Dewasa Melampaui Umurnya

Jurnalis : Amelia Devina (He Qi Utara), Fotografer : Feranika Husodo, Joni Saharani (He Qi Utara)
 

fotoKamis malam, 29 Oktober 2009, bedah buku kali ini mengupas dan berdiskusi tentang sebuah bacaan dari buku Lingkaran Keindahan yang berjudul “Dewasa Melampaui Umurnya”.

 

 

Ada anak-anak yang walaupun umurnya masih sangat muda sudahdapat  merancang dengan baik masa depannya. Namun, banyak juga orang yang meski umurnya sudah lebih tua tetapi masih suka bermain dan bersikap kekanak-kanakan. Memang benar kata tagline sebuah iklan,menjadi tua itu pasti, tetapi menjadi dewasa adalah sebuah pilihan”.

 

 

 

 

Kamis malam, 29 Oktober 2009, bedah buku kali mengupas dan berdiskusi tentang sebuah bacaan dari buku Lingkaran Keindahan yang berjudul “Dewasa Melampaui Umurnya”. Di cerita itu disebutkan ada seorang anak yang sejak duduk di kelas 2 SD sudah begitu giat menabung, belajar, dan bekerja mengumpulkan uang hasil jerih payahnya sendiri. Sejak mengenal Yayasan Buddha Tzu Chi, ia begitu ingin bergabung menjadi anggota Komisaris Kehormatan (anggota Tzu Chi yang menyumbangkan dana untuk membantu mendirikan bangunan untuk kepentingan yayasan). Walaupun masih kecil dan orangtuanya menawarkan bantuan, anak ini tidak bersedia. Ia ingin berusaha dengan seluruh kemampuannya sendiri. Tahun demi tahun, tekad anak itu terus bulat. Malah semua orang dibuat tak percaya dan kagum karena ia dengan teguh terus berkata, “Uang ini untuk membantu Master Cheng yen membangun rumah sakit.”

Masih dalam bacaan yang sama, ada sebuah kisah tentang anggota muda-mudi Tzu Chi (Tzu Ching) yang setiap liburan selalu menyempatkan diri membantu di berbagai aktivitas dan kegiatan Tzu Chi. Begitu banyak anak muda masa kini yang mempunyai gaya hidup “hedonis” dan suka hura-hura. Berbeda dengan mereka, para anggota Tzu Ching ini sedari remaja sudah membiasakan diri untuk melakukan kebajikan. Dengan cara ini, kebijaksanaan mereka pun perlahan-lahan semakin tergali dan tumbuh. Mereka menjadi lebih bijaksana ketimbang remaja-remaja seumuran mereka.

 

foto  foto

Ket: - Kegiatan bedah buku ini dilakukan rutin setiap hari Kamis malam, bertempat di Jing Si Books and Cafe Pluit,            Jakarta Utara. (kiri).
        - Saling berbagi pengetahuan dan pengalaman memberikan banyak pencerahan bagi para peserta diskusi                 bedah buku ini.  (kanan)

Tzu Chi Sebagai Sarana
Pernahkah Anda membaca, mendengar, atau menonton di berita bahwa ada anak yang masih balita namun kecerdasannya sudah melampaui IQ (intelligent quotient)orang dewasa? Atau seorang bocah yang pandai sekali bermain alat musik padahal berbicara saja mungkin dia masih belum lancar? Misalnya saja Oscar Wrigley. Bocah laki-laki kelahiran Inggris yang berusia 2 tahun ini diteliti memiliki otak secanggih Einstein dan Stephen Hawking! Wah, hebat sekali bukan?

Sesungguhnya manusia memang diciptakan berbeda-beda. Namun, selalu ada jalan bagi kita untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas diri. Adenan Shixiong berujar, “Banyak orang tahu kalau mau pintar harus rajin belajar. Banyak juga orang yang tahu kalau mau sukses tidak boleh malas dan harus berjuang keras. Tapi mengapa walaupun banyak orang yang tahu, tidak semua dari mereka melakukannya?”

Sama seperti kebijaksanaan. Kita semua tahu bahwa penting bagi kita untuk berbuat kebajikan dan meningkatkan kebijaksanaan. Namun, kita masih sering terlena dengan kenikmatan semu dunia materi dan lebih mengindahkan kepuasan dan kecantikan fisik dibanding kebersihan dan kedamaian batin. Master Cheng Yen selalu berkata bahwa sesungguhnya kegiatan Tzu Chi bukan hanya sarana untuk membantu orang lain. Lebih daripada itu, kegiatan Tzu Chi adalah pelajaran yang amat baik untuk menempa kualitas diri. Bagi para relawan, melalui berbagai gesekan yang dialami dengan sesama relawan ataupun lewat tanggung jawab yang dipegang dalam kegiatan, kita belajar untuk mengikis ego kita, dan dengan demikian berusaha untuk menjadi semakin bijaksana.

 

foto  foto

Ket: -Master Cheng Yen selalu berkata bahwa sesungguhnya kegiatan Tzu Chi bukan hanya sarana untuk                membantu orang lain. Lebih daripada itu, kegiatan Tzu Chi adalah pelajaran yang amat baik untuk menempa           kualitas diri, salah satunya bedah buku. (kiri).
       - Adenan Shixiong berujar, “Banyak orang tahu kalau mau pintar harus rajin belajar. Banyak juga orang yang               tahu kalau mau sukses tidak boleh malas dan harus berjuang keras. Tapi mengapa walaupun banyak orang          yang tahu, tidak semua dari mereka mau melakukannya?”  (kanan)

Belajar Lewat Pengalaman
Ada banyak cara bagi manusia untuk meningkatkan kebijaksanaan, yang secara garis besar dapat dibagi menjadi dua: melalui pengalaman diri sendiri dan pengalaman orang lain. Seusai membaca kisah “Dewasa Melampaui Umurnya” (Belajar Lewat Pengalaman Orang Lain), Momo Shixiong merasa terinspirasi. Seorang anak kecil saja sudah mampu berikrar dan berjuang untuk mengejar impiannya. Bagaimana dengan dirinya sendiri? Momo berkata, “Apabila saya belum bisa bertambah baik, yang paling penting saya berusaha agar paling tidak, saya tidak bertambah buruk.”

Ia kemudian melanjutkan ceritanya, “Dulu saya pernah mendengar Wen Yu Shijie berkata bahwa ia paling tidak suka dengan orang yang suka membuang-buang air. Waktu itu saya cuma tertawa saja. Berapa sih harga air itu? Toh saya bisa membeli. Namun, belum lama ini saya ikut bertugas membantu para korban bencana gempa di Padang. Di sana saya melihat dan mengalami sendiri bagaimana ketika ingin minum, kita sama sekali tidak punya persediaan air. Sejak saat itu, saya tidak pernah lagi mau menyia-nyiakan air. Setiap ada air yang tersisa dalam botol minum, selalu saya habiskan.” Inilah yang disebut belajar lewat pengalaman pribadi.

 

 

foto  foto

Ket: - Like Shijie (Ketua He Qi Utara) berpesan dan mengutip nasihat Master Cheng Yen, “Dengan menerima             masalah apa adanya, beban telah berkurang 30%. Namun apabila kita ngedumel, beban akan bertambah             30%.” (kiri).
        - Bedah buku kali ini tidak hanya diikuti oleh relawan Tzu Chi Jakarta saja, tapi juga oleh relawan Tzu Chi dari            Pekanbaru, Lie Mei-kiau. (kanan)

Genggamlah Saat Ini
Hidup ini tidak kekal. Maka, selagi kita masih diberi kesempatan dan kemampuan untuk hidup, marilah kita melatih diri untuk meningkatkan kebijaksanaan. Like Shijie (Ketua HeQi Utara) berpesan dan mengutip nasihat Master Cheng Yen, “Dengan menerima masalah apa adanya, beban telah berkurang 30%. Namun apabila kita ngedumel, beban akan bertambah 30%. Terkadang jalan hidup kita memang tidak selalu mulus dan sesuai dengan rancangan serta impian, maka jangan risaukan masa depan. Juga jangan pesimis. Genggamlah saat ini, yang penting saat sekarang kita bahagia. Untuk meningkatkan kebijaksanaan, belajarlah dengan melihat penderitaan.”

Po San Shixiong (Ketua Bedah Buku He Qi Utara) yang memang sangat menyukai kisah “Dewasa Melampaui Umurnya” juga ikut berbagi, “Di bacaan ini dikatakan bahwa tekad harus besar, pendirian harus kuat, emosi harus lemah lembut, dan hati harus teliti. Ini persis seperti yang dilakukan oleh si anak kecil, dan persis seperti perjuangan Master Cheng Yen untuk mendirikan rumah sakit. Banyak orang yang meragukan kemampuan Master Cheng Yen saat itu. Namun, dengan berpegang pada empat prinsip tadi, Master Cheng Yen telah membuktikan bahwa beliau bisa. Saya pun yakin, tidak ada yang tidak mungkin untuk kita lakukan.”

Ya, kebijaksanaan memang tidak berbanding lurus dengan usia. Dan sama seperti semua hal lain di muka bumi ini, kebijaksanaan dapat ditingkatkan dengan mengembangkan kebiasaan berbuat baik dan terus menerus melatih diri. Semoga berapapun usia kita saat ini, kita terus berkeinginan untuk memupuk kebijaksanaan. Menjadi tua memang pasti, namun untuk menjadi dewasa, kita harus berani membuat pilihan dan menjadikannya nyata.

 
 

Artikel Terkait

Menyongsong Masa Depan yang Lebih Cerah

Menyongsong Masa Depan yang Lebih Cerah

19 Juni 2018

Minggu 3 Juni 2018 merupakan hari di mana anak-anak asuh Teratai dari He Qi Pusat berkumpul. Acara yang dilaksanakan di ITC Mangga Dua lantai 6 tersebut berlangsung secara sederhana namun penuh dengan nilai-nilai budaya humanis Tzu Chi.

Bersumbangsih adalah Berkah

Bersumbangsih adalah Berkah

26 Desember 2014
Di sini jugalah cikal bakal penggalangan dana melalui celengan bambu pun bermula. Adapun prinsip dasar penggalangan dana ini adalah ketulusan, kebenaran, keyakinan, kesungguhan untuk menggalang hati banyak orang berhimpun menjadi bagian dari barisan bodhisattva dunia. 
Ujian dari Si Jago Merah

Ujian dari Si Jago Merah

25 Juni 2010
Baru 3 bulan menikmati bahagia dirumahnya yang baru direnovasi Tzu Chi. Kabar buruk yang tak terduga itu langsung membuat Feriningsih panik dan jatuh pingsan di antara orang tua murid lainnya. Feriningsih kembali menyaksikan rumahnya telah hangus dilalap api.
Kita harus bisa bersikap rendah hati, namun jangan sampai meremehkan diri sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -