA Tzu Chi Hualien, Taiwan yang tengah berkunjung ke Indonesia ikut membantu membagikan beras cinta kasih. (kanan)

Rasa Haru Yu Huai Her pada Ibu “Sri Lestari”
Seorang Ibu yang berparas sedih menangis tersedu-sedu dan berjalan dengan agak pincang membawa kantong yang berisikan minyak goreng dan sekarung beras 20 kg yang dibawakan oleh seorang murid Tzu Zhong, Yu Huai Her(16). Ternyata Ibu yang menangis tersebut  dikenal dengan nama Sri Lestari (55), ibu dari satu anak ini tidak dapat berdiri dan berjalan dengan sempurna dikarenakan sakit yang sedang dideritanya sehingga ia sempat jatuh saat mengantri dan terluka kakinya.

Yu Huai Her berusaha menenangkan Sri sambil terus membopong karung beras 20 kg di pundak kanannya dan tangan kirinya merangkul Sri tanpa ragu. Dalam perjalanan mereka sempat berhenti untuk duduk beristirahat sejenak sambil mengobati luka Sri. Yu Huai Her merasa sedih melihat Sri terluka saat mengantri beras dan tidak ada keluarganya yang datang membantu untuk mengangkut beras tersebut. ”Sudah  seharusnya kita datang dan membantu mereka agar hati mereka dapat terbantu,” ujar Yu Huai Her.

foto  foto

Keterangan :

  • Sri Lestari (55) bersama suaminya Maktiran (57) merasa tersentuh akan perhatian yang diberikan relawan Tzu Chi. (kiri)
  • Perhatian dan ketulusan dalam memberi menjadi prinsip relawan Tzu Chi dalam setiap kegiatan kemanusiaannya. (kanan)

Tidak lama kemudian, Sri dijemput oleh Sang Suami yaitu Pak Maktiran (57), dengan menggunakan  becak. Ternyata Pak Maktiran bekerja sebagai penarik becak guna menafkahi keluarganya, penghasilan yang ia terima pun tidak menentu terkadang Rp 20.000 - 25.000,-/hari itupun terkadang digunakan  untuk Ibu Sri berobat 2 kali seminggu. Tiba-tiba Sri kembali menangis dan terlihat menyapu kedua matanya yang berlinang air mata dan ini bukan yang pertama kalinya.”Ibu merasa terharu dengan pemberian dan perhatian kalian semua,” ujar Pak Maktiran sambil tersenyum kecil kepada kami.

Pak Maktiran menjelaskan bahwa bukan pertama kalinya  dia mendengar tentang Yayasan Buddha Tzu Chi, di benak sang bapak, Tzu Chi itu merupakan sebuah organisasi yang berbaik hati menolong mereka yang kurang mampu tanpa pandang suku, agama maupun ras. ”Saya merasa sangat tersentuh atas perhatian yang kalian semua berikan kepada keluarga kami juga para warga sekitar pademangan ini, mudah-mudahan Tzu Chi dapat terus berbagi dan menyebarkan cinta kasihnya,” ujar Pak Maktiran.

  
 

Artikel Terkait

Suara Kasih: Menyelaraskan Hati

Suara Kasih: Menyelaraskan Hati

30 April 2012 Melihat insan Tzu Chi membimbing anak-anak ke arah yang baik, saya sungguh merasa tersentuh. Kita juga dapat melihat instansi pelestarian lingkungan di Shanghai mengadakan kegiatan untuk mensosialisasikan pelestarian lingkungan.
Banjir 2020: Layanan Kesehatan dan Bantuan Logistik untuk Korban Banjir di Lebak

Banjir 2020: Layanan Kesehatan dan Bantuan Logistik untuk Korban Banjir di Lebak

06 Januari 2020

Akibat longsor dan banjir bandang di Lebak, Banten, 17.200 jiwa atau 4.368 kepala keluarga (KK) harus mengungsi ke lokasi yang aman. Tzu Chi Indonesia memberikan bantuan medis dan logistik untuk para pengungsi.

Dharma Secangkir Teh

Dharma Secangkir Teh

07 Desember 2016

Setiap etiket di Cha Dao harus dilakukan dengan penuh kesabaran dan ketenangan jiwa barulah  bisa mendapatkan secawan teh yang harum. Hal ini dilakukan pada sesi Jing Si Cha Dao dalam kegiatan festival budaya humanis Tzu Chi pada 4 Desember 2016.

Ada tiga "tiada" di dunia ini, tiada orang yang tidak saya cintai, tiada orang yang tidak saya percayai, tiada orang yang tidak saya maafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -