Cinta Kasih Untuk Desa Samsan

Jurnalis : Riani Purnamasari (Tzu Chi Perwakilan Sinarmas), Fotografer : Yudha arya putra, Leisna Sussaltina (Tzu Chi Perwakilan Sinarmas)
 

fotoKegiatan baksos kesehatan ini diadakan untuk menjalin jodoh baik antara masyarakat Pekanbaru dengan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia.

“Ketika hidup kita penuh berkah, kita harus segera menciptakan kembali berkah dan jangan pernah menunda, sebab kita tak dapat memprediksi masa depan.” (Master Cheng Yen)

 

Tanggal 17 September 2011, relawan Tzu Chi Perwakilan Sinarmas bersama dengan 12 orang dokter, 3 perawat dan 3 apoteker TIMA Indonesia berangkat ke tanah Siak, Riau dengan tujuan untuk bersumbangsih atas nama cinta kasih dan kepedulian bagi sesama. Kami pun disambut oleh relawan Tzu Chi Pekanbaru, Lutiana Shijie bersama Krisnamoorthy Shixiong dan Agus Suharto Shixiong. Ketiganya telah menunggu kami untuk memperlihatkan persiapan yang telah dilakukan agar baksos kesehatan bagi para penduduk Desa Samsan pada tanggal 18 September 2011 dapat berjalan dengan lancar.

Suasana yang hangat antara relawan dari Jakarta maupun relawan lokal menjadi satu berbaur dengan senyuman para pasien yang telah menunggu sejak pukul 8 pagi. Rintik hujan yang cukup deras di pagi itu tak membuat semangat para pasien untuk mendapatkan pengobatan dari tim medis yang dipimpin oleh drg. Linda. Kedatangannya pun disambut dengan tangan terbuka oleh Kepala Puskesmas Kecamatan Kandis Drs. H. Armen. Beliau mengerahkan tim medis Puskesmas Kandis, yaitu 3 dokter dan 8 perawat untuk membantu 9 dokter dan 8 perawat dari Pekanbaru, tim medis TIMA, maupun 6 orang dokter dan 20 perawat lainnya dari Sei Rokan Estate.

foto  foto

Keterangan :

  • Para perawat mulai memeriksa tensi darah pasien yang ingin datang berobat.. (kiri)
  • Pemeriksaan kesehatan gratis untuk para warga kurang mampu ini diadakan untuk membantu mereka mendapatkan pengobatan yang baik. (kanan)

Kasih Orangtua Tiada Tara
“Tanpa pamrih. Tanpa beban. Tanpa lelah. Semua diberikan dengan tulus dan ikhlas. Sepanjang waktu. Sepanjang masa. Tidak akan pernah hilang bahkan ditelan kematian. Selalu ada.” (Mariska Lubis di Kompasiana)

Seperti opini Mariska Lubis, seorang pelukis dengan konsep indah dan penuh makna, itulah gambaran dari seorang ayah yang ditemui pada bakti sosial di Desa Samsan ini. Ridwan, yang belum genap 3 tahun usianya, anak pasangan Tono dan Ambar ini meminum susu yang diberikan sang ibu dengan lahapnya. Nafsu makannya sangat baik, keceriaan pun tampak ketika senyumnya mengembang melihat sang dokter yang memeriksanya, namun raut wajah sang ayah, tak luput dari kecemasan dan kesedihan. Sang kakak yang turut datang bersama ke bakti sosial ini pun menggenggam tangan Ridwan agar adiknya tenang dan tidak merasa takut. Balita bertubuh mungil ini menderita penyakit hydrocephalus sejak lahir. “Ketika lahir, Ridwan terlihat normal. Saya ingat, kepalanya bulat, manis, dan segalanya sempurna. Sekitar beberapa bulan, kok kepalanya agak aneh bentuknya. Setelah diperiksa ke Puskesmas, dirujuk ke rumah sakit untuk pemeriksaan lanjut, ternyata Wawan (panggilan kecil Ridwan-red) kena penyakit hydrocephalus ini,” ujar Tono. Betapa pilu dan sedih hati seorang ayah melihat anaknya menderita penyakit yang tak tersembuhkan. Cintanya kepada sang buah hati, membawa Tono untuk mencari berbagai cara agar Ridwan dapat sembuh. Mulai dari berobat di Puskesmas hingga beragam pengobatan tradisional di pelosok Jawa Tengah dan Jawa Barat.

Berdasarkan keterangan dokter di rumah sakit, tak ada cara lain yang dapat ditempuh selain dioperasi. “Kata dokter, peluangnya tidak banyak, dan perlu dilakukan secepatnya. Namun, apa daya, saya juga tidak mampu membiayai operasi yang sangat mahal,” keluhnya. Mendengar adanya bakti sosial yang diadakan Sei Rokan Estate dan Ivomas Tunggal bagi para penduduk Desa Samsan, Pak Tono pun membawa Ridwan dengan harapan agar penyakitnya dapat dioperasi tanpa biaya. “Anak saya dirujuk ke RSUD di Pekanbaru. Kalau nanti memang benar dibantu, Alhamdulillah. Saya hanya bisa mendoakan supaya semua orang yang membantu bisa mendapat balasan. Saya hanya ingin anak saya sembuh,” ujarnya dengan rasa haru yang membuat saya pun meneteskan air mata.

foto  foto

Keterangan :

  • Dalam baksos kesehatan ini, relawan Tzu Chi memperlakukan warga yang datang berobat dengan penuh hormat dan cinta kasih.(kiri)
  • Tidak sedikit para pasien yang datang berobat mengalami sakit yang cukup parah dan memerlukan tindak lanjut penanganan setelah baksos kesehatan ini.(kanan)

 

Menyalakan Pelita Harapan
Kita satu keluarga, saling syukur, saling percaya…, kita satu keluarga, saling butuh di dunia ini…” Ini adalah sepenggal lirik lagu yang sering kita dengar di berbagai acara kegiatan. Lirik lagu ini sangat berkesan bagi seorang nenek dari pinggiran Desa Samsan. Nenek Badiyah tampak terharu ketika mendengarkan lagu ini dikumandangkan, menerawang kepada hidupnya yang tampak seperti lirik lagu tersebut. Wanita ini sudah berusia 86 tahun.

 Sepanjang hidupnya, Nenek Badiyah hidup sangat bahagia. Nenek ini terkenal dengan tangan dinginnya, apapun yang ditanamnya selalu dapat tumbuh dengan indah. Berbagai jenis bunga tumbuh di pekarangan rumahnya. Namun sayang, karena terlalu asyik bercocok tanam, tak satu pun lelaki yang diterimanya untuk menjadi suaminya. Nenek Badiyah pun akhirnya mengangkat seorang anak perempuan dari kerabat jauhnya. Tampaknya sang anak pun juga memilih untuk melakukan hal serupa. Ia pun mengangkat seorang anak yatim piatu dari desa tetangga. Ketiga generasi ini pun tinggal dalam sebuah rumah yang sederhana. Usialah yang membuat Nenek Badiyah lumpuh sejak 6 tahun silam, diawali dari reumatik yang berkepanjangan. Sang anak meneruskan pekerjaan sang ibu dengan menjadi petani palawija dan sayur mayur. Dengan penghasilan yang semakin sedikit, keluarga Nenek Badiyah pun hidup dalam kesederhanaan.

Mendengar  akan adanya bakti sosial, Nenek Badiyah pun merasakan sebuah harapan untuk sembuh dan bersemangat untuk memeriksakan pinggang dan kakinya. Tanpa memedulikan peluh di keningnya, sang anak bersama tetangganya membopong Badiyah. Sebuah pemandangan yang luar biasa, cinta kasih yang ditunjukkan oleh sang anak dan tetangganya membuat beberapa pasien di bagian pendaftaran  mempersilakan Nenek Badiyah untuk mendaftar terlebih dahulu. “Bu, walaupun ibu tidak bisa jalan, tangan harus direnggangkan, kepala juga didekatkan ke leher kanan kiri. Biar otot-ototnya tidak kaku semua. Telapak tangan juga dibuka tutup supaya peredaran darah ke jantung tetap sehat dan normal,” ujar dokter Yanto kepada sang nenek. “Iya, makasih Dok. Saya tenang kalau sudah ke dokter, soalnya kalau ke Puskesmas, jaraknya jauh dan harus keluar dari desa dan ke arah kecamatan,” ujarnya sembari tersenyum. Nenek Badiyah pun mengambil obat yang disediakan apotik dan diantar kembali ke rumahnya oleh para relawan dari Sei Rokan. 

Mengikuti Jejak Langkah Master Cheng Yen
Perjalanan yang panjang dari Jakarta menuju Desa Samsan selama 7 jam terasa tidak sia-sia. Dedikasi tim medis dan relawan yang ditujukan kepada 650 orang pasien umum dan 89 orang pasien gigi diakhiri dengan sharing bersama, mensyukuri kesempatan bersumbangsih yang diberikan Desa Samsan kepada 155 orang relawan. Ritual setelah kegiatan pun dilakukan. Pijat antar relawan dan tim medis membawa riang ke dalam dinginnya udara setelah hujan sepanjang hari. “Terima kasih kepada para relawan atas sumbangsihnya dalam bakti social pemeriksaan kesehatan umum dan gigi di Sei Rokan Estate ini. Kiranya banyak kekurangan dalam pengadaannya, namun, perbaikan ke depannya akan terus ditingkatkan agar bakti sosial bisa berjalan dengan lebih baik lagi,” ujar Shixiong Krisnamoorthy yang juga Regional Controller Ivomas Tunggal. Banyak kesan yang ditinggalkan oleh Desa Samsan kepada para relawan dan tim medis, bahwa sudah seharusnya setiap manusia melakukan kebajikan setiap saat dan berbakti kepada kedua orangtua.

  
 

Artikel Terkait

Menjadi Lilin bagi Sesama

Menjadi Lilin bagi Sesama

09 Mei 2017

Rupiah demi rupiah terkumpul dari 150 celengan relawan Tzu Chi Sinar Mas Xie Li Kalimantan Tengah 5 pada Jumat 28 April 2017. Bertempat di kantor besar Perkebunan Seranau, empat relawan Tzu Chi bahu membahu mempersiapkan kegiatan ini.

Suara Kasih: Saling Bahu-Membahu

Suara Kasih: Saling Bahu-Membahu

24 Agustus 2012 Kekuatan alam yang sangat besar sungguh tak bisa dilawan oleh manusia. Kita hidup bergantung pada takdir, tetapi takdir bergantung pada pikiran manusia. Jika pikiran manusia terkendali dan manusia hidup sesuai dengan hukum alam, maka secara alami empat unsur alam akan selaras dan kehidupan di dunia akan aman dan tenteram.
Memanen Sayuran Hidroponik Di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi

Memanen Sayuran Hidroponik Di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi

03 Desember 2020

Senin, 30 November 2020, para guru Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng memanen tanaman hasil hidroponik dengan sistem rakit apung yang telah ditanam sebulan sebelumnya. Dari 108 bibit, 100 di antaranya berhasil tumbuh dan dipanen dengan baik dan memuaskan.

Beriman hendaknya disertai kebijaksanaan, jangan hanya mengikuti apa yang dilakukan orang lain hingga membutakan mata hati.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -