Cintai Lingkungan, Selamatkan Bumi

Jurnalis : Yogie Prasetyo (Tzu Chi Tj. Balai Karimun), Fotografer : Yogie P, Calvin, Beverly (Tzu Chi Tj. Balai Karimun)

doc tzu chi

Siswa kelas budi pekerti dan daai mama bersama-sama membacakan 10 sila Tzu Chi dengan bersungguh hati dalam kegiatan kelas budi pekerti Tzu Chi pada tanggal 19 Maret 2017.

Lingkungan yang bersih merupakan impian bagi setiap orang. Namun apa jadinya ketika diri sendiri tidak bisa menggunakan kedua tangan ini untuk menyelamatkan bumi. Pada dasarnya semua berawal dari diri sendiri, contohnya membuang sampah pada tempatnya. Ini adalah salah satu cara untuk mengurangi dampak negatif dari sampah yang menjadi musuh besar manusia dan lingkungan.

Agar setiap orang dapat menyadari betapa pentingnya menjaga kelestarian lingkungan dan bumi, Yayasan Buddha Tzu Chi Tanjung Balai Karimun memberikan pembelajaran kepada siswa kelas budi pekerti Xiao Tai Yang tentang cara mencintai bumi. Walaupun sebelumnya telah diberikan penjelasan mengenai pelestarian lingkungan, namun materi ini harus sering diingatkan kepada siswa agar mereka lebih mengerti dan memahami bahwa betapa pentingnya menjaga kelestarian lingkungan.

Pada Minggu, 19 Maret 2017 Yayasan Buddha Tzu Chi Tanjung Balai Karimun kembali mengadakan Kelas Budi Pekerti Xiao Tai Yang. Tidak berbeda dengan bulan sebelumnya, kelas dibagi menjadi dua kategori. Kelas kecil terdiri dari TK hingga kelas 2 SD dan kelas besar terdiri dari kelas 3 SD hingga kelas 6 SD. Sebelum pembelajaran dimulai, seluruh siswa kelas budi pekerti diajak untuk memberikan penghormatan kepada Buddha dan Master Cheng Yen sekaligus dilanjutkan membacakan sepuluh Sila Tzu Chi yang dipandu oleh Lissa mama.

Melihat ada beberapa siswa yang belum tepat sikapnya dalam memberikan penghormatan, AA mama memberikan tata cara dalam bersikap Anjali saat memberikan penghormatan yang baik dan benar. Setelah itu dilanjutkan membaca 10 sila Tzu Chi, pembacaan 10 sila Tzu Chi berbeda dari bulan sebelumnya karena siswa diminta untuk mengingat 10 sila Tzu Chi dan benar saja semua siswa dengan fasih membacakan 10 sila dengan tanpa melihat tampilan di layar.


Purwanto papa dengan memberikan sharing menganai salah satu contoh barang Styrofoam (ditangan kanan) yang tidak dapat didaur ulang.

doc tzu chi

Karena tiap kelompok hanya diberikan satu lembar kertas untuk mewarnai maka tiap kelompok harus bekerja sama menyelesaikannya. Mereka pun melakukannya dengan penuh sukacita dan kompak.

Mengenalkan Lebih Mendalam

Untuk memberikan penjelasan lebih mendalam tentang pentingnya menjaga kelestarian bumi, kali ini Purwanto papa memberikan sharingnya mengenai “Mencintai Bumi”. Bagitu juga dengan kelas kecil, materi yang dibawakan juga tentang “mencintai bumi” yang dibawkan oleh Sumiyatun mama.

Agar anak-anak di kelas kecil dapat memahami materi ini, Sumiyatun mama mengemas materi dengan menampilkan gambar-gambar sebagai contoh pelestarian lingkungan yang lebih ringkas namun dapat dipahami dan dimengerti oleh siswa-siswi TK hingga kelas 2 SD. Sama halnya dikelas besar untuk mengawali sharingnya Purwanto papa menanyakan kabar sekaligus memberikan semangat kepada siswa agar dapat mengikuti pembelajaran kelas budi pekerti ini dengan sungguh-sungguh.

“Agar lingkungan kita bersih apa yang harus kita lakukan?” tanya Purwanto papa.

“Membuang sampah pada tempatnya,” jawab siswa kelas budi pekerti serentak.

Papa (Purwanto) yakin tidak semua orang, khususnya yang ada diruangan ini membuang sampah pada tempatnya, coba siapa yang terbiasa membuang sampah pada tempatnya?” kata Purwanto bertanya kembali. Hampir semua siswa kelas budi pekerti mengangkat tangannya.

“Apakah hanya dengan membuang sampah pada tempatnya? Tentu tidak, banyak cara yang dapat kita lakukan untuk mencintai lingkungan dan menyelamatkan bumi,” jelas Purwanto papa.

“Bagaimana cara mencintai bumi? Yaitu dengan 3 R. Apa itu 3 R,” tanya Purwanto papa lanjut.

Ferdinand Herbert (10) mengangkat tangan dan menjawab, “Reduce, Reuse, dan Recycle.”

“Ya benar,” ujar Purwanto papa.

“Jadi kita harus belajar bagaimana cara mengurangi pemakaian (Reduce), menggunakan kembali (Reuse), dan mendaur ulang (Recycle). Namun kali ini kita bukan hanya akan membahas 3R saja tetapi papa akan menambahkan 2 lagi yaitu mengganti (Replace) dan menanam (Replant),” tutur Purwanto.

Salah satu siswa kelas budi pekerti, Sofia Lauren mencoba membacakan Kata Perenungan Master Cheng Yen yang dipandu Lissa mama.


Tampak siswa kelas kecil begitu serius dan semangat untuk mewarnai kertas yang bergambarkan cara mencintai bumi.

Kelima cara inilah yang harus kita terapkan jika ingin menjaga lingkungan dan bumi agar tetap bersih. Sampah memang telah menjadi musuh nomor satu bagi manusia dan lingkungan. “Siapa yang di rumah bisa membedakan sampah apa saja yang dapat di daur ulang,” tanya Purwanto papa. Beberapa anak mengangkat tangan. Purwanto pun memberikan contoh mengenai kegiatan daur ulang. Seperti yang dilakukan beberapa sekolah di karimun yang telah melakukan Recycle (mendaur ulang) dengan membedakan tempat sampah yang tidak dapat di daur ulang dan kantong khusus untuk sampah yang bisa di daur ulang.

Di kalangan masyarakat sekarang banyak sekali bungkus minuman dan makanan yang tidak dapat didaur ulang dan sangat sulit untuk terurai contoh styrofoam, dirumah atau di warung-warung pasti pernah menjumpai tempat makan yang menggunakan styrofoam. Bukan hanya dapat merusak kelestarian lingkugan karena sulit terurai, styrofoam digunakan untuk membungkus makanan sangat membahayakan bagi kesehatan. Salah satu cara untuk mengatasinya dengan membawa bekal dari rumah atau pun membawa tempat makan sendiri. Untuk itu sangat disarankan agar setiap orang bisa membedakan sampah apa saja yang dapat di daur ulang dan yang tidak bisa di daur ulang.

“Setiap ada sampah botol plastik dan barang yang dapat didaur ulang saya langsung buang ke kantong daur ulang,” ujar Ferdinand Herbert, siswa kelas budi pekerti. “Mama yang ajari bedakan sampah daur ulang,” lanjut anak kelas 4 SD ini. “Sudah tiga tahun dirumah disediakan kantong daur ulang. Tujuannya ya untuk mencintai lingkungan dan bumi agar tidak tercemar,” pungkas Herbert.

Dengan mengajarkan bagaimana cara melestarikan lingkungan kepada anak sejak dini, akan memberikan pembiasaan yang dapat di terapkan di dalam kehidupan sehari-hari. Semoga dengan pembelajaran kali ini siswa kelas budi pekerti lebih dapat memahami bahwa kita semua dapat menggunakan kedua tangan ini untuk melestarikan lingkungan dan menyelamatkan bumi. Seperti Kata Perenungan Master Cheng Yen, “Malapetaka dan bencana yang melanda dunia, sebagian besar merupakan hasil perbuatan orang-orang yang sehat jasmaninya, namun cacat rohaninya.”


Artikel Terkait

Komunikasi Harmonis dalam Keluarga

Komunikasi Harmonis dalam Keluarga

16 Maret 2015 Selain itu, dalam acara ini juga ditampilkan ilustrasi seorang anak yang tega menelantarkan orang tua mereka sendiri yang sudah tidak berdaya dimakan usia dan terjangkit berbagai penyakit. Melalui ilustrasi ini, para orang tua dan anak-anak diajak kembali mengakrabkan diri masing-masing, meluangkan waktu kebersamaan lebih erat lagi satu sama lain dalam suasana  yang lebih kekeluargaan, lebih rukun, lebih harmonis.
Inspirasi dari Budi Pekerti

Inspirasi dari Budi Pekerti

28 April 2016

Minggu, 24 April 2016, bertempat di Jing Si Books & Café Pluit berlangsung Kelas Budi Pekerti Tzu Chi tingkat Qing Zi Ban (usia 5 – 8 tahun). Sebanyak 18 siswa hadir berbaris teratur di kelompoknya masing-masing. Mengangkat tema Mencari Harta Karun, kelas budi pekerti dikemas sederhana dengan tujuan untuk menanamkan budi pekerti bagi siswa.

Apa yang Terpenting dalam Hidupmu?

Apa yang Terpenting dalam Hidupmu?

13 Agustus 2018
Ada yang berbeda pada kegiatan kelas budi pekerti kali ini. Para Tzu Ching dan mahasiswa Taiwan hadir di tengah-tengah kegiatan. Pembelejaran kelas budi pekerti pun dibawakan oleh mereka, dan para Daai Mama hanya mendampingi saja.
Penyakit dalam diri manusia, 30 persen adalah rasa sakit pada fisiknya, 70 persen lainnya adalah penderitaan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -