Ciptakan Belajar yang Menyenangkan

Jurnalis : Veronika Usha, Fotografer : Veronika Usha
 
foto

Pelatihan Budaya Humanis Tzu Chi yang diadakan di Aula RSKB Cinta Kasih Tzu Chi, 9 Juni 2009, berjalan dengan lancar. Kendala perbedaan bahasa dan kultur dapat teredam dalam suasana cinta kasih yang penuh dengan kekeluargaan.

Tak kenal maka tak sayang. Chan Chien Ming, seorang guru SMP Tzu Chi Taiwan, membuka komunikasi awal dengan para muridnya melalui percakapan sederhana dengan menggunakan media telepon.

Oleh sebab itu, sebelum kegiatan kelas tahun ajaran baru SMP Tzu Chi Taiwan dimulai, tidak heran Chan Chien Ming sudah lebih dulu mengenal seluruh calon anak-anak didiknya. “Biasanya ketika memasuki tahun ajaran baru, para murid sering merasa khawatir akan sosok guru yang akan dihadapinya nanti. Maka, saya mengambil inisiatif untuk memperkenalkan diri kepada mereka melalui telepon,” tutur Chan Chien Ming.

Tidak hanya itu, sesuai dengan kebiasaan sekolah, Chan Chien Ming pun mengundang para orangtua murid untuk duduk bersama dan saling berkenalan. “Pihak sekolah sangat menyadari bahwa keberhasilan pendidikan tidak hanya berdasarkan atas usaha dari para guru dan murid, namun juga perlu keterlibatan para orangtua,” tambah Chan Chien Ming. Dalam pertemuan tersebut, Chan Chien Ming memperoleh informasi dasar mengenai kondisi calon anak-anak didiknya, dan berkesempatan menjelaskan pola pengajaran yang akan diterapkan, “Dalam kesempatan tersebut, saya menjelaskan mengenai tata cara pengajaran yang akan saya berikan kepada para murid, serta beberapa peraturan sekolah yang membutuhkan perhatian dan dukungan orang tua.” 

foto  foto

Ket : - Chan Chien Ming, membuka pelatihan budi pekerti dengan sebuah pesan penting akan pentingnya menjaga
           komunikasi antara para murid, guru, serta orangtua. (kiri)
          - Para peserta terlihat sangat antusias mengikuti setiap sesi. Bahkan beberapa dari mereka mengaku akan
           menerapkan pola pengajaran yang diberikan kepada anak didik mereka. (kanan)

Mendapatkan kepercayaan untuk mengajar murid SMP memang sebuah tanggung jawab yang besar. Rentang usia para murid yang berkisar antara 13-15 tahun membuat mereka rawan bertengkar. “Ini adalah usia pertumbuhan dan perkembangan emosional. Oleh sebab itu, banyak dari mereka yang masih memiliki emosi yang labil, sehingga sulit untuk membuat mereka tenang di dalam kelas,” ucap Chan Chien Ming.

Dalam kegiatan Pelatihan Budaya Humanis Tzu Chi Guru Taiwan dan Indonesia, 9 Juli 2009, yang diadakan di Aula Rumah Sakit Khusus Bedah (RSKB) Cinta Kasih Tzu Chi, Cengkareng, Chan Chien Ming berbagi pengalaman kepada lebih kurang 190 peserta pelatihan, mengenai bagaimana memberikan pendidikan yang baik, sehingga para murid bisa belajar untuk lebih bertanggung jawab, memperhatikan diri sendiri dan orang lain, saling bekerjasama, serta percaya diri dalam menggapai impian yang besar.

Komunikasi yang baik adalah jawaban yang tepat. Dengan tema ”Buku Penghubung Kebahagiaan”, Chan Chien Ming membagi pengalamannya dalam menyelesaikan permasalahan yang ia hadapi di kelas. “Di sekolah, kami memiliki seksi penghubung. Para murid mempunyai hak untuk menulis surat kepada guru mereka. Mereka bisa mengeluarkan pendapat, rasa bahagia, maupun kekecewaan mereka. Tidak hanya itu, saya juga sering menulis cerita kepada para orang tua, agar mereka tahu bagaimana perkembangan anak-anak mereka,” tambah Chan Chien Ming, sambil memperlihatkan tulisan dan gambar yang dibuat para murid pada buletin mereka (sebuah media yang dibuat oleh seksi penghubung -red).

“Saya pernah mendapatkan sebuah surat dari seorang murid, yang mengatakan bahwa saya adalah guru yang gagal. Saat itu saya sangat emosi dan marah. Tapi setelah saya membaca surat tersebut dengan perlahan dan menelaahnya, saya menyadari bahwa saya memang memiliki kekurangan dalam mengontrol emosi,” ucap Chan Chien Ming, yang akhirnya memutuskan untuk memajang tulisan tersebut di buletin mereka, dengan tujuan agar semua murid dan orangtua membacanya. “Para murid atau orangtua juga memiliki hak dan kewajiban untuk mengingatkan para guru,” tegasnya.

Dengan penuh semangat, Chan Chien Ming juga menceritakan pengalamannya saat menghadapi seorang murid yang sangat nakal dan suka berkelahi, “Saya cari cara untuk mulai mengubah gayanya, dengan mencari kelebihan yang dimiliki anak ini.” Melihat hal yang sangat menonjol adalah suaranya yang besar, dan kekuatan yang ditakuti oleh teman-temannya, akhirnya Chan Chien Ming menjadikan anak tersebut sebagai ketua kelas. “Tadinya anak ini juga sering mengobrol di kelas, tapi semenjak jadi ketua kelas ia menjadi lebih disiplin dan jarang memukul orang. Mungkin sekarang ia sadar harus menjadi contoh yang baik untuk teman-temannya,” tambah Chan Chien Ming.

foto  foto

Ket : - Tidak hanya teori, pelatihan ini juga diisi dengan beberapa permainan pelatihan budi pekerti. (kiri)
         - Permainan yang diberikan pada setiap stasiun, diharapkan dapat melatih kerjasama antara para guru dalam
           melakukan sesuatu. Hal ini juga diharapkan dapat ditransfer kembali kepada anak didik mereka nanti.
           (kanan)

Pola Pengajaran yang Variatif
Selain melalui buku penghubung kebahagiaan, para guru di Sekolah Tzu Chi Taiwan juga menggunakan beberapa pola pengajaran yang unik dan menyenangkan. Salah satunya adalah yang digunakan oleh Chen Shu Lin, yakni dengan bercerita menggunakan kata-kata perenungan dan permainan.

Melalui tayangan video yang menggambarkan perjuangan anak-anak dalam menempuh pendidikan, seperti harus berjalan sepanjang 20 km dengan menggunakan satu kaki, atau menyeberangi sungai untuk bisa bersekolah, yang dikemas dalam sebuah cerita yang mengharukan, Chen Shu Lin mencoba mengajak para peserta untuk merasakan semangat perjuangan anak-anak tersebut.

“Bercerita adalah cara yang paling mudah diterima oleh anak-anak,” tegas Chen Shu Lin. Chen Shu Lin berharap, setelah para peserta yang terdiri dari guru-guru Sekolah Cinta Kasih, kelas budi pekerti Tzu Chi, maupun undangan dari sekolah lain, yang sudah merasakan mudahnya menerima pola pengajaran bercerita dengan menggunakan video dan kata perenungan ini, maka nantinya mereka bisa mentransfer hal ini kepada anak didik mereka.

Walaupun sudah lebih kurang 4 kali memberikan pelatihan budi pekerti di Indonesia, namun pengemasan materi yang diberikan oleh para guru yang tergabung dalam Asosiasi Guru Taiwan ini selalu menarik dan mudah untuk dipahami. ”Tema kita kali ini adalah bersyukur, menghormati, dan cinta kasih. Ini adalah kesempatan yang sangat baik, meskipun di Indonesia kita juga sudah menerapkan pelajaran budi pekerti, namun kali ini kita mendapatkan banyak pelajaran baru tentang pola pengajaran yang lebih up to date,” tutur Rosvita Widjaja selaku koordinator acara pelatihan.

Bukan hanya sekadar teori, para guru Taiwan juga membagi peserta ke dalam tiga kelompok untuk mengikuti beberapa games pelatihan budi pekerti di tiga stasiun, yaitu stasiun ”hati melekat hati”, ”kehidupan yang manis”, serta ”untaian cinta kasih”. Permainan yang diberikan dalam setiap stasiun memiliki makna yang sangat mendalam. Salah satunya adalah stasiun hati melekat hati. Di stasiun ini, para peserta ditantang untuk melakukan estafet sebuah kertas berbentuk hati, sambil memperkenalkan diri dan belajar untuk memuji kebaikan teman yang diberikan hati tersebut. Walaupun terlihat mudah, namun permainan ini penuh akan makna. Di sini para peserta belajar untuk merendahkan hati, bersabar dan tentunya bersyukur dengan apa yang telah mereka miliki.

foto  foto

Ket : - Harmonisasi antara keselarasan dan keindahan gerakan terpadu menjadi satu persembahan pertunjukan
           isyarat tangan yang diperagakan oleh para guru yang tergabung dalam Asosiasi Guru Tzu Chi Taiwan. (kiri)
         - Tidak hanya mempertunjukkan keindahan bahasa isyarat tangan, guru Tzu Chi Taiwan juga mengajarkan
           para peserta untuk turut serta memperagakan bahasa isyarat tangan tersebut. (kanan)

Selain melakukan estafet hati, peserta juga diajak untuk belajar bahasa isyarat tangan ”Wo Hen Xing Fu” atau dalam bahasa Indonesia berarti ”Aku Sangat Bahagia”. Cuplikan video yang menggambarkan penderitaan anak-anak korban perang, kemiskinan dan kelaparan di beberapa negara, menggugah hati para peserta yang dengan serius mengikuti setiap gerakan yang diberikan. Tidak hanya menyenangkan, namun pelajaran budi pekerti menjadi lebih mudah untuk dipahami dan dimengerti.

”Tepat pada sasaran. Dengan pola pengajaran yang diberikan seperti ini, saya yakin anak-anak akan lebih mudah tersentuh dan mengerti apa yang seharusnya mereka lakukan,” ucap Lina, salah satu guru TK dari Sekolah Sinar Dharma. Tidak hanya Lina, Herfan Budi Harto, salah satu guru baru di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi mengaku kagum akan cara yang dilakukan oleh Chan Chien Ming untuk menjembatani cinta kasih antara anak-anak dengan para orangtua mereka. ”Kita sadar, anak-anak memang tidak mudah untuk mengucapkan rasa sayang mereka secara langsung kepada orangtua. Video ungkapan yang dibuat oleh Chan Chien Ming untuk mengutarakan rasa cinta tersebut, adalah sebuah pendekatan yang sangat baik,” tegas Budi.

Indi Y Wirawan selaku Kepala Sekolah Ehipassiko bahkan mengajak seluruh guru-guru Ehipassiko untuk mengikuti pelatihan ini, ”Kami sangat senang mendapatkan kesempatan untuk ikut dalam setiap pelatihan yang diberikan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Sejak awal kami ikut pelatihan ini, sekitar 2007 lalu, kami langsung mempraktikkan pola pengajaran ini kepada seluruh anak didik kami. Dan hasilnya, tidak hanya suasana belajar yang menyenangkan tapi juga sarat makna, dan bermanfaat untuk pembentukan karakter anak-anak.” 

 

Artikel Terkait

Bahagia dan Semangat Menjadi Relawan Tzu Chi

Bahagia dan Semangat Menjadi Relawan Tzu Chi

24 Maret 2023

Waktu menunjukkan pukul 8 pagi ketika para relawan Tzu Chi mulai berdatangan di SD Surya Dharma, Toapekong, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Para relawan dari komunitas Xie Lie Selatan ini hendak berkegiatan pelestarian lingkungan.

Menyucikan Noda Batin, Mendamaikan Pikiran dan Hati

Menyucikan Noda Batin, Mendamaikan Pikiran dan Hati

02 Juni 2023

Peringatan Tiga Hari Besar Tzu Chi yaitu Hari Waisak, Hari Ibu Internasional, dan Hari Tzu Chi Sedunia, dilaksanakan Relawan Tzu Chi komunitas He Qi Pusat di ITC Mangga Dua pada Minggu, 28 Mei 2023 dan diikuti 150 Peserta.

Bahagia Dalam Kebahagiaan

Bahagia Dalam Kebahagiaan

27 Januari 2023

Imlek pada Minggu 22 Januari 2023 menghadirkan suasana bahagia bagi anggota keluarga yang merayakan. Tapi kebahagiaan itu akan lebih lengkap bila kita bagikan juga kepada beberapa insan yang tak memiliki keluarga. 

Penyakit dalam diri manusia, 30 persen adalah rasa sakit pada fisiknya, 70 persen lainnya adalah penderitaan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -