Suasana pembasuhan kaki Ibu diikuti oleh 30 pasangan ibu dan anak. Terlihat wajah para ibu begitu haru saat anak-anak mereka membasuh kaki dengan penuh perasaan. Acara basuh kaki orang tua in berlangsung di Aula Perguruan Sultan Agung.
Sebagai wujud nyata rasa syukur dan terima kasih atas kebaikan serta perjuangan seorang ibu terhadap anaknya, relawan Tzu Chi dari komunitas Pematang Siantar kembali mengadakan perayaan Hari Ibu. Kegiatan ini dirangkaikan dalam peringatan tiga momen besar Tzu Chi, yaitu Hari Raya Waisak, Hari Ibu Internasional, dan Hari Tzu Chi Sedunia. Acara berlangsung di Aula Perguruan Sultan Agung dan didukung oleh 25 relawan.
Peringatan Hari Ibu merupakan momen istimewa bagi anak-anak untuk mengenang kembali kebaikan, pengorbanan, dan perjuangan seorang ibu dalam merawat serta membesarkan anak-anaknya dengan penuh kasih sayang. Pada perayaan ini, hadir 30 peserta yang terdiri dari pasangan ibu dan anak.
Acara dibuka dengan sosialisasi tentang Yayasan Buddha Tzu Chi yang menjalankan misi kemanusiaan di berbagai bidang. Setelah itu, ditampilkan peragaan bahasa isyarat tangan berjudul "Gei Ni" yang diiringi alunan biola oleh Magnif Bastianraya Silitonga.
Koordinator acara, Ai Ly, membuka acara dengan menyampaikan pesan bahwa anak yang berbakti akan selalu mengingat orang tuanya, di mana pun berada, dan itu menjadi dasar dari setiap kebajikan yang dilakukan.
Para relawan tzu Chi juga mengenalkan persembahan bahasa isyarat tangan dengan tema "Gei Ni" yang dibawakan oleh relawan Tzu Chi diiringi alunan gesekan alat musik biola dimainkan oleh Magnif.
Liuvenia turut membawakan lagu "Bunda", yang dipadukan dengan tayangan foto-foto masa kecil relawan Tzu Chi bersama kedua orang tua mereka, memperkuat suasana haru.
Salah satu momen paling menyentuh adalah sesi pembasuhan kaki orang tua. Dengan diiringi lagu "Ce Sang Ce You Mama Hao" (Di Dunia Ini, Mama yang Terbaik) yang dimainkan dengan lembut menggunakan biola, para peserta menjalani prosesi pembasuhan kaki, penyuguhan teh, menyuapi kue, memijat pundak, dan bersujud kepada ibu masing-masing. Tangis haru pun tak terbendung, baik dari relawan maupun peserta yang merasakan kasih sayang mendalam dalam momen tersebut.
Narasi penuh makna dari Mei Ling, yang mengisahkan perjuangan seorang ibu sejak mengandung hingga membesarkan anak, menambah kedalaman emosi dalam ruangan. Pada sesi pelukan hangat antara ibu dan anak, terasa bahwa cinta seorang ibu tak akan pernah sirna.
Cici Teratai, salah satu tamu undangan, mengungkapkan rasa bahagianya bisa mengikuti acara ini. Ia bahkan mengajak suaminya untuk ikut membasuh kaki sang ibu. “Ini pertama kali saya ikut, sangat menyentuh hati dan menjadi momen berharga bagi saya dan keluarga,” ujar Cici.

Cici Teratai (dua dari kiri) baru pertama kali mengikuti sesi pembasuhan kaki. Ia turut mengajak suami dan mertuanya untuk ikut dalam kegiatan ini. Acara peringatan hari ibu ini diikuti oleh 30 peserta yang terdiri dari pasangan ibu dan anak.
Setelah pembasuhan kaki selesai, acara ditutup dengan pelukan hangat antara ibu dan anak, yang melambangkan kedekatan, kehangatan, serta tumbuhnya kasih sayang yang lebih mendalam.
Ai Ly, penanggung jawab acara, menyampaikan rasa syukurnya atas terselenggaranya kegiatan ini. “Kami ingin memfasilitasi anak-anak untuk membasuh kaki orang tuanya. Selain itu, sangat penting sejak dini mengajarkan anak tentang kasih sayang dan balas budi kepada orang tua melalui sikap berbakti. Anak yang berbakti, di mana pun ia berada, akan selalu teringat orang tuanya. Ini menjadi dasar bagi setiap perbuatan baik dalam hidupnya,” tutur Ai Ly.
Rasa haru juga disampaikan oleh Susanti setelah mengikuti acara ini. “Selama ini saya yang selalu melayani anak-anak. Ketika tiba-tiba saya yang dilayani, rasanya sedih dan haru. Saya jadi punya keinginan untuk panjang umur dan tetap sehat, agar tidak merepotkan anak-anak saya di masa tua,” ungkapnya.
Melalui kegiatan ini, diharapkan tumbuh kesadaran untuk selalu bersyukur dan menghargai apa yang dimiliki saat ini, baik yang masih memiliki orang tua maupun yang telah menjadi orang tua. Selain itu, kegiatan ini juga membangkitkan kembali rasa cinta kasih serta mempererat hubungan antara orang tua dan anak. Acara ditutup dengan sesi foto bersama para relawan dan panitia. Terlihat sukacita mendalam dari para ibu, meski mata mereka masih berkaca-kaca karena haru.
Editor: Anand Yahya