Cegah Stunting di Pondok 3 Sungai Basung

Jurnalis : Nurhayati Monita (Tzu Chi Cabang Sinar Mas) , Fotografer : Tyas Ayu Rahadila (Tzu Chi Cabang Sinar Mas)

Novita berpesan kepada ibu-ibu untuk memperhatikan gizi anak mereka terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan (HPK).

“Adanya keluarga yang sehat, baru ada masyarakat yang baik, masyarakat yang baik akan menciptakan negara yang baik pula’’
-Kata Perenungan Master Cheng Yen-

Senin sore yang cerah menyemangati langkah kaki relawan Tzu Chi di Xie Li Kutai Barat (Kubar) wilayah 3 menuju Kantor Divisi 1 Sungai Basung Estate (SBAE). Hari itu (27/11/23) relawan menjalin jodoh dengan 30 ibu-ibu karyawan Pondok 1 SBAE dengan memberikan sosialisasi pencegahan stunting.

Sosialisasi pencegahan stunting ini memberikan informasi seputar stunting kepada karyawan agar nantinya dapat diterapkan dan menjadikan anak-anak tumbuh sehat dan terhindar dari stunting. Kali ini Novita, relawan Dharma Wanita yang juga praktisi yang bekerja di pemerintahan daerah Kabupaten Kutai Barat dalam program kerja pengentasan stunting, menjadi pemateri.

“Ibu-ibu tahu tidak apa itu stunting?” tanyanya membuka acara.

Tampak wajah kebingungan ibu-ibu karena belum pernah mendengar kata stunting. “Belum tahu bu,” jawab ibu-ibu serentak.

Novita melanjutkan jika stunting merupakan gangguan tumbuh kembang yang bisa terjadi pada anak akibat kekurangan gizi kronis pada periode awal pertumbuhannya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah anak lahir. Ia menambahkan jika 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) adalah fase kehidupan yang dimulai sejak terbentuknya janin pada saat kehamilan (270 hari) sampai dengan anak berusia 2 tahun (730 hari). Pada periode inilah organ-organ vital (otak, hati, jantung, ginjal, tulang, tangan atau lengan, kaki dan organ tubuh lainnya mulai terbentuk dan terus berkembang.

“Ibu-ibu perlu diingat ya, bahwa sejak awal sekali kehamilan, sejak janin mulai tumbuh, gizinya harus betul-betul diperhatikan,” jelasnya.

Ibu-ibu menyimak penyuluhan pencegahan stunting dengan penuh perhatian.

Novita menjelaskan jika stunting memiliki gejala seperti postur tubuh anak lebih pendek dari usianya, proporsi tubuh cenderung normal tetapi anak terlihat lebih muda dan kecil untuk usianya, berat badan rendah untuk usianya dan pertumbuhan tulang tertunda. Dampak yang terjadi pada anak yang mengalami stunting adalah mengganggu pertumbuhan tinggi dan berat anak, tumbuh kembang anak tidak optimal, mempengaruhi kecerdasan dan kemampuan belajar serta anak menjadi mudah terserang penyakit.

Stunting sendiri penyakit yang tidak dapat diobati, namun stunting hanya dapat dicegah. Stunting bisa dicegah dengan “ABCDE Bebas Stunting”, yaitu  (1) Aktif minum tablet tambah darah, (2) Bumil teratur periksa kehamilan minimal 6 kali, (3) Cukupi konsumsi protein, (4) Datang ke posyandu setiap bulan, dan (5) Ekslusif ASI 6 bulan.

Mustari, salah satu peserta berterima kasih atas sosialisasi ini. Ia mewakili ibu-ibu yang lain baru kali ini mengetahui tentang stunting. “Wah terima kasih sekali ya kami juga baru tahu apa itu stunting. Karena baru kali ini kita mendapat informasinya. Kami jadi mulai paham apa yang harus dilakukan ketika hamil, harus jaga makanan dan pola hidup sehat,” ujarnya.

Mengingat pentingnya sosialisasi pencegahan stunting inilah yang mendasari para relawan bersemangat agar semua anak dapat terhindar dari stunting karena memiliki anak yang sehat dan cerdas adalah impian setiap orang tua.

“Kami berharap dengan adanya sosialisasi ini, ibu-ibu di sekitar kita memiliki pemahaman yang baik pentingnya menjaga anak-anak sejak dalam kandungan, agar anaknya tidak mengalami stunting. Sebab anak-anak yang tumbuh sehat menjadi generasi emas yang nantinya akan meneruskan perjuangan kita untuk menebarkan kabajikan dan cinta kasih kepada umat manusia di dunia ini, sebagaimana yang telah diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa kepada kita sejak lahir,” pungkas Susan Rosita Simanjuntak, relawan Dharma Wanita.

Editor: Khusnul Khotimah

Artikel Terkait

Menumbuhkan Kepedulian untuk Cegah Stunting

Menumbuhkan Kepedulian untuk Cegah Stunting

24 Agustus 2020
Tzu Chi Sinar Mas bersama Universitas Hasanuddin Makassar mengadakan webinar dengan tema “Optimalisasi Pangan Lokal Bagi Kelompok Rentan Gizi” pada hari Sabtu 8 Agustus 2020. Diikuti oleh 640 peserta yang terdiri dari dari relawan, dosen, mahasiswa, pihak pemerintahan dan pihak-pihak terkait lainnya.
Sosialisasi Pencegahan Stunting

Sosialisasi Pencegahan Stunting

13 Juli 2023

Nova Triana Tarigan dan sembilan relawan Tzu Chi lainnya di Kutai Barat, Kalimantan Timur memberikan sosialisasi pencegahan stunting di Balai Penitipan Anak di lingkungan PT Harapan Rimba Raya, Jumat (7/7/2023).

Memulai Langkah Cegah Stunting di Desa Sentabai

Memulai Langkah Cegah Stunting di Desa Sentabai

05 Maret 2020

Relawan Tzu Chi Sinar Mas bersama-sama dengan Pemerintah Daerah setempat dan warga secara resmi membuka Program Desa Binaan Pencegahan Stunting di Desa Sentabai, Kalimantan Barat (28/02/2020). Program yang berkerja sama dengan Tim Percepatan Pencegahan Anak Kerdil (TP2AK) dan Pemerintah Daerah ini akan dilaksanakan selama 1 tahun kedepan.

Cemberut dan tersenyum, keduanya adalah ekspresi. Mengapa tidak memilih tersenyum saja?
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -