Cerita dari Gathering Relawan 3 in 1

Jurnalis : Mei Hui (He Qi Utara), Fotografer : Hadi Pranoto, Juliana Santy
 
 

fotoSetiap koordinator relawan 3 in 1 dari He Qi (Utara, Barat, Selatan, Timur) dan Kantor Penghubung mempresentasikan kondisi relawan 3 in 1 di wilayahnya masing-masing, tantangan, dan juga harapan mereka.

Sabtu pagi tanggal 16 Juli 2011, di halaman RSKB Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, Jakarta Barat tampak berkumpul relawan dari tim dokumentasi Tzu Chi atau  yang disebut 3 in 1 (video, foto, dan tulisan). Setelah beberapa minggu disosialisasikan dan dipersiapkan oleh panitia, akhirnya tiba harinya para relawan mengikuti Gathering Relawan 3 in 1.

 

 

Gathering yang diselenggarakan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia ini diikuti oleh 32 orang peserta yang berasal dari Jakarta (He Qi Utara, Barat, Timur, Selatan) dan kantor penghubung (Bali, Makasar, Pekanbaru, Singkawang, Tangerang), bertempat di Villa Lotus Puncak, Jawa Barat. Pada tanggal 16 dan 17 Juli 2011, para relawan mengikuti berbagai sharing dan acara yang dipersiapkan oleh Tim 3 in 1 Yayasan Buddha Tzu Chi untuk memperdalam prinsip Tzu Chi dan menjalin kebersamaan. 

Acara dibuka dengan pemutaran video 40 Tahun Budaya Humanis Tzu Chi. Video ini mengisahkan masa awal dokumentasi Tzu Chi tahun 1967 di Taiwan yang dirintis oleh Master Cheng Yen (pendiri Yayasan Buddha Tzu Chi) sampai perjuangan relawan dokumentasi meliput berbagai kegiatan dan kisah insan Tzu Chi, juga kejadian-kejadian di belahan dunia lainnya.

Sharing mengenai videografi dibawakan oleh Hendrik Ng dan sharing fotografi dari Anand Yayhya, mengundang tanya jawab dan sharing dari peserta. Setelah itu peserta dibagi menjadi enam kelompok dan diajak bermain dalam “Rally Foto”. Dalam rally foto ini tiap kelompok mengunjungi delapan pos yang telah ditentukan untuk menemukan obyek foto sesuai petunjuk teka-teki di kertas yang dibagikan oleh panitia. Tiap kelompok diberikan waktu satu jam untuk menemukan jawaban atas delapan teka-teki tersebut dan menuangkan bentuk obyek foto dan pantun/puisi kreatif. Sungguh suatu kegiatan yang menggalang kekompakan dan kerja sama juga kreativitas tim.

foto  foto

Keterangan :

  • Selama gathering ini relawan tidak hanya diajarkan tentang teknik pengambilan video dan foto yang baik, namun juga memperdalam pengetahuan mereka tentang filosofi Tzu Chi. (kiri)
  • Hendrik Shixiong, Head Division Humanitarian DAAI TV Indonesia menjelaskan mengenai teknik dasar dalam merekam video kepada para relawan 3 in 1.(kanan)

Semangat dan perjuangan relawan 3 in 1 di kantor penghubung sangat membanggakan. Meskipun jumlah relawan 3 in1 di daerah sangat terbatas, mereka tanpa patah semangat tetap berkarya melalui foto dan tulisan. Ini terungkap pada sesi sharing dari wakil setiap He Qi dan kantor penghubung mengenai kegiatan 3 in1 di masing-masing daerah dan kendala-kendala yang dihadapi. Henny Laurence Shijie dari Makassar menceritakan dahulu artikel yang ditulisnya masih berupa naskah tulisan tangan dan foto yang ditempel di kertas putih dan dikirim ke Kantor Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia melalui pos. Seiring waktu, berkarya di Tzu Chi menjadi wadah belajar dan mengembangkan diri, sehingga kini naskah tulisannya diketik dan file foto dikirim melalui e-mail ke Jakarta.

Merasakan dengan Hati
Di hari kedua, relawan senior asal Malaysia, Lim Jishou Shixiong menyampaikan sharing yang amat menginspirasi mengenai liputan 3 in 1. Dalam meliput, 3 in 1 harus bisa masuk dan berpartisipasi dalam empat misi Tzu Chi, yaitu misi amal, kesehatan, pendidikan, dan budaya kemanusiaan. Sesungguhnya yang diperlukan adalah cerita bukan berita.  Sekalipun waktu telah berlalu, cerita akan tetap ada. Jishou Shixiong berpesan kepada para relawan, “Feel it First, merasakan. turun, lihat dan rasakan. Gunakan hati kita untuk mengerti hati orang lain. 3 in 1 adalah menjaga hati, bukan menjaga kerja saja.”

Ia berbagi cerita, ketika Master Cheng Yen sedang meninjau pembukaan sekolah, Master Cheng Yen berjongkok dan melihat meja dari posisi jongkoknya. Ini adalah cara beliau memposisikan dirinya memandang dari sudut pandang siswa yang masih kecil untuk melihat apa yang mereka lihat. “Jangan menggunakan sudat pandang (angle) sendiri untuk melihat orang lain. Acara anak kecil, gunakan sudut pandang anak kecil. Acara orang tua,gunakan sudut pandang orang tua,” demikian inspirasi dari Jishou Shixiong.

foto  foto

Keterangan :

  • Kegiatan ini diikuti oleh sekitar 32 peserta yang terdiri dari relawan Jakarta (He Qi Utara, Barat, Timur, dan Selatan), Pekanbaru, Makasar, Singkawang dan Bali. (kiri)
  • Peserta gathering juga berdoa bersama agar dunia terhindar dari bencana. Kegiatan yang ditujukan untuk mempererat relawan 3 in 1 Tzu Chi di Indonesia ini diikuti oleh 32 peserta yang berasal dari Jakarta, Pekanbaru, Makassar, Singkawang dan Bali.(kanan)

Merekam Jejak Langkah
Saat ini di Pantai Indah Kapuk (PIK) sedang dibangun Aula Jing Si yang berdiri di atas lahan seluas 10 hektar. Aula Jing Si menjadi pusat kegiatan yang merekam jejak sejarah kegiatan Tzu Chi. Di dalamnya terdapat Jing Si Exhibition Hall dengan luas 1.600 m2, yang berisi poster sejarah Tzu Chi internasional dan Indonesia dalam semua misi Tzu Chi, hasil karya para relawan. Pemimpin Redaksi Majalah Dunia Tzu Chi Ivana Shijie mengajak para peserta melihat ke dalam Jing Si Exhibition Hall melalui presentasi gambar tiga dimensi di layar. Ruang ini membutuhkan banyak catatan sejarah hasil para relawan yang mendokumentasikan kegiatan Tzu Chi.

Agus Hartono Shixiong, relawan Tzu Chi yang juga Wakil Pemimpin Umum Majalah dan Buletin Tzu Chi menyampaikan kata penutup. “Zhen Shan Mei” adalah prinsip dasar dari dokumentasi Tzu Chi. Para relawan 3 in 1 harus memegang teguh prinsip ini dalam merekam jejak sejarah Tzu Chi. “Zhen” berarti benar, artinya sesuai dengan kenyataan yang terjadi. “Shan berarti bajik, artinya mengandung nilai-nilai kebaikan. “Mei” berarti indah, artinya disampaikan dengan bahasa yang indah.

Di layar ditampilkan foto yang melegenda yaitu komite-komite perempuan yang sedang mendorong bus yang mogok, hasil karya Master Cheng Yen.  Ibu Liu Su Mei, Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia juga adalah relawan 3 in 1 pertama di Indonesia yang telah mengabadikan kegiatan di masa awal Tzu Chi Indonesia. Berkat cerita yang dicatat sepanjang kurun waktu 44 tahun ini, kita bisa mengetahui sejarah Tzu Chi dan bergabung di Tzu Chi. Karenanya, Agus Shixiong mengajak seluruh relawan untuk melanjutkan tongkat estafet ini, tidak berputus asa, mencatat sejarah dari banyak kegiatan Tzu Chi agar tidak menguap begitu saja.

Acara ditutup dengan doa dan foto bersama. Kemudian rombongan peserta bergerak masuk ke bus yayasan berwarna biru. Selama perjalanan pulang, suasana di dalam bus sangat semarak dengan nyanyian dan canda tawa dari peserta, berkah kebersamaan selama dua hari.  Gathering ini mengobarkan semangat relawan 3 in 1 untuk terus mendokumentasikan cerita Tzu Chi, mengembangkan relawan 3 in 1 Tzu Chi di Indonesia.

  
 

Artikel Terkait

Bingkisan Cinta Kasih Untuk Warga Kapuk Muara

Bingkisan Cinta Kasih Untuk Warga Kapuk Muara

14 Agustus 2013 Menjelang lebaran, tanggal 3 Agustus 2013, berlokasi di SMP Islam Al Muttaqin, warga Kelurahan Kapuk Muara, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara khususnya para lansia, janda, dan anak yatim piatu, mendapat bingkisan cinta kasih dari Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia.
Persiapan Pengiriman Bantuan Kemanusiaan bagi Korban Gempa Turki

Persiapan Pengiriman Bantuan Kemanusiaan bagi Korban Gempa Turki

17 Februari 2023

Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia mempersiapkan bantuan selimut dan genset untuk masyarakat Turki yang terdampak gempa bumi melalui pemerintah Republik Indonesia.

Kunjungan Para Wanita Katolik RI

Kunjungan Para Wanita Katolik RI

04 Agustus 2013 Kunjungan ini tentu saja mendapat sambutan hangat dari para relawan. Demi menyambut tamu yang akan hadir, berbagai persiapan dilakukan mulai dari materi dan presentasi yang akan disampaikan, penyambutan, logistik, hingga konsumsi.
Ada tiga "tiada" di dunia ini, tiada orang yang tidak saya cintai, tiada orang yang tidak saya percayai, tiada orang yang tidak saya maafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -