Cakap Mendampingi Pasien dan Pelayanan yang Maksimal

Jurnalis : Suyanti Samad (He Qi Timur), Fotografer : Suyanti Samad (He Qi Timur), Dokumentasi Tzu Chi


Sebanyak 837 insan Tzu Chi Indonesia mengikuti pelatihan ketiga relawan pemerhati rumah sakit melalui aplikasi Zoom.

Sebagai langkah persiapan beroperasinya Tzu Chi Hospital, tidak hanya mempersiapkan hardware-nya yang high-tech, namun juga software-nya yang high-touch, dalam hal ini adalah pendukung tenaga medis, yakni relawan pemerhati. “Total pelatihan kita adalah 6 bulan berturut-turut. Di bulan pertama, kita sudah sama-sama mendengarkan materi tentang sejarah bagaimana misi kesehatan Tzu Chi dimulai. Kita juga sudah mendengarkan sharing dari dokter Gunawan dan Prof. Satya Negara, bagaimana Tzu Chi Hospital itu dibangun. Sejarah, latar belakang, visi misi dan lainnya seperti apa. Itu yang sudah kita dengar di sesi yang pertama,” jelas Suriadi, Kepala Sekretariat Tzu Chi Indonesia saat me-refresh kembali materi sharing di pelatihan pertama relawan pemerhati rumah sakit pada 6 September 2020 lalu.

Selanjutnya, Suriadi juga mengulas kembali materi di pelatihan kedua pada 4 Oktober 2020. “Sesi yang kedua, kita juga sudah mendengarkan sharing dari Direktur Tzu Chi Hospital, yang ada di Taipei, Prof. dr. Chao You-Chen. Beliau waktu itu sharing dengan kita, bagaimana penerapan budaya humanis yang ada di rumah sakit Tzu Chi di Taipei. Selain itu, masih ada ibu Rohani, Kepala Perawatan Tzu Chi Hospital, sharing tentang pelayanan apa saja yang ada di Tzu Chi Hospital,” harap Suriadi.  

Untuk mengawali pelatihan ke tiga relawan pemerhati rumah sakit pada Minggu, 01 November 2020, Suriadi, yang menjadi pemandu acara mengajak para peserta untuk membacakan dan mempraktekkan Visi, Misi, dan Value Tzu Chi Hospital. Sebanyak 837 insan Tzu Chi yang mengikuti pelatihan ini melalui aplikasi Zoom.


Suriadi, Kepala Sekretariat Tzu Chi Indonesia yang menjadi pemandu acara mengajak para peserta untuk membacakan dan mempraktekkan Visi, Misi, dan Value Tzu Chi Hospital.

Bersemangat Memperhatikan Pasien
Setiap rumah sakit hingga saat ini lebih menekankan pada pengobatan yang tepat untuk membuat pasien pulih kembali dengan nyaman. Para dokter dan perawat, serta para relawan pemerhati juga merupakan bagian dari tujuan tersebut. “Bagaimana memberikan pengobatan yang baik dan memiliki budaya humanis Tzu Chi?” tanya Yan Hui-Mei.  Relawan Yan Hui-Mei merupakan relawan pemerhati pertama sejak hari pertama Hualien Tzu Chi Hospital didirikan pada 17 Agustus 1986. Hingga saat ini, ia masih terus membimbing dan menginspirasi relawan pemerhati lainnya.

“Karena saat pasien datang ke rumah sakit, itu bukanlah kemauan mereka. Tidak ada orang yang suka datang ke rumah sakit. Jadi, kita harus seperti menyambut teman baik, atau anggota keluarga kita. Wajah kita harus tesenyum. Kita menyambut mereka di rumah sakit dengan senyuman, agar mereka tahu bahwa mereka tidak sendirian. Kita akan melayani di sisi mereka kapan pun dibutuhkan,” kata Yan Hui-Mei. “Dimana kita dibutuhkan untuk melayani, kita harus membungkukkan badan. Tangan dan kaki harus cekatan,” Tambah Yan Hui-Mei, yang telah menjadi relawan pemerhati Tzu Chi selama 44 tahun.

Lebih lanjut, Yan Hui-Mei menjelaskan mata kita juga harus jeli. Orang yang masuk, mungkin adalah pasien, pengunjung, atau orang dengan keperluan tertentu.  Saat mereka masuk, kita harus tahu kira-kira apa tujuan kedatangan mereka. Kita bisa mengarahkan mereka, agar mereka tiba lebih cepat ke tempat tujuan.

“Yang paling harus kita amati ialah pasien. Karena saat masuk mereka biasanya bingung. Mata mereka akan terus melihat ke sana kemari, sembari berpikir harus pergi ke bagian mana. Saat itu, kita sebagai relawan harus menghampiri dan menanyakan apakah ada yang bisa dibantu. Biasanya pasien akan memberitahu kita tujuan mereka. Kita harus mengantar mereka,” kata Yan Hui-Mei.

Insan Tzu Chi harus saling menyemangati serta melayani masyarakat dengan cinta kasih, tidak membedakan ras, agama, negara, dan tidak membedakan kaya atau miskin. Relawan pemerhati melayani semua orang dengan pandangan welas asih yang setara. Inilah yang harus dilakukan terhadap orang yang menderita. “Adakalanya, saat melakukan survei, kita akan membawa mereka berobat ke rumah sakit. Jadi kita harus menyayangi mereka. Kita harus terjun ke masyarakat untuk mencabut penderitaan. Inilah semangat Tzu Chi,” tutur Yan Hui-Mei.


Yan Hui-Mei, yang telah menjadi relawan pemerhati Tzu Chi selama 44 tahun berbagi pengalaman dengan para peserta pelatihan ketiga relawan pemerhati rumah sakit.

Semangat Tzu Chi inilah dituangkan dalam pelayanan relawan. Pertama, kita harus menempatkan diri di posisi mereka. Kedua, kita harus melayani semaksimal mungkin. Ketiga, kita harus aktif dan penuh inisiatif. Keempat, bersiap atas rasa haru yang tak terduga.

“Jadi relawan adalah perangkat lunak di tengah perangkat lunak rumah sakit. Kehadiran kita dapat membuat rumah sakit lebih hangat, pasien lebih memiliki sandaran, dan para tenaga medis memiliki relawan yang mendampingi sehingga pengobatan pasien dapat berjalan lebih cepat. Inilah semangat relawan pemerhati Tzu Chi Hospital,” kata Yan Hui-Mei saat sharing pengalamannya menjadi relawan pemerhati rumah sakit.

Keselamatan Pasien, Privasi Pasien dan Pencegahan Penyakit Infeksi
Bekerja di rumah sakit melibatkan banyak orang dan banyak alat, sehingga rawan salah. Kelalaian identifikasi pasien dapat berakibat sangat serius. Untuk tindakan operasi, bila tidak dikelola dengan baik, bisa berakibat fatal. “Bagaimana dengan Tzu Chi Hospital?” tanya dokter Santoso Kurniawan, MM, Manager Pelayanan Medisvdi Tzu Chi Hospital.

“Setelah belajar dari kasus-kasus yang terjadi, WHO (World Health Organization) merekomendasikan enam sasaran keselamatan pasien. Ketepatan identifikasi pasien, peningkatan komunikasi yang efektif, peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high alert medication), kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien operasi, pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan, serta pengurangan resiko pasien jatuh,” lanjut dokter Santoso Kurniawan.

Semua kegiatan pasien selama di rumah sakit dimulai dari identifikasi pasien. Sasaran ketepatan identifikasi pasien harus dibuat sesuai dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP), kunjungan, lokasi, dan juga warna gelang.

“Data pasien harus dibuat dengan benar dan lengkap. Pasien harus memberikan informasi tentang riwayat alergi terhadap obat. Pasien juga akan diminta untuk menandatangani form General Consert, akhirnya pasien mendapat nomor Medical Record. Semua data tersebut akan disimpan di electronic medical record,” tambah dokter Santoso Kurniawan yang mulai bergabung dengan Tzu Chi Hospital pada 2019 tersebut.

Menurut dokter Santoso Kurniawan, WHO dan Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS) menetapkan adanya identifikasi pasien pada Sasaran Ketepatan Pasien. “Di Tzu Chi Hospital, selain menerapkan aktif identifikasi pasien,  pelayanan juga ditambahkan dengan electronic medical report (trak care) yang lebih menjamin ketepatan identifikasi pasien,” jelasnya.

Selain itu, bila pasien hendak diberikan obat, maka harus memperhatikan lima prinsip benar yang berfungsi untuk mencegah terjadinya kesalahan. “Benar pasiennya, benar obat yang akan diberikan, benar dosisnya, dan juga tidak ada alergi obat. Benar cara pemberiannya, apakah dengan diminum, disuntik, atau diteteskan. Benar waktu pemberian obatnya. Selain itu, kita juga dibantu secara system electronic medical report (trak care,” kata dokter Santoso Kurniawan saat menerangkan mengenai peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high alert medication).

Dokter Santoso Kurniawan, MM, Manager Pelayanan Medis, di Tzu Chi Hospital menjelaskan tentang prosedur pelayanan medis yang akan dilakukan oleh Tzu Chi Hospital.

Selanjutnya, dokter Santoso Kurniawan menambahkan bahwa dari International Patient Safety Goal (WHO) dan KARS mewajibkan pembelian dan penyimpanan yang benar, dan verifikasi obat. Di Tzu Chi Hospital, juga menambahkan kantong obat informative (dilengkapi dengan nama pasien, cara konsumsi obat, efek samping obat, tanggal kadaluarsa obat, dokter yang meresepkan obat, dan foto obat) dan electronic medical report (trak care) untuk meminimalkan terjadinya kesalahan.

Prosedur tindakan operasi di Tzu Chi Hospital meliputi benar pasien, benar lokasi operasi (apakah tubuh sebelah kiri atau sebelah kanan), benar prosedur operasi dan mencegah tertinggalnya benda asing di dalam tubuh pasien. “Pada sasaran keempat, tindakan pembedahan, selain sign-in (verifikasi persiapan operasi), time out (verifikasi ulang sebelum memulai sayatan), sign-out (cegah tertinggal benda asing di dalam tubuh pasien) dari WHO dan KARS. Tzu Chi Hospital tetap dibantu electronic medical report (trak care) dimana pasien akan diperiksa kembali, sebelum dilakukan tindakan operasi,” jelas dokter Santoso Kurniawan.

Lebih lanjut, dokter Santoso menjelaskan pada sasaran kelima tentang menurunkan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan, bahwa dipersyaratan WHO, adalah aktif hand hygiene, namun di Tzu Chi Hospital, untuk mengurangi resiko infeksi, menyediakan laminar air-flow, ruangan bertekanan positif atau negatif.

Sasaran keenam, pengurangan resiko pasien jatuh, sangat penting dilakukan karena sangat buruk dampaknya bila pasien sampai jatuh. Pasien bisa menjadi luka, patah tulang, bahkan bisa berakibat pada kematian. “Faktor yang meningkatkan resiko jatuh disebabkan gangguan fungsional (pasien berusia lanjut, pasien pernah menderita stroke, pasien dengan riwayat patah tulang), penurunan kesadaran sangat beresiko rentan jatuh, konsumsi obat tertentu (misal obat tidur, obat penghilang rasa mual, obat penghilang alergi, yang dapat menyebabkan timbulnya ngantuk), dan situasi lingkungan rumash sakit (lantai licin, tangga, banyak furniture, cahaya yang kurang terang),” tambah dokter Santoso Kurniawan.

Untuk sasaran keenam ini, Tzu Chi Hospital, tidak hanya aktif screening resiko jatuh, menggunakan alat yang dapat mencegah pasien jatuh, sesuai dengan standard WHO, tetapi juga menyediakan gedung yang ramah lingkungan.

Semua rumah sakit wajib melaksanakan enam sasaran keselamatan pasien. Namun ada sebagian rumah sakit melengkapi electronic medical report, laminar air-flow, positive/negative pressure, gedung ramah lingkungan serta privasi pasien terlindungi. “Tzu Chi Hospital juga akan menerapkan semuanya. Namun yang membedakan dengan rumah sakit lainnya, akan menerapkan Visi, Misi, dan Value Tzu Chi Hospital, Budaya Humanis Tzu Chi, gan en, zun zhong, ai sehingga Tzu Chi Hospital lebih aman dan nyaman,” tutupnya.

Pengetahuan Dasar, Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

 

Dalam kegiatan ini, Pengetahuan Dasar, Pencegahan dan Pengendalian Infeksi juga dijelaskan oleh Novi Kartika Sari, Infection Prevention Control Nurse.

Materi dalam pelatihan relawan pemerhati kali ini juga membahas tentang Infeksi. Infeksi sendiri adalah suatu keadaan saat tubuh kemasukkan bibit penyakit (kuman) sehingga menimbulkan reaksi tubuh berupa gejala demam (panas). Bila gejala demam bersifat mendadak maka disebabkan oleh infeksi virus. Bila demam secara bertahap (lambat) maka disebabkan oleh infeksi bakteri.

Setiap orang dapat terkena infeksi, tetapi setiap orang juga dapat mencegah infeksi. Bagaimana cara memutuskan rantai infeksi? “Cuci tangan, menggunakan alat pelindung diri, kebersihan lingkungan, etika batuk, kenali cara penularan,” kata Novi Kartika Sari, Infection Prevention Control Nurse saat menjelaskan tindakan preventif untuk mencegah infeksi.


Myra Aulia, relawan komunitas Tzu Chi komunitas He Qi Pusat saat mengikuti pelatihan ketiga relawan pemerhati rumah sakit.

Para relawan yang ikut dalam pelatihan ketiga relawan pemerhati rumah sakit ini juga sangat bersyukur. Dengan adanya pelatihan ini, para relawan mendapatkan pengetahuan yang mendasar tentang menjaga kebersihan untuk menghindari infeksi. “Dengan ikut training ketiga ini, saya belajar untuk lebih memperhatikan kebersihan diri dengan praktek cuci tangan yang benar,” pungkas Myra Aulia, relawan Tzu Chi dari komunitas He Qi Pusat.

Editor: Arimami Suryo A.


Artikel Terkait

Cakap Mendampingi Pasien dan Pelayanan yang Maksimal

Cakap Mendampingi Pasien dan Pelayanan yang Maksimal

06 November 2020

Sebagai langkah persiapan beroperasinya Tzu Chi Hospital, Tzu Chi Indonesia secara bertahap melakukan pelatihan-pelatihan kepada staf serta relawan pemerhati rumah sakit. Dalam pelatihan relawan pemerhati rumah sakit yang ketiga ini, diikuti oleh 837 insan Tzu Chi melalui aplikasi Zoom.

Kita hendaknya bisa menyadari, menghargai, dan terus menanam berkah.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -